Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Siapa Sajadah Fajar & dari Mana Jemaahnya Terjangkit Virus Corona?

Jemaah Sajadah Fajar Pontianak yang positif Corona yang kini meninggal diduga tertular dari transmisi lokal.

Siapa Sajadah Fajar & dari Mana Jemaahnya Terjangkit Virus Corona?
Petugas medis menunjukkan alat swab spesimen saat swab test secara drive thru di halaman Laboratorium Kesehataan Daerah (LABKESDA) Kota Tangerang, Banten, Senin (6/4/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.

tirto.id - Kasus Corona di Provinsi Kalimantan Barat tercatat 10 berdasar data pemerintah pusat pada 7 April 2020. Satu kasus di antaranya merupakan anggota jemaah majelis taklim Sajadah Fajar Pontianak.

Dalam penomoran di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Barat (Kalbar), kasus dari Sajadah Fajar adalah nomor 6. Ia merupakan perempuan berusia 69 tahun. Sebelum dinyatakan positif Corona, ia masuk dalam kategori pasien dalam pemantauan (PDP). Berselang dua hari setelah meninggal pada 21 Maret 2020, hasil tes swab menyatakan ia positif COVID-19.

Setelah 15 hari, ada kabar anggota Sajadah Fajar meninggal tanpa diketahui gejala COVID-19. Berdasar penelusuran Dinkes Kalbar, perempuan berusia 68 tahun yang meninggal pada 4 April 2020 merupakan jemaah satu rombongan dengan kasus nomor 6. Mereka berasal dari Pontianak Kalbar.

Kedua orang meninggal itu berada dalam satu rombongan saat Sajadah Fajar bersafari ke masjid-masjid di Kabupaten Kapuas Hulu dan Sintang, Kalbar pada 28 Februari hingga 1 Maret 2020.

Kadinkes Kalbar Harisson mengatakan saat kasus nomor 6 berstatus PDP ada kesulitan untuk melacak kontak dan riwayat perjalanan.

“Ada stigma negatif di masyarakat bahwa PDP itu berbahaya, sehingga dijauhi. Kami tidak punya data akurat saat PDP. Setelah meninggal, kami telusuri, tapi masih belum punya data,” kata dia kepada reporter Tirto, Selasa (7/4/2020).

Kendati demikian, usai Harisson mengetahui kasus nomor 6 dari majelis taklim Sajadah Fajar, ia juga belum pegang data hingga tersiar kabar jemaah lainnya juga meninggal.

“Saya bilang mereka [Sajadah Fajar] bila tidak kooperatif dan mengancam lapor ke polisi. Ya asumsi saya, Dinkes Kota Pontianak pasti sudah minta waktu ada yang positif. Sekarang mereka akhirnya kasih data,” ungkap dia.

Harisson mengatakan, penularan Corona kasus nomor 6 terjadi karena transmisi lokal.

Ia menduga level transmisi lokal sudah masuk penularan generasi kedua. Perempuan itu tak punya riwayat bepergian dari luar negeri atau berkontak dengan warga negara asing (WNA). Ia menduga ada yang menulari dari sesama warga di Kalbar, tapi siapa dia belum diketahui.

Pada dua kabupaten yang disinggahi jemaah Sajadah Fajar juga tak ada kasus positif Corona. Hanya ada satu mahasiswa di Sintang yang sebelumnya kuliah di Pontianak yang ODP.

“Kami belum melakukan tracing, selama ini datanya belum ada. Bisa jadi ada dari rombongan yang punya riwayat keluar negeri atau berkontak dengan orang asing. Ini kami akan telusuri,” ujar Harisson.

Berdasar penelusuran pasien Corona, ada satu kasus positif di Kalimantan Barat punya riwayat kontak dengan jemaah tabligh di Kuala Lumpur Malaysia. Namun, dia memastikan kasus tersebut tak punya kaitan dengan jemaah Sajadah Fajar.

“Kami belum bisa memastikan ada kaitan jemaah Sajadah Fajar dengan jemaah tabligh di Malaysia,” kata dia.

Berdasar jadwal Sajadah Fajar, pada 28 Februari mereka mendatangi Putussibau, 29 Februari ke Nanga Tepuai, dan 1 Maret ke Sintang.

Setelah dua jemaahnya meninggal, mereka menyerahkan identitas orang yang ikut dalam rombongan. Ketua rombongan, Edo Tobing menyebut, jumlah data yang diserahkan ada 65 orang. Ia mengaku kooperatif dan membantah pernyataan Harisson soal keengganan menyerahkan data seperti dikutip dari media lokal Pontianakpost.

Harisson tak memperpanjang ketegangan dengan jemaah Sajadah Fajar. Ia akan mengetes semua jemaah dalam rombongan dengan rapid test. Bila positif, mereka akan masuk kategori PDP dan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.

Mengulik Majelis Sajadah Fajar Pontianak

Terdapat versi lain jumlah rombongan. Ketua Sajadah Fajar, Abdul Munir Hd mengatakan, jumlah rombongan yang ikut safari selama tiga hari ada 78 orang. Tujuh orang kembali ke Pontianak sebelum safari berakhir. Pada saat safari mereka sempat ditawari untuk berkeliling Sintang lewat sungai naik kapal dengan kapasitas 80 orang.

Kunjungan dari masjid ke masjid untuk menyemarakkan Salat Subuh telah dilakoni Sajadah Fajar sejak 18 November 2007, kata Munir. Saat safari ke Masjid Al Amin Sintang pada 1 Maret 2020, ia telah melakoni 4.488 putaran Salat Subuh di berbagai masjid. Sajadah Fajar adalah akronim dari salat berjamaah di waktu fajar.

Dalam video pada akun Youtube 'Sajadah Fajar', anggota jemaah merupakan laki-laki dan perempuan yang telah lanjut usia. Mereka bersafari dengan sebuah bus.

Sajadah Fajar telah menjadi organisasi keagamaan yang solid. Mereka menggelar kegiatan sosial kepada anggota atau orang lain yang tertimpa musibah hingga mendekati instansi pemerintah dalam mempromosikan program utamanya yang menyemarakkan Salat Subuh, waktu di mana tak banyak jemaah datang ke masjid.

“Ada kebiasaan, hampir setiap hari, kalau mendengar orang sakit dan meninggal, kita doakan. Siapapun, meski orang itu tak pernah ke masjid, kita doakan,” ujar Munir.

Munir sampai hafal detail ada jemaah atau anggota keluarga mereka yang sakit.

“Kemarin sore, lima orang pulang [dari safari] karena saudaranya meninggal. Dua orang pulang karena sakit. Tadi saya dengar ada tokoh kami yang sakit,” katanya.

Sajadah Fajar bukannya tak sadar tengah berada dalam situasi pandemi Corona. Munir dalam ceramahnya juga meminta pengurus masjid agar menghubungi salah satu relawan agar dilakukan penyemprotan disinfektan.

Corona memang tak sepenuhnya membuat Sajadah Fajar bergeming. Mereka tetap menjalankan rutinitas seperti biasa. Salah satu alasan Munir, “Waspada boleh [Corona], tapi jangan sampai ketakutan Corona menjadikan jauh dari Allah.”

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Zakki Amali

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Zakki Amali
Editor: Abdul Aziz