Menuju konten utama

Solskjaer Memang Layak Jadi Pelatih Tetap Manchester United

Pengaruh yang diberikan Solskjaer terhadap United tidak hanya terjadi di atas lapangan, dan itu adalah salah satu kunci dari penampilan apik Setan Merah.

Solskjaer Memang Layak Jadi Pelatih Tetap Manchester United
Pelatih Ole Gunnar Solskjaer. AP Photo/Rui Vieira

tirto.id - Pada Kamis (28/2/19) dini hari, Manchester United datang ke Selhurst Park, markas Crystal Palace, dalam keadaan compang-camping. Mereka tidak diperkuat sejumlah pemain inti karena dihantam badai cedera.

Namun Setan Merah ternyata mampu tampil meyakinkan, seakan baik-baik saja, dan berhasil mengalahkan tuan rumah 1-3.

Kemenangan tersebut lantas menghasilkan rekor baru: untuk pertama kalinya dalam sejarah, United berhasil memenangi delapan laga tandang berturut-turut.

Untuk semua itu, Ole Gunnar Solskjaer, sang pelatih, tentu layak mendapatkan pujian. Tanpa kejeliannya, bagaimanapun keadaannya, Setan Merah barangkali tidak akan tampil seganas sekarang.

Penampilan United di markas Palace adalah contoh ternyata betapa detailnya Solskjaer dalam berhitung. Laiknya ahli ekonomi, ia menghitung secara rinci kemampuan Palace. Titik lemah Palace ia hajar dan kelebihannya diredam.

Bermain dengan formasi 4-3-3, Solskjaer berusaha mematikan kekuatan Palace yang terletak di sektor sayap. Tahu bahwa duet Patrick van Aanholt dan Wilfried Zaha bisa mengancam sisi kanan pertahanan United, ia tak membiarkan Ashley Young, full-back kanan United, maju ke depan. Selain itu, untuk mendukung Young dalam bertahan, Solskjaer juga memainkan Diogo Dalot di depannya.

Di sisi kiri, tugas untuk mematikan Andros Townsend diserahkan ke Fred, yang bermain sebagai gelandang kiri. Saat United menyerang, Fred akan mundur, memberikan kebebasan Luke Shaw, full-back kiri United, untuk melaju ke depan.

United lantas mengandalkan kemampuan menyerang Shaw untuk mengeksploitasi titik lemah Palace, yakni keengganan Townsend dalam melakukan track-back.

Alhasil, tanpa mendapatkan bantuan berarti dari Townsend dalam bertahan, Joel Ward, full-back kanan Palace, pontang-panting dalam bertahan.

Pada menit ke-33, Shaw membuktikan bahwa hitung-hitungan Solskjaer tepat. Ia mengelabui Townsend, melaju ke lini depan, lalu memberikan assist untuk Romelu Lukaku. Selain itu, ia juga berhasil menciptakan dua umpan kunci dalam pertandingan itu, membuatnya menjadi pemain United yang paling banyak menciptakan peluang.

Setelah gol itu, United tampak di atas angin. Mereka mampu mengontrol jalannya pertandingan dan perlawanan Palace dapat dikatakan berakhir. Solskjaer lalu membenarkan bahwa kunci kemenangan Setan Merah terletak pada gol pertama.

“Ini adalah kemenangan tandang yang luar biasa [...] Kami memulai laga dengan baik. Kami seharusnya mampu mencetak gol pada awal-awal laga melalui tendangan sudut yang gagal diselesaikan Rom [Lukaku]. Lalu setelah kami unggul 0-1, aku rasa kami mulai mengontrol jalannya pertandingan,” ujar Solskjaer.

Pilihan Tepat

Selain berhasil mencatatkan rekor kemenangan tandang baru, kemenangan Manchester United atas Crystal Palace juga mampu meyakinkan penggemar bahwa Solskjaer memang layak untuk diangkat menjadi pelatih tetap. Ia mempunyai segalanya untuk membuat United kembali ke jaya.

Pelatih lawan bahkan tak ragu untuk memuji kinerja mantan penyerang United tersebut.

“Aku benar-benar bahagia untuknya karena ia mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kualitasnya. Ia membuat United menjadi ancaman lagi. Tentu saja itu bukan berita baik untuk kami [Liverpool], tetapi bagi penggemar United itu brilian, [Solskjaer] membawa semua hal yang telah diperjuangkan oleh Ferguson,” ujar Jürgen Klopp, pelatih Liverpool.

Ucapan Klopp itu senada dengan Gary Neville, mantan rekan Solskjaer di United. Sempat ragu, Neville akhirnya mengaku tersihir oleh kemampuan Solskjaer saat United menahan Liverpool di Old Trafford, Minggu (24/2/19).

“Jika tidak ingin terjadi ‘pemberontakan’, aku pikir United tidak boleh memberikan pekerjaan kepada orang lain. Kami dapat belajar dari suasana yang terjadi pada babak kedua. Tiga bulan lalu mereka menyanyikan ‘serang, serang, serang’ dan hari ini mereka terus menyanyikan nama Solskjaer di sepanjang babak kedua,” tutur Neville.

Neville kemudian menambahkan: ”suasananya benar-benar berubah. Ini adalah suasana terbaik yang pernah terjadi di Old Trafford selama tahun-tahun terakhir dan skornya hanya 0-0! Jika Manchester United mampu mencetak gol, itu akan menjadi semakin luar biasa.”

Yang menarik, Solskjaer ternyata tidak hanya melakukan perubahan di atas lapangan. Menurut Paul Hirst, salah satu penulis The Times, salah satu kunci kesuksesan Solskjaer di United sejauh ini justru dimulai dari luar lapangan.

Saat pertama kali menginjakkan kakinya di Carrington sebagai pelatih United, Solskjaer langsung mencoba menghidupkan suasana tempat latihan United tersebut. Ia membawa cokelat Norwegia untuk Kath Phipps, resepsionis yang sudah mengabdi untuk United, juga untuk para pekerja di Carrington lain.

Selain itu, Solskjaer langsung memberikan pesan kepada mereka bahwa ia ingin tetap dipanggil “Ole” daripada dipanggil “bos” atau “pelatih”.

Solskjaer juga tak luput untuk membuat para pekerja di Carrington merasa nyaman. Seperti Ferguson dulu, setiap kali datang ke Carrington, Solskjaer akan menyapa mereka dengan memanggil nama, seakan sudah akrab dalam waktu yang cukup lama.

Kemudian, bagaimana perlakukan Solskjaer terhadap para pemainnya?

Ketika tampil buruk, para pemain United seringkali menjadi sasaran tembak kejengkelan Mourinho. Bahkan Mourinho tak ragu untuk mengkritik para pemainnya di depan media. Namun Solskjaer berbeda. Dia tak mau melakukan itu. Di hadapan media, ia akan selalu menjaga reputasi para pemainnya.

Cara Solskjaer dalam mengembalikan kebanggaan para pemainnya juga dapat dilihat dari setelan yang mereka kenakan menjelang pertandingan. Sementara Mourinho terbiasa menyuruh para pemainnya mengenakan tracksuit, Solskjaer lebih senang para pemainnya mengenakan setelan jas yang sudah dipersiapkan klub.

Saat para pemain United mampu melangkah lebih gagah di luar lapangan, mereka pun bisa menerjemahkan dengan baik satu pesan penting dari Solskjaer: “hal pertama yang harus Anda pikirkan adalah bagaimana caranya mengirimkan umpan ke depan.”

Kini, tidak seperti pada era Mourinho, mengumpan ke depan bukan lagi perkara sulit bagi pemain-pemain United.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Rio Apinino