Menuju konten utama

Sri Mulyani Khawatir Tren Suku Bunga AS Ancam Krisis Keuangan Dunia

Sri Mulyani sebut dalam 40 tahun ke belakang ada beberapa krisis keuangan yang ditimbulkan karena kenaikan suku bunga AS.

Sri Mulyani Khawatir Tren Suku Bunga AS Ancam Krisis Keuangan Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komite IV DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/6/2022). . ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti terjadinya ancaman krisis keuangan dunia seiring dengan kenaikan tren suku bunga di Amerika Serikat (AS). Kenaikan suku bunga sendiri dipicu oleh tekanan inflasi yang tinggi di negeri Paman Sam tersebut.

“Kita harus sangat hati-hati. Dengan tren suku bunga yang naik, berarti potensi terjadinya krisis keuangan di berbagai negara di dunia kita lihat akan mungkin terjadi," kata dia dalam rapat dengan Komite IV DPD, di Jakarta, Selasa (7/6/2022).

Sri Mulyani mengatakan, dalam 40 tahun ke belakang ada beberapa krisis keuangan yang ditimbulkan karena kenaikan suku bunga AS. Untuk itu, ia meminta semua pihak berhati-hati dalam melihat potensi terjadinya krisis yang sama dalam waktu dekat.

“Jadi sekarang ini kita harus sangat hati-hati," imbuhnya.

Pada 1982, kenaikan suku bunga AS mencapai 20 persen akibat inflasi sebesar 14 persen. Kondisi itu lantas menyebabkan krisis keuangan di tiga negara yaitu Brazil, Argentina, dan Meksiko. Pada 1995, Meksiko kembali mengalami krisis saat suku bunga AS meningkat.

Asian financial crisis itu juga terjadi yaitu kita tahun 98-97. Kemudian kita juga lihat tahun 2007, 5,25 kenaikan suku bunga itu global financial crisis terjadi tahun 2008-2009," ungkapnya.

Meski begitu, Bendahara Negara itu memahami kenaikan suku bunga bertujuan untuk menekan lonjakan inflasi di AS juga berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Artinya setiap the Fed melakukan adjusment, maka yang terjadi adalah resesi karena AS mengalami pertumbuhan negatif.

“Kemarin Fed fund rate sudah naik 50 persen, dan dia akan menuju ke 3,5 persen. Ini artinya bahwa dolar menjadi sangat mahal dalam hal ini akan memberi konsekuensi kepada seluruh dunia karena interest global akan mengalami kenaikan," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait THE FED atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz