Menuju konten utama

Sinopsis Film What They Don't Talk About When They Talk About Love

Film berdurasi 1 jam 46 menit ini berkisah tentang kehidupan sehari-hari para penyandang disabilitas yang bersekolah di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sinopsis Film What They Don't Talk About When They Talk About Love
Poster Film What They Don't Talk About When They Talk About Love. (FOTO/Amalina Pictures)

tirto.id - What They Don't Talk About When They Talk About Love (2013) adalah salah satu film bergenre drama karya sutradara Mouly Surya.

Film berdurasi 1 jam 46 menit ini berkisah tentang kehidupan sehari-hari para penyandang disabilitas yang bersekolah di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sinopsis What They Don't Talk About When They Talk About Love

Film ini mengisahkan tentang Diana (Karina Salim), seorang penyandang low vision impairment dan jatuh cinta dengan teman sekelasnya yang seorang tuna netra, Andika (Anggun Priambodo). Diana tak mengetahui, bahwa Andika sudah mempunyai seorang kekasih.

Berbagai cara Diana lakukan untuk menarik perhatian Andika, termasuk menggunakan parfum kesukaan Andika, menunggu Andika di depan kelas, dan mencoba mengobrol tentang topik apapun. Diana pun kerap diam-diam melihat Andika melalui kacamata khususnya.

Selain digambarkan sebagai perempuan yang polos, Diana juga digambarakan sebagai sesorang yang ingin dilihat sebagai ‘perempuan’.

Ia menyisir rambutnya hingga 100 kali, mengikuti kelas balet, hingga berdandan. Sehingga ketika ia akhirnya mendapatkan menstruasi pertamanya, ia sangat bahagia dan langsung menghubungi ibunya.

Pada akhirnya, Diana menyatakan cintanya pada Andika. Andika yang saat itu sudah putus dengan pacarnya, memutuskan untuk menerima pernyataan cinta dari Diana.

Di sisi lain, teman dekat Diana bernama Fitri (Ayushinta), seorang tuna netra yang diam-diam ditaksir oleh Edo (Nicholas Saputra).

Edo merupakan seorang anak pedagang yang berjualan di depan SLB. Edo adalah seorang tuna rungu-wicara.

Interaksi antara mereka di mulai karena Fitri yang mempercayai tentang mitos hantu dokter yang dapat mengabulkan permintaan. Mendengar tentang hal tersebut, Edo lantas berpura-pura menjadi hantu dokter.

Mereka akhirnya setuju untuk bertemu pada malam Jum’at, dan sejak saat itu mereka bertukar pesan braile.

Fitri tak pernah mengetahui siapa sosok sesungguhnya hantu dokter tersebut. Hingga akhirnya, pada suatu pesta Edo akhirnya mengakui siapa dirinya.

Tentang What They Don't Talk About When They Talk About Love

Sama seperti judulnya, yang tidak dibicarakan ketika membicarakan cinta, film ini mengekspos kisah cinta yang tidak biasa, yaitu melalui perspektif orang berkebutuhan khusus.

Film ini bukan untuk mengeksploitasi mereka tetapi justru menekankan bahwa para penyandang disabilitaspun mempunyai kisah cinta dan problema yang sama seperti orang kebanyakan.

Film ini menyajikan plot twist berupa perubahan alur mendadak. Penonton akan dihadapkan pada pengandaian jika karakter-karakter di atas tidak berkebutuhan khusus.

Hal lain yang menarik dari film ini adalah kebisuan pada pertengahan film dan pemain yang menggunakan bahasa isyarat untuk berdialog. Penonton seolah-oleh diajak untuk memahami kesunyian dunia orang yang tak mampu mendengar.

Film ini meraih nilai 7,1/10 di IMDb dan audience score sebanyak 73 persen di Rotten Tomatoes.

Selain itu, film ini juga meraih penghargaan dan nominasi di International Film Festival Rotterdam, Maya Awards, Indonesian Film Festival, dan Indonesian Movie Award.

What They Don't Talk About When They Talk About Love juga merupakan satu-satunya film Indonesia yang diputar pada Festival Film Sundance.

Baca juga artikel terkait WHAT THEY DONT TALK ABOUT WHEN THEY TALK ABOUT LOVE atau tulisan lainnya dari Salma Mahjatina Zahra

tirto.id - Film
Kontributor: Salma Mahjatina Zahra
Penulis: Salma Mahjatina Zahra
Editor: Nur Hidayah Perwitasari