tirto.id - Tampil dari bangku cadangan, Romelu Lukaku mengantarkan Manchester United meraih kemenangan atas tuan rumah Newcastle United dalam lanjutan Premier League Liga Inggris, Kamis (3/1/2019). Sejarah mencatat, Ole Gunnar Solskjaer yang kini menukangi MU adalah salah satu supersub terbaik bagi The Red Devils. Apakah Lukaku juga bakal begitu?
Keputusan Solskjaer amat tepat dengan memasukkan Lukaku pada menit 63 babak kedua dalam pertandingan yang digelar di Stadion St. James Park itu. Hasilnya, hanya butuh waktu 38 detik bagi penyerang Belgia ini untuk memecah kebuntuan lewat gol kilatnya.
Lukaku juga berperan besar dalam proses gol Marcus Rashford pada menit 80. Kemenangan 0-2 pun dibawa pulang. Hasil ini menjaga MU tetap di posisi ke-6 dalam klasemen sementara, juga menjadi kemenangan keempat beruntun Solskjaer, sekaligus clean sheets pertamanya, sejak menggantikan Jose Mourinho.
Saat masih bermain dulu, Solskjaer tidak selalu menjadi pilihan utama di lini serang MU. Pasalnya, tim Setan Merah kala itu kerap dihuni jajaran bomber top yang datang silih-berganti. Namun, Solskjaer tetap membuktikan bahwa ia juga bisa berguna kendati bukan sebagai starter.
Solskjaer menjadi solusi jitu bagi manajer MU saat itu, Sir Alex Ferguson, manakala barisan penyerang papan atas yang dipunyai MU macam Andy Cole, Dwight Yorke, Ruud van Nistelrooy, Louis Saha, hingga Wayne Rooney kesulitan membobol gawang lawan.
Supersub Terbaik MU
Dari 1996 hingga 2007, Solskjaer tampil sebagai pemain pengganti dalam 150 laga dari total 366 pertandingan yang dilaluinya bersama MU. Sebanyak 126 gol dilesakkannya. Maka, mantan penyerang tim nasional Norwegia ini pun didapuk sebagai salah satu supersub MU terbaik.
Tak hanya Solskjaer. Ada beberapa striker lainnya yang juga terbilang layak disebut sebagai supersub MU. Sebut saja Mark Robins, Teddy Sheringham, Michael Owen, hingga Javier “Chicharito” Hernandez.
Nama Mark Robins barangkali terasa kurang familiar. Namun, striker asli didikan MU ini mengoleksi 17 gol dari 43 kali tampil sebagai pemain cadangan. Total laga yang dilalui pria Inggris ini bersama MU selama periode 1988-1992 adalah 70 pertandingan.
Berikutnya adalah Teddy Sheringham. Datang ke Old Trafford pada 1997 setelah karier gemilang bersama Tottenham Hotspur, Sheringham ternyata bernasib serupa dengan Solskjaer: hanya sebagai ban serep.
Kendati begitu, pengoleksi 51 caps bersama tim nasional Inggris ini lumayan subur meskipun tidak selalu menjadi starter. Tampil dari bench sebanyak 52 laga dari total 153 pertandingan hingga 2001, Sheringham menyumbangkan 46 gol untuk MU.
Selanjutnya ada Michael Owen. Pergi dari Liverpool pada 2004 dengan status sebagai salah satu bomber terbaik Inggris kala itu, Owen justru melempem di Real Madrid. Sempat memulihkan kepercayaan dirinya dengan membela Newcastle United selama 4 musim, Owen akhirnya berlabuh ke MU pada 2009.
Di skuad Sir Alex kala itu, Owen juga hanya dimainkan sesekali, dan lebih sering bukan dari menit pertama. Jumlah penampilannya untuk MU adalah 52 laga, 34 kali main dari bangku cadangan, dan 17 gol menjadi sumbangsih dari Owen untuk The Red Devils.
Terakhir adalah Chicharito yang dihadirkan MU dari Meksiko pada 2010. Penyerang mungil ini mencatatkan total 154 laga, 69 pertandingan di antaranya sebagai pemain pengganti. Sebanyak 50 gol dibuatnya hingga hengkang dari Old Traffrod pada 2015.
Lukaku sebenarnya diproyeksikan sebagai bomber utama MU usai diboyong dari Everton selepas musim 2016/2017. Meskipun sempat tampil menjanjikan di musim pertamanya dengan menceploskan 16 gol dari 33 laga, namun musim ini Lukaku kurang greget dan beberapa kali tersisih dari starting line-up.
Musim ini, Lukaku tampil 18 kali di Premier League. Sebanyak 6 kali ia masuk ketika laga sudah berjalan. Ada 8 gol yang tercipta dari aksinya, termasuk 1 gol ke gawang Newcastle kemarin.
Apabila Lukaku mampu konsisten, besar peluang baginya untuk kembali mengisi satu dari 11 tempat utama di MU. Namun, jika masih angin-anginan, bukan mustahil Solskjaer akan memolesnya sebagai supersub andalan seperti yang pernah dirasakan sang pelatih di masa lalu.
Editor: Iswara N Raditya