Menuju konten utama

Swedia vs Inggris: Uji Kolektivitas & Efektivitas Stategi Andersson

Strategi kolektivitas dan efektivitas pelatih Swedia Janne Andersson bakal diuji oleh Gareth Southgate pada duel Swedia vs Inggris.

Swedia vs Inggris: Uji Kolektivitas & Efektivitas Stategi Andersson
Selebrasi gol Emil Forsberg pada pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2018 antara Timnas Swedia vs Timnas Swiss di St. Petersburg Stadium, St. Petersburg, Rusia, Selasa (03/07/2018). AP Photo/Martin Meissner

tirto.id - Ribuan pendukung Swedia berteriak kegirangan usai timnya menang 1-0 atas Swiss pada babak 16 besar di Stadion Saint Petersburg, Selasa (3/7/2018) malam. Mereka menyerukan nama Janne Anderson, pelatih yang telah membawa Swedia lolos ke perempat final Piala Dunia FIFA untuk pertama kalinya sejak 1994.

"Sungguh senang rasanya berdiri di sisi lapangan dan mendengar fans menyerukan nama saya," kata pelatih kepala Janne Andersson selama konferensi pers pasca pertandingan.

Tapi dia cepat-cepat mengedit omongannya dan menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun, bahkan dirinya sendiri, adalah "bintang" di tim Swedia.

"Sepak bola adalah olahraga tim dan tim ini, bagi saya, menjadi contohnya. Kami semua bekerja keras untuk satu sama lain di dalam dan di luar lapangan," ujar Andersson seperti dikabarkan FIFA.

Tak Ada Pemain Bintang di Timnas Swedia

Dari empat laga di Piala Dunia 2018, tidak ada yang menonjol dalam daftar pemain Timnas Swedia. Lima gol yang dicetak Swedia di fase grup dan babak 16 besar tidak bertumpu pada satu pemain: Andreas Granqvist (2), Emil Forsberg (1 gol), Ola Toivonen (1) dan satu gol bunuh diri pemain Meksiko Edson Alvarez. Berbeda dengan era Zlatan Ibrahimovic di timnas swedia: Zlatan adalah bintang Swedia yang menjadi pencetak gol terbanyak (50) bagi negaranya.

Tidak ada pemain "bintang" dalam susunan pemain timnas Swedia sejak Zlatan Ibrahimovic menyatakan pensiun membela negaranya pada 2016 lalu. Komposisi pemain "tanpa bintang" inilah yang nampaknya menjadi strategi Anderson dalam menghadapi Piala Dunia 2018 sejak ia melatih timnas Swedia pada 2016. Swedia lolos dari kualifikasi zona Eropa setelah mengandaskan Italia dengan agregat 1-0.

Zlatan nampaknya sengaja tak dipanggil oleh Anderson. Kendati Zlatan sendiri "berambisi" ingin bermain di Piala Dunia 2018. "Maksud saya, Piala Dunia tanpa saya tidak bukanlah Piala Dunia," ujar Zlatan dalam satu sesi wawancara dengan Jimmy Kimmel, pertengahan April 2018.

Sepekan setelah pernyataan Zlatan, manajer timnas Swedia, Lars Richt, terbang ke Los Angeles menemui Zlatan Ibrahimovic yang kini bermain di Major League Soccer. Richt yang mengenal Zlatan secara personal menyatakan bahwa mantan pemain PSG itu tak berubah pikiran, tetap tak bermain di Piala Dunia.

"Saya berbicara dengan Zlatan pada hari Selasa," katanya kemudian, "Dia mengumumkan bahwa dia belum berubah pikiran tentang bermain untuk tim nasional. Artinya, tidak."

Zlatan nampaknya tidak sesuai dengan karakter skuat yang ingin dibangun oleh Anderson. Pada 2015, pelatih ini telah sukses membawa IFK Norrkoping meraih gelar juara Liga Swedia, dengan skuat yang mungkin tidak membanggakan. Tidak jauh berbeda dengan skuat timnas Swedia di Rusia 2018.

Ketika Swedia yang tanpa pemain bintang itu akhirnya lolos ke perempat final, sekali lagi, ia merasa bahagia dan bangga. "Kami bekerja keras menyusun dan mengikuti rencana, tetapi kami bisa melakukannya dengan lebih baik. Perasaannya bagus sekarang, tetapi kami harus kembali fokus dan melihat ke depan sampai hari Sabtu," ujar Anderson.

Serangan dan Pertahanan Efektif Swedia

Anderson bakal melakoni jadwal perempat final Piala Dunia 2018 antara Swedia vs Inggris pada Sabtu (7/7/2018) di Samara Arena. Menghadapi Inggris, Anderson diprediksi tetap konsisten menggunakan formasi klasik 4-4-2, sebagaimana ia terapkan dalam empat laga terakhir.

Dari formasi ini, Swedia selalu bisa mencetak gol dalam empat laga. Uniknya, empat dari lima gol Swedia di Piala Dunia 2018 tercipta di babak kedua. Satu gol yang dicetak Swedia di babak pertama justru mengantarkan mereka kepada kekalahan 1-2 dari Jerman.

Pada laga babak 16 besar antara Swedia vs Swiss yang miskin peluang di babak pertama, serangan tim asuhan Anderson sebenarnya banyak bertumpu pada kedua sayap mereka yakni Viktor Claesson di kanan dan Emil Forsberg di kiri. Permainan impresif yang ditunjukkan Forsberg akhirnya membuahkan kemenangan kendati tendangannya sempat menyentuh kaki bek Swiss Manuel Akanji.

Model serangan Swedia ini tak banyak berubah saat mereka mengalahkan Meksiko. Dari formasi awal 4-4-2, mereka akan berubah ke formasi 4-2-4 saat menyerang dengan Albin Ekdal dan Sebastian Larsson di tengah sebagai penyeimbang tim. Swedia juga lebih dulu menyerang dengan menempatkan penyerang mereka di area bertahan lawan.

Dengan strategi seperti ini, Swedia melakukan dua pekerjaan sekaligus: menyerang dan meredam serangan awal sejak dalam area lawan. Hal ini pula yang menjadikan laga Swedia melawan tim lain di fase grup dan babak 16 besar lebih banyak duel di lini tengah.

Namun strategi Swedia ini tidak sepenuhnya berjalan saat laga Jerman vs Swedia. Pelatih Jerman Jaochim Low mampu meredam Emil Forsberg. Forsberg yang bergerak di sisi kanan pertahanan Jerman kerap berduel dengan Joshua Kimmich dan Thomas Müller. Jonas Hector dan Julian Draxler juga sukses meredam Viktor Claesson yang bergerak di kiri pertahanan Jerman.

Ketika dua sayap ini lepas dari kawalan maka sangat mengancam gawang lawan. Hal ini terbukti pada gol pertama Swedia ke gawang Jerman pada menit ke-32. Saat itu, Viktor Claesson yang tanpa kawalan berarti mampu memberikan umpan ke Ola Toivonen di kotak penalti dan akhirnya sukses mengelabui Manuel Neuer.

Jerman baru bisa menyamakan kedudukan pada menit ke-48 babak kedua setelah pelatih Joachim Low memasukkan Julian Draxler yang digantikan Mario Gomez. Gol Jerman berawal dari umpan Timo Welner di sisi kiri, bola sempat membentur Gomez di kotak penalti sebelum diteruskan Marco Reus ke sudut kiri gawang Robin Olsen.

Masuknya Gomez dengan kemampuan finishing touch mumpuni berhasil merepotkan pertahanan Swedia di awal babak kedua. Tapi Janne Anderson yang menerapkan formasi awal 4-4-2 berubah menjadi 8-2 saat bertahan, artinya ada delapan pemain di kotak penalti. Strategi bertahan parkir bus ini terbukti menyulitkan Korea, Meksiko, dan Swiss yang gagal mencetak gol ke gawang Swedia. Jerman sendiri -- yang dinilai memiliki kualitas pemain lebih baik dari ketiga tim tersebut -- harus bekerja keras sampai akhir babak kedua sebelum Toni Kroos dengan tendangan pisangnya menjebol gawang Olsen.

Pelatih Inggris Gareth Southgate nampaknya harus mencari cara lain untuk membuat counter strategi Janne Andersson akhir pekan mendatang dalam duel Swedia vs Inggris.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Olahraga
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH