tirto.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyasar tiga segmen pemilih guna mendongkrak perolehan suara mereka di Pemilu 2019. "Kalau kita mau dapat suara pemilu lebih tinggi dari 29 persen, jaga pemilih muslim, pemilih muda, pemilih perempuan," kata Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam diskusi PDIP Perjuangan dan Magnet Politiknya di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Selasa (18/12/2018) seperti diberitakan Antara.
Hasto mengatakan partai harus bersikap lebih ramah kepada masyarakat. Salah satu misalnya adalah dengan menjadikan kantor partai sebagai rumah rakyat dan kantor kebudayaan. Jelang usia partai yang ke 46 tahun pada 10 Januari nanti Hasto mengatakan PDIP terbuka dengan masukan dan kritik yang membangun. "PDI Perjuangan terus memperbaiki watak politik untuk membangun negeri," ujar Hasto.
Aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU) Savic Ali mengatakan PDIP dan NU punya tantangan yang sama yakni meyakinkan mayoritas Muslim Indonesia bahwa Pancasila sudah islami. "Kader PDIP harus memenuhi ruang-ruang diskusi dan media sosial dengan gagasan. Harus bisa meyakinkan mayoritas muslim Indonesia bahwa Pancasila sudah Islami," ujar pendiri NU Online ini.
Savic mengatakan PDIP adalah partai politik yang memiliki sejarah panjang dengan NU. Tokoh NU Kiai Wahab Hasbullah, kata Savic, sangat dekat dengan Bung Karno.
"Mbah Wahab yang meyakinkan Bung Karno bisa jadi pemimpin Islam. Bung Karno salat dan menikah dengan cara Islam," ungkap Savic.
Dari sisi psikologi politik, Dewi Haroen menyampaikan bahwa Pemilu 2019 jadi momentum PDIP untuk menunjukkan kemampuan kader mudanya. Politisi muda PDIP dia yakini akan meningkatkan perolehan suara PDIP dari pemilih milenial, usia 17-34 tahun, yang jumlahnya mencapai 40 persen dari total pemilih Pemilu 2019. "Kaderisasi sangat penting, dan PDI Perjuangan sudah melakukannya dengan benar," kata psikolog politik Universitas Indonesia ini.
