tirto.id - Hal paling menyenangkan dari reshuffle kabinet kemarin adalah humor yang bertebaran di media sosial, baik yang lucu maupun yang garing, dalam bentuk meme maupun dialog. Humor yang bisa dibaca sebagai penghiburan bagi orang kebanyakan lantaran tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah terhadap keputusan presiden, bisa pula dibaca sebagai perlawanan atau minimal ketidaksetujuan.
"Apa itu komedi? Di satu sisi mengakui itu prerogatif, di sisi lain mengeluhkan pilihannya," ujar pemilik aku @wilsonsitorus di Twitter.
Menjelang pengumuman reshuffle, beredar massif meme Menteri Puan Maharani dan Ibu Megawati. Menteri Puan, yang rankingnya selalu berada di papan bawah tabel kinerja menteri dalam beberapa survei kepuasan publik, menjadi bahan guyonan netizen.
Dalam meme yang formatnya seperti komik strip ini, di panel pertama, Menteri Puan digambarkan khawatir akan jabatannya sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) dan mengadu kepada ibunya yang juga mantan presiden dan ketua umum partai penguasa.
"Ma... Aku bakal kena reshuffle, ndak?" tanya Mbak Puan.
"Ndak bakal, Nak. Cuma menteri-menteri yang cowok saja," jawab Ibu Mega.
Di panel kedua, Mbak Puan lebih sumringah. "Kenapa cuma menteri yang cowok saja yang kena reshuffle, Ma?
"Ya karena cewek ndak pernah salah. Pasti cowok yang selalu salah." Keduanya pun tertawa terkekeh-kekeh.
Setelah pengumuman reshuffle, beredar lagi pesan berantai berjudul "Heboh Reshuffle" di berbagai grup Whatsapp. Pesan ini banyak disalin-tempel dan dimodifikasi di Facebook dan Twitter. Isinya, beberapa analisa terkait pergantian atau pergeseran posisi menteri yang ditutup dengan alasan kenapa jabatan Menteri Puan tidak diutak-atik sama sekali oleh Presiden Jokowi padahal persepsi publik terhadap kinerja Menko PMK tersebut cenderung negatif.
"Puan tidak disentuh Jokowi karena bukan muhrimnya," demikian pesan itu ditutup, dihiasi emoji tertawa sambil menangis.
Sejak pengangkatannya sebagai Menteri PMK, Mbak Puan memang tak pernah luput dari kontroversi—atau minimal sorotan wartawan dan para pakar kebijakan publik dan komentator politk. Ia dianggap tidak punya kompetensi memadai untuk menduduki jabatan sekelas Menko. Banyak pihak percaya, ia dipilih menjadi menteri hanya karena ia anak dari Megawati Soekarnoputri.
Tapi Presiden Jokowi melenggang saja. Toh, itu hak preogratif Presiden. Mbak Puan tetap dipanggil dan dilantik jadi Menteri. Mbak Puan menanggapi segala kabar miring tentang dirinya dengan tenang.
"Sebagai anak Megawati, saya mengucapkan alhamdulillah. Sebagai keluarga Bung Karno, juga mengucapkan syukur alhamdulillah. Itu buat saya merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang belum tentu semua orang miliki," kata Menteri Puan sesaat setelah dilantik. "Kalau orang berpikir bahwa hanya karena saya berasal dari satu keluarga kemudian alhamdulillah menerima amanah seperti ini, tolong juga dilihat bagaimana kinerja yang selama ini saya sudah lakukan.”
Puan lalu meminta masyarakat untuk melihat apa saja yang pernah ia lakukan di kancah politik, bukan hanya latar belakang keluarganya. Sebelum menjadi menteri, prioritasnya adalah bekerja untuk partai yang di badan legislatif. "Kalau memang mau bicara apa saja, boleh saja. Tapi juga dilihat apa yang sudah dilakukan," ujarnya.
Ketika wartawan mendesakkan pertanyaan mengenai kompetensinya, Mbak Puan dengan anggun menjawab, "Ya, apapun yang bisa saya lakukan. Coba lihat aja nanti."
"Apa? Apa yang akan Anda lakukan?
"Coba lihat saja nanti," katanya, masih tenang dan senyum manis.
Dalam perjalanannya sebagai Menko, Puan tak bisa lepas dari rongrongan publik. Berbagai survei dilakukan oleh beberapa lembaga berbeda menunjukkan, kepuasan publik terhadap kinerja Menteri Puan selalu rendah. Bahkan banyak responden yang mengaku tak tahu apa saja yang sudah beliau kerjakan.
Menjelang 100 hari pemerintahan Jokowi, Cyrus Network mengumumkan hasil survei tentang Kabinet Kerja dan khususnya kinerja Menteri Puan. "Ada 22 persen responden yang memberikan perhatian kepada putri Ketua Umum PDIP ini,” kata Hasan Nasbi, Direktur Eksekutif Cyrus Network, pada 21 Desember 2014. “Namun sayangnya, 12 persen di antaranya menilai Puan Maharani sebagai menteri yang tidak memiliki kinerja yang menjanjikan."
Tapi kali ini Menteri Puan tak bisa menanggapinya dengan santai dan senyum manis. Usai acara peringatan Hari Ibu di Lenteng Agung, Puan langsung dikelilingi wartawan yang ingin tahu pendapatnya soal temuan terbaru Cyrus Network. "Enggak bekerja bagaimana?” katanya. “Setahu saya Menko selama ini sudah bekerja." Lalu beliau segera meninggalkan kerumunan.
Menjelang reshuffle jilid 1, kencang lagi angin berhembus ke arah Menteri Puan. Kinerjanya terus disoroti dan dianggap layak diganti. Tapi sekali lagi publik kecele. Semua Menko memang diganti, kecuali Menko PMK.
Pada November 2015, Lembaga Klimatologi Politik (LKP) mengumumkan hasil survei mereka tentang kepuasan publik terhadap menteri-menteri Jokowi. Lagi-lagi Puan berada di papan bawah. Ia berada di urutan keenam dari tujuh menteri yang dipersepsikan berkinerja terburuk. Ia hanya sedikit lebih unggul dari Rini Soemarno, Bambang Brojonegoro, Siti Nurbaya, Yasonna Laoly, dan Sudirman Said. Sangat jauh untuk mengejar kinerja hebat Menteri Susi Pudjiatuti. "Puan mungkin terlalu pendiam dan kurang terbuka," kata Usman Rachman, CEO LKP.
Tapi toh semua itu hanya persepsi publik. Pada akhirnya, yang paling menentukan adalah pandangan Presiden sendiri, atau keputusan Presiden terkait Menteri Puan. Semuanya sudah jelas, posisi Sang Menko selalu aman.
Dalam wawancara khusus dengan Majalah Tempo pada 30 Januari 2015, Presiden Jokowi punya pendapat menarik tentang Menteri Puan.
“Menteri dari partai kabarnya tidak perform, ya?”
“Enggak, menteri dari partai banyak juga yang baik. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo itu bagus,” jawab Jokowi.
“Kalau Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani?”
“Pak Tjahjo Kumolo bagus.” Jokowi pun terkekeh-kekeh.
Lucu sekali, memang.
Penulis: Arlian Buana
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti