tirto.id - Santiago Solari resmi ditunjuk sebagai caretaker Real Madrid pada Senin (29/10) untuk menggantikan Julen Lopetegui. Statusnya memang sementara hingga Los Blancos menemukan pelatih baru. Namun, setidaknya Solari akan memimpin Madrid dalam empat partai, yang pertama adalah leg pertama babak 32 besar Copa del Rey kontra Melilla pada Kamis (1/11).
"Posisi Julen Lopetegui sebagai pelatih Real Madrid akan digantikan oleh Santiago Solari sementara waktu, dan dia akan memimpin tim utama mulai Selasa (30/10)," demikian pengumuman situs Real Madrid tentang pemecatan Lopetegui dan pengangkatan Solari.
Krisis memang masih terus menggelayuti Real Madrid, terutama dalam tujuh partai terakhir. Klub pemenang Liga Champions dalam tiga musim beruntun tersebut terus saja menuai hasil buruk: satu kemenangan, satu seri, dan lima kekalahan.
Masalah yang dialami Lopetegui bukan cuma sekadar total enam kekalahan hanya dalam 14 pertandingan bersama Real Madrid. Tetapi juga, karena di pertandingan terakhir sebelum dipecat, Los Blancos dikalahkan oleh tuan rumah Barcelona 5-1 di El Clasico yang digelar di Camp Nou pada Minggu (28/10).
Real Madrid ditinggalkan Julen Lopetegui dalam kondisi gagal meraih Piala Super UEFA 2018, dan ada di urutan kesembilan klasemen Liga Spanyol 2018/2019 hingga pekan kesepuluh. Di sisi lain, Los Blancos sendiri yang menegaskan, pemecatan itu penting dilakukan di awal musim, sehingga target Madrid musim ini masih dapat dicapai.
Sekarang, tuntutan mengangkat Real Madrid tiba-tiba saja melekat kepada Santiago Solari. Selama ini pengalamannya adalah menangani tim usia muda Los Blancos. Terakhir ia menjabat sebagai pelatih Real Madrid Castilla, tim B Los Blancos yang bertarung di Segunda Division B, atau setara dengan Divisi Tiga Liga Spanyol.
Dengan menunjuk Santiago Solari, sebenarnya Florentino Perez, presiden Real Madrid masih berharap pada pelatih internal untuk menangani krisis timnya. Bisa jadi, Perez berkaca pada penunjukan Zinedine Zidane sebagai pelatih menggantikan Rafa Benitez pada 4 Januari 2016 lalu.
Ketika itu, Zidane juga minim pengalaman. Ia hanya menukangi Real Madrid Castilla sebelum diminta menangani tim utama. Namun, Perez berani menunjuk sang legenda Los Blancos tersebut. Hasilnya, pada akhir musim 2015/2016, Madrid juara Liga Champions dan menjadi runner-up La Liga.
Perbedaannya, Zidane memang benar-benar legenda Real Madrid. Gol tendangan voli yang mengantarkan kubu Santiago Bernabeu juga Liga Champions 2002 tidak dilupakan siapapun. Sebaliknya, meski Solari terlibat dalam proses gol bersejarah itu, kenangan fans terhadapnya tidak akan sekuat kenangan pada Zizou.
Tantangan terbesar bagi Santiago Solari toh bukan masalah kenangan, tetapi kemenangan. Sang juru taktik sementara punya modal untuk itu. Jose Felix Diaz dari Marca menyebutkan, "Sudah diketahui, tim utama (Real Madrid) percaya (Solari) telah memahami filosofi klub, sesuatu yang tertanam dalam dirinya sejak hari pertama saya sebagai pemain dan kemudian sebagai pelatih akademi."
Di depan mata, ada laga kontra Melilla di leg pertama babak 32 besar Copa del Rey 2018/2019. Setelah itu, Solari memiliki waktu dalam tiga laga berikutnya untuk membuktikan diri.
Ia akan memimpin Real Madrid kontra Real Valladolid pada Sabtu (3/11), jumpa Viktoria Plzen dalam partai tandang di Liga Champions pada Kamis (8/11), lalu menghadapi Celta Vigo di markas lawan, Balaidos pada Senin (12/11).
Jika Real Madrid menuai sukses dalam empat laga itu, jelas Florentino Perez memiliki waktu untuk berpikir, pantaskah Santiago Solari dipertahankan sekalian hingga akhir musim atau tidak.
Editor: Fitra Firdaus