tirto.id - Taliban membantah bertanggung jawab dan berada di belakang insiden serangan bom mobil di Kabul, Ibu Kota Afghanistan, yang setidaknya menewaskan 90 jiwa dan melukai sekitar 350 orang, pada Rabu pagi (31/5/2017).
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, seperti dikutip dari Reuters dan dilansir ulang Antara tak lama setelah ledakan bom mobil itu terjadi, mengatakan bahwa anggota kelompoknya tidak terlibat dalam serangan mematikan di kawasan diplomatik yang tak jauh dari istana Presiden Afghanistan itu.
Zabihullah juga menyebutkan bahwa Taliban mengecam serangan itu karena tidak bertarget secara jelas dan malah menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil.
Juru bicara kepolisian Kabul, Basir Mujahid menerangkan ledakan, yang menjadi salah satu insiden paling mematikan di Kabul dan mengguncang pada awal bulan Ramadan, tersebut terjadi di dekat pintu masuk kedutaan besar Jerman yang biasanya padat lalu lintas di jam sibu Kota Kabul pada Rabu pagi.
"Itu adalah bom mobil di dekat kedutaan besar Jerman, tetapi ada beberapa kantor penting lainnya di sekitar sana. Sulit untuk mengatakan targetnya," kata Basir.
Ledakan itu berdaya ledak sangat kuat sehingga menghancurkan dan membuat pintu-pintu bangunan terlempar ratusan meter. Sejumlah laporan mengatakan bahan peledak disembunyikan di dalam tanki air mobil jenis truk.
Al-Jazeera melaporkan ledakan kuat tersebut digambarkan oleh pejabat setempat sebagai "salah satu yang terbesar". Data korban tewas diperkirakan akan meningkat melebihi 90 jiwa.
Serangan bunuh diri tersebut terjadi di dekat alun-alun Zanbaq, di distrik 10 Kabul, dekat dengan pertokoan dan restoran, serta kantor pemerintah dan kedutaan asing. Jasad orang bertebaran di lokasi kejadian dan asap tebal membubung dari area tempat gedung-gedung kedutaan asing berada.
Para saksi mata mengambarkan puluhan mobil tertahan di jalanan, sementara para pejalan kaki terluka dan anak-anak sekolah perempuan panik mencari tempat aman. Banyak orang yang berjuang melewati pos pemeriksaan untuk mencari saudara mereka.
Jurnalis Al-Jazeera, Qais Azimy, melaporkan bahwa lokasi serangan tersebut sangat signifikan, karena menghantam salah satu bagian paling sibuk di ibukota Afghanistan.
"Kabul telah menjadi kota yang sangat tenang selama seminggu terakhir, namun polisi telah mengkonfirmasi kepada kami bahwa ini adalah salah satu ledakan terbesar yang pernah terjadi di Kabul," kata Qais.
Azimy mengatakan bahwa polisi sedang menyelidiki kemungkinan penyerang tersebut yang telah meledakkan sebuah truk berisi bahan peledak.
"Jika memang benar, sebuah truk berisi bahan peledak bisa sampai ke bagian Kabul yang sangat aman, maka itu akan menimbulkan banyak pertanyaan, tidak hanya di antara para diplomat yang tinggal di daerah tersebut, tapi juga penduduk reguler Kabul."
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom