tirto.id - Perfilman Indonesia sedang mati suri saat Mira Lesmana “diam-diam” membuat film bersama Rizal Mantovani, Riri Riza, dan Nan Achnas. Ketika itu, tahun 1995-an, orang tak bisa sembarangan menghasilkan karya. Ada prosedur organisasi yang harus diikuti.
Setelah memakan waktu produksi selama 3 tahun, film berjudul Kuldesak itu akhirnya dirilis. Kebetulan bertepatan dengan reformasi. Kuldesak bahkan dinominasikan sebagai Asian Feature Film dalam Silver Screen Awards di Singapore International Film Festival pada 1999.
Buah dari kesungguhan memang nyata, karena belakangan disadari kalau Kuldesak jugalah yang membuka jalan Mira untuk melahirkan karya istimewa lainnya di kemudian hari. Salah satunya, seperti yang kita semua tahu: Petualangan Sherina (2000). Film perdana Mira yang berhasil ditayangkan untuk umum ini meledak di pasaran, dan hingga kini masih meninggalkan kesan.
Perkembangan Film Indonesia
Keberhasilan Petualangan Sherina (disusul Ada Apa dengan Cinta dan Jelangkung) kemudian dirayakan sebagai momentum kebangkitan film Indonesia. Mira, oleh kritikus film senior dan penulis Katalog Film Indonesia 1926-2007 (1995) JB Kristanto, disebut sebagai pelopor kembalinya film Indonesia.
“Bisa dibilang, Mbak Mira itu yang melahirkan aku di film,” kata Adinia Wirasti, si Karmen dalam Ada Apa dengan Cinta.
“Pada waktu itu, hampir semua model, public figure perempuan, bintang sinetron–waktu itu masih sinetron kan, masih televisi–semuanya di-casting untuk Ada Apa Dengan Cinta yang waktu itu untuk film bioskop. Waktu itu masih nothing to lose, casting ya casting saja. Hah, gue dapet perannya? Ok, shooting! Benar-benar tidak ada pikiran this is my big break atau segala macam. Ternyata filmnya jadi sefenomenal itu.”
Mikha Tambayong yang memulai karier sebagai pemain sinetron, penyanyi, baru kemudian menekuni perfilman hingga sekarang merasa teknologi yang berkembang pesat memudahkan jalan seseorang di industri hiburan, khususnya perfilman. Tak seperti di masa lalu yang ruang gerak maupun publisitas-nya, bisa dibilang, masih terbatas.
“Kalau dulu pilihannya hanya di televisi atau di layar lebar, sudah itu saja. Sementara sekarang sudah ada web series, OTT (over-the-top), yang lebih menjangkau ke seluruh daerah menurut aku justru. Aku melihat perkembangan ini positif banget sih sekarang.”
Sheila Dara, aktris dan penyanyi yang tengah beradu peran dengan Reza Rahadian dalam serial web Yang Hilang dalam Cinta, juga memberi komentar mengenai fenomena genre film dan serial yang kian variatif saat ini.
“Mungkin karena platform-nya semakin banyak jadi orang-orang, tim produksi, sutradara juga bebas untuk explore berbagai macam genre yang mungkin sebelumnya belum bisa mereka lakukan. Buat aku sendiri, sebagai aktor, akhir-akhir ini lebih menyenangkan karena aku jadi bisa mencoba banyak karakter yang sebelumnya belum pernah aku coba.”
“Jadi kita semua ikut bertumbuh, belajar, dan penonton Indonesia hopefully jadi bisa menikmati lebih banyak lagi variasi dari industri kita,” lanjut Sheila.
Semakin banyak medium film dan semakin mudah akses, membuatnya kian mencuri perhatian khalayak. Fenomena inilah yang ditangkap oleh Adipati Dolken. Perbedaan film Indonesia dulu dan sekarang, kata Adipati, adalah penikmatnya yang jauh lebih banyak. Bertambahnya jumlah penonton dengan minat yang beraneka ragam ini sebenarnya bisa menjadi peluang emas.
Beragam Harapan
Kebangkitan dan perkembangan film Indonesia kemudian memunculkan harapan-harapan terbaik dari semua elemen perfilman—aktor, sutradara, produser, kameramen, dan lain-lain.
“Mumpung sekarang lagi banyak penonton, penyuka film bertambah, penikmat film bertambah, jadinya membuat kita harus lebih bisa membuat hal yang lebih luas lagi,” kata pemain film Perahu Kertas ini. Adipati juga membintangi sejumlah judul, beberapa di antaranya: Warkop DKI Reborn,Hujan Bulan Juni,18; Kukejar Cinta ke Negeri Cina, dan Sang Martir.
Lain lagi dengan Adinia. Ia berharap industri perfilman Indonesia lebih inklusif, terutama terkait gender. “Senang saja lihat filmmaker perempuan berdaya di Indonesia, diakui dan disegani, it’s very empowering and inspiring. Tidak sabar untuk melihat ragamnya sinema Indonesia jadi inklusif, leading actress dan leading actor jadi seimbang porsinya, dan filmmaker perempuan diakui keberdayaannya. For me, that’s very important because we know filmmaking is a man’s world.”
Komika Arie Kriting yang beberapa tahun terakhir ikut terjun ke industri film, salah satunya lewat Comic 8, juga tak ketinggalan menyampaikan harapan. “Semoga semakin banyak warna yang ditawarkan. Mudah-mudahan ya. Dan juga lebih memperhatikan hal-hal yang otentik. Karena Indonesia ini kaya akan berbagai latar belakang budaya.”
Sepanjang perjalanannya berkarya, kata Mira, inovasi memang jadi hal paling menarik dari industri ini. Kita akan selalu menunggu ada kejutan apa selanjutnya. Kreator tidak bisa menyuguhkan hal yang sama karena penonton akan merasa “oke, cukup”.
“Even if it’s horror, harus mencari cara gitu bentuk apa lagi atau bentuk-bentuk lain. Itu sih yang kayaknya selalu semua orang pikirkan supaya membuat audience always anticipating, always exciting, kalau ke depannya aku yakin tinggal menunggu saja. I know people are cooking a lot of things. Kita tinggal menunggu saja gitu munculnya, ada apa nih. Sekarang sudah mulai kelihatan kan ada yang mencoba, misalnya Visinema mencoba heist, kemudian ada yang sedang membuat all the action-adventure, superheroes, kita tinggal menunggu ada apa lagi,” kata Mira.
Atas kemajuan perfilman Indonesia dan beragam pencapaian para kreatornya, kita patut berbangga. Penghargaan paling bermakna bagi aktor Lukman Sardi adalah saat orang-orang bisa mengapresiasi karya dengan baik.
“Karya kita, karakter kita, mereka bisa involve, merasa, terinspirasi, merasa diingatkan, merasa oh ini gue banget ya, atau merasa terhibur. Buat aku itu achievement yang paling luar biasa sih,” kata pemain Gie, Laskar Pelangi, Gundala, dan masih banyak lagi itu.
Namun penghargaan tak cukup bila hanya disampaikan lewat kata—pujian maupun kritikan. Kita juga perlu menunjukkannya secara nyata.
Mengamini harapan-harapan di atas, kita juga dapat berkontribusi dengan terus mendukung hasil karya para sineas film Indonesia dengan menyaksikan konten-konten berkualitas secara legal di platform Disney+ Hotstar yang menyediakan berbagai film dan serial yang dibuat dan dibintangi oleh para talenta kebanggaan Tanah Air seperti Lukman Sardi, Mira Lesmana, Adinia Wirasti, dan yang lainnya.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis