tirto.id - Tubuh memiliki mekanismenya sendiri untuk menyembuhkan diri dari suatu penyakit. Ketika seseorang sakit, tubuh akan melakukan serangkaian proses untuk menyingkirkan penyebabnya sehingga menjadi pulih kembali.
Ribuan reaksi kimia dan biologi terjadi sepanjang hari pada tubuh. Semua reaksi itu bekerja secara otomatis di luar kesadaran.
Misalnya, ketika seseorang tersayat pisau dan berdarah, maka sel darah merah (trombosit) dan protein-protein bekerja membentuk gumpalan agar darah bisa berhenti atau diperlambat. Sementara itu, sel darah putih yang disebut neutrofil juga bergegas menuju arah luka agar tidak terjadi infeksi. Dengan begitu, luka sayatan cenderung sembuh lebih cepat.
Contoh lain dari keajaiban tubuh untuk menyembuhkan sakit yaitu pada kasus patah tulang. Pada patah tulang terjadi reaksi penyatuan kembali tepi yang kasar oleh sel-sel tulang yang disebut osteoblas. Serupa dengan itu, seperti di kasus kanker, hepatitis, dan sebagainya, banyak kumpulan zat mikroskopis di tubuh yang akan melawannya dan membuat tubuh kembali sembuh.
Mengutip laman TCI Medicine, sistem kekebalan tubuh turut menangani virus, bakteri, dan racun-racun dalam tubuh. Lendir tubuh membantu menjebak benda asing lalu membunuh organisme yang dinilai merugikan tubuh.
Salah satu bukti bekerjanya alarm tubuh terhadap benda asing adalah munculnya peradangan ketika mengalami cedera atau infeksi. Sistem kekebalan akan fokus untuk memulihkan area yang bermasalah. Selain itu, mungkin pula seseorang mengalami demam demi membantu tubuh melawan virus dan bakteri yang tidak menyenangi lingkungan panas.
Semua penyusun tubuh manusia bekerja keras untuk membuat fungsinya berjalan sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan dari pemilik tubuh agar kinerja dari dari zat mikroskopis tersebut mampu berjalan optimal.
Julie K. Silver, MD, seorang dokter Harvard dan penyintas kanker, dalam laman AARP menyatakan seseorang dapat memanfaatkan kekuatan pemulihan dari tubuhnya diri.
Jullie mengatakan untuk mendapatkan penyembuhan yang optimal dari tubuh setidaknya dapat dilakukan dari tiga aturan dasar, yaitu cara makan, cara tidur, dan cara bergerak. Dari ketiga hal itu seseorang memerlukan makan yang lebih baik dari sisi nutrisi, tidur yang cukup dan berkualitas, dan melakukan olahraga secara cukup.
1. Jangan lupakan nutrisi
Nutrisi diperlukan untuk mengoptimalkan penyembuhan oleh tubuh. Contohnya, orang yang memiliki masalah pada kulit dan tulang memerlukan asupan vitamin A dan C dengan cukup. Vitamin A membantu untuk memperbaiki sel dan vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen yang menjadi protein utama jaringan ikat tubuh.
Selain itu, pada orang yang memerlukan penanganan dari pembengkakan, memar, dan nyeri, salah satu nutrisi yang diperlukan adalah bromelain. Zat ini terdapat banyak pada nanas segar. Termasuk, bromelain dapat membantu pembuhan pasca trauma dan operasi.
Dengan demikian, mengonsumsi makanan bergizi saat sakit sangat penting. Sementara itu, makanan yang bersifat "sampah" seperti makanan cepat saji, mesti dikurangi atau dihentikan untuk mengoptimalkan penyembuhan. Julie menyarankan sehari makan lima kali yaitu tiga kali makan kecil hingga sedang, dan dua kali camilan bergizi.
Cara makan lima kali tersebut, menurut Juli, dapat mencegah penurunan kadar gula darah yang cepat dan membuat tubuh lelah. Apabila diperlukan, ahli gizi dapat dilibatkan dalam penyusunan menu makan.
2. Jadikan tidur sebagai prioritas
Saat tubuh sakit, diperlukan jam tidur yang lebih banyak. Tidur membantu sebagian proses dalam penyembuhan. Misalnya, tidur malam yang tercukupi akan memasok hormon melatonin yang dalam jumlah cukup.
Hormon melatonin terproduksi saat seseorang tidur. Dengannya, sistem kekebalan tubuh meningkat dan DNA yang rusak dapat diperbaiki. Melatonin diyakini pula dapat membantu pencegahan beberapa jenis kanker.
Jika selama sakit mengalami masalah sulit tidur, sebaiknya mencari solusi untuk mengatasinya. Dengan demikian tidur dapat kembali lelap dan proses penyembuhan akan terjadi.
3. Sempatkan untuk berolahraga
Sekali pun sakit perlu lebih banyak tidur, tapi tubuh perlu juga bergerak. Aktivitas fifik memiliki efek positif untuk terjadinya hemostatis pada tubuh. Saat terjadi hemostatis, maka bahan kimia dalam darah saling berhubungan dan bekerja sama.
Olahraga dapat pula sebagai langkah penyembuhan otot, tulang, tendon, dan ligamen. Aktivitas ini memacu pembentukan kolagen, yang membantu jaringan luka sembuh dengan baik. Di samping itu, olahraga menurunkan jaringan parut berlebihan yang disebut fibrosis.
Meski demikian, perlu juga untuk menentukan olahraga yang tepat saat sakit. Pasalnya, kebugaran saat sakit cenderung menurun. Konsultasi dengan ahli kesehatan diperlukan agar olahraga menjadi jalan efektif untuk mempercepat penyembuhan.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani