tirto.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani meminta negara-negara di ASEAN tetap waspada dan bersiap menghadapi beberapa tantangan eksternal yang dapat menyebabkan turbulensi pada ekonomi regional. Hal itu disampaikan Sri Mulyani saat membuka Pertemuan Pertama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) 2023 di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (31/3/2023).
"Kita harus terus memperbarui kebijakan kita untuk menanggapi situasi yang dinamis," katanya dikutip dari Antara.
Dia berharap ASEAN tidak berpuas diri dengan pertumbuhan ekonomi kawasan yang diharapkan tinggi pada tahun ini. Di sisi lain, ASEAN juga harus aktif menjaga dan memfasilitasi situasi saat ini agar negara-negara di kawasan dapat terus melakukan yang terbaik dalam reformasi ekonomi dan memastikan keberlanjutan.
Di bawah badan sektoral keuangan dan bank sentral ASEAN, terdapat enam inisiatif yang tercermin dalam enam komite kerja. Yaitu liberalisasi jasa keuangan, liberalisasi akun modal, pengembangan pasar modal, inklusi keuangan, kerangka kerja integrasi perbankan ASEAN, serta sistem pembayaran dan penyelesaian.
Sri Mulyani menjelaskan beberapa inisiatif tersebut sudah berlangsung lama, bahkan sejak tahun 1999. Namun terdapat beberapa inisiatif yang relatif baru, yaitu dari tahun 2015.
"Berbagai inisiatif ini menjadi alat penting bagi kita semua untuk dapat berkontribusi pada ketahanan ekonomi kawasan serta ketahanan ekonomi masing-masing negara," tuturnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menuturkan AFMGM sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi di bawah badan sektoral, tentu menjadi tanggung jawab Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN untuk berkolaborasi dan membuat kemajuan yang nyata.
"Kita harus mengelola semua inisiatif ini secara strategis agar terus memberikan manfaat optimal bagi kita semua," ungkapnya.
Sementara itu, dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN konsisten menyumbang 3 persen produk domestik bruto (PDB) riil dunia selama ini.
"Wilayah kita telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terutama pada periode 2010 hingga 2019," bebernya.
Dia berharap ASEAN bisa terus memastikan agar capaian berlanjut dengan memperkuat kapasitas kawasan untuk menjawab berbagai tantangan, baik tantangan sebelumnya, tantangan saat ini, hingga tantangan di masa depan.
Pada tahun 2020, PDB ASEAN sempat menyusut lebih dari tingkat pertumbuhan dunia karena pandemi COVID-19. Kemudian pada tahun 2021, pertumbuhan ASEAN masih belum keluar dari tingkat pra pandemi sehingga kala itu diharapkan pemulihan secara penuh terjadi pada tahun 2022.
Dia berharap ke depan ASEAN perlu menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi inklusif yang kuat dan berkelanjutan. Dia menuturkan banyak organisasi internasional yang masih memproyeksikan ASEAN akan tumbuh positif pada tahun 2023, sehingga kawasan ini masih punya banyak waktu untuk memastikan bahwa proyeksi tersebut akan terwujud atau bahkan lebih baik.
Walaupun kata dia ASEAN belum keluar dari level pra pandemi pada 2021, Indonesia sedikit beruntung karena di tahun tersebut PDB domestik telah melewati level pra pandemi.
"Situasi ini terutama karena pandemi dan benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya bagi Indonesia, setelah menikmati periode pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi," ujarnya.
Kendati demikian, dia menuturkan pandemi memberikan motivasi kepada Indonesia untuk memastikan ekonomi dalam kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya.
Editor: Intan Umbari Prihatin