Menuju konten utama

Survei: Analis Bisnis Akan Banyak Dibutuhkan pada 2018

Perkembangan industri pada 2018 akan banyak permintaan di bidang analis bisnis, fintech, energi, minyak dan gas.

Survei: Analis Bisnis Akan Banyak Dibutuhkan pada 2018
Ilustrasi pekerja milineal di Indonesia. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Hasil survei perusahaan spesialis rekrutmen profesional, Robert Walters, mengungkapkan bahwa industri akan mengalami pertumbuhan pesat pada 2018, terutama terkait teknologi (fintech). Ke depannya, teknologi memang menjadi area pertumbuhan utama karena tren digitalisasi.

Manajer, Akutansi, dan Keuangan Robert Walters, Karina Saridewi di Jakarta pada Rabu (22/11/2017) mengatakan, industri akan banyak mencari kandidat lokal yang mahir teknologi, fasih dwibahasa, dan idealnya punya pengalaman internasional. Pencari kerja dengan pengalaman dalam statistik, analisis data dan kreativitas dasar pun akan sangat diminati.

"Analis bisnis dan profesional yang kompeten juga akan diminati karena kepentingan bisnis untuk menggunakan data dalam memaksimalkan basis pelanggan dan memenangkan pangsa pasar," ucap Karina.

Permintaan terhadap kualifikasi tersebut diproyeksikan untuk dapat memimpin level manajer di dua negara sekaligus, pasalnya sebagian besar perusahaan akan kesulitan untuk menemukan kandidat yang memiliki motivasi tinggi dan kemampuan dwibahasa dengan pengalaman internasional.

Sementara itu, kualifikasi dari perusahaan multinasional seperti Singapura, Malaysia, dan sebagainya yang berada di Indonesia akan memasang kualifikasi pengalaman mumpuni minimal 4-5 tahun. Sedangkan, di Indonesia normalnya masih sekitar 1-2 tahun.

"Kandidat dengan kualitas tersebut sangat dicari dan cenderung lebih selektif terhadap perusahaan, yang akan mereka pertimbangkan untuk bekerja," jelasnya.

Sehingga, pekerja terampil yang berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya dapat mengharapkan kenaikan gaji antara 15-30 persen dan untuk peran spesialis dalam teknologi dan penyesuaian dapat meningkat hingga 50 persen. Survei kecenderungan untuk pindah dari perusahaan satu ke yang lainnya ada 30 persen.

"Selain pekerja bisnis analisis, fintech, ada energi, minyak dan gas, pertambangan juga sudah mulai lagi ada permintaan. Untuk perbankan tetap steady, maka akan ada kompetisi talent dengan pertumbuhan, tapi ada kekurangan untuk mencari skill yang tepat," ungkapnya.

Berdasarkan hasil survei, Karina memprediksi pada 2018 hingga 2020 akan ada gap 50-60 persen antara permintaan dan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang sesuai kualifikasi.

"Asumsinya 60 persen kita akan ada gap untuk dapat talent yang bagus, cocok untuk kita tempatkan multinasional company dan mungkin untuk domestik company, seperti Orangtua, Sinarmas dan lain-lain. Dalam junior level kita juga enggak kecukupan S1 untuk bisa masuk kualifikasi," kata Karina.

Baca juga artikel terkait FINTECH atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra