Menuju konten utama

Sejarah Hari Kota Sedunia 31 Oktober dan Tema World Cities Day 2021

Tema yang diusung dalam peringatan Hari Kota Sedunia tahun 2021 adalah " Better City, Better Life"

Sejarah Hari Kota Sedunia 31 Oktober dan Tema World Cities Day 2021
Pengunjung mengamati maket yang dipamerkan di Pameran Arsitektur Indonesia 2018 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/2/2018). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

tirto.id - Hari Kota Sedunia atau World Cities Day 2021 diperingati setiap 31 Oktober sebagai suatu bentuk edukasi masyarakat terhadap permasalahan kota di dunia.

Hari Kota Sedunia lahir karena adaptasi kota dalam untuk ketahanan iklim dunia. Saat ini, seluruh kota di dunia semakin menderita akibat berbagai bencana yang terjadi akibat perubahan iklim, seperti: banjir, kekeringan, kenaikan permukaan lau, gelombang panas, tanah longsor, dan juga badai.

Laman resmi PBB menyebut bahwa setidaknya terdapat 130 kota di sekitar pelabuhan yang dihuni lebih dari satu juta penduduk, diperkirakan akan terkena dampak banjir pesisir. Tidak hanya itu, satu miliar orang di permukiman informal perkotaan juga sangat berisiko terdampak bencana ini.

Peringatan Hari Kota Sedunia menjadi penting karena pada perayaan seperti ini dapat menjadi suatu kesempatan dalam mendidik masyarakat terkait isu-isu yang menjadi perhatian dunia. Tidak hanya itu, peringatan ini juga dimaksudkan untuk memobilisasi kemauan politik dan sumber daya untuk mengatasi masalah global. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk merayakan dan memperkuat pencapaian kemanusiaan.

Hari Kota Sedunia lahir karena cita-cita Majelis Umum PBB yang mengarapkan naiknya minat masyarakat internasinal terhadap urbanisasi global. Lebih lanjur, Hari Kota Sedunia juga diinisiasi keinginan agar peringatan ini dapat mendorong kerja sama antar negara dalam memenuhi peluang mengatasi tantangan urbanisasi dan berkontribusi pada pembangunan perkotaan berkelanjutan di seluruh dunia.

Tema Hari Kota Sedunia 31 Oktober

Tema yang diusung dalam peringatan Hari Kota Sedunia tahun 2021 adalah " Better City, Better Life" atau “Kota yang Lebih Baik, Kehidupan yang Lebih Baik”. Sementara itu, subtema Hari Kota Sedunia di tahun ini adalah “Menyesuaikan Kota untuk Ketahanan Iklim.”

Tentu saja tema tersebut selaras dengan cita-cita Majelis Umum PBB. Sementara itu, Hari Kota Sedunia juga dimaksudkan untuk menciptakan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan tahan iklim. Situs resmi PBB menyebut bahwa kota-kota yang sukses dan tertata dengan baik memiliki pengaruh yang sangat baik dalam mengurangi risiko terkait iklim bagi penduduknya.

Hari Kota Sedunia akan mewakili puncak dari perayaan Urban October selama sebulan. Tahun ini Urban Oktober dirayakan dengan tujuan mempromosikan aksi iklim yang masif di kota-kota.

Urbanisasi memberikan potensi untuk bentuk-bentuk baru inklusi sosial, termasuk kesetaraan yang lebih besar, akses ke layanan dan peluang baru, serta keterlibatan dan mobilisasi yang mencerminkan keragaman kota, negara, dan dunia.

Meskipun demikian, sering kali hal tersebut bukanlah bentuk pembangunan perkotaan. Disisi lain, ketimpangan sosial semakin meningkat bahkan sering kali terjadi pada tingkat yang lebih besar dari rata-rata nasional.

Sejarah Hari Kota Sedunia

Urban October diluncurkan oleh UN-Habitat di tahun 2014 untuk menekankan tantangan perkotaan dunia dan melibatkan komunitas internasional menuju ‘Agenda Baru Perkotaan’.

Dilansir dari situs PBB, tujuan Urban October ini adalah untuk merumuskan cita-cita dalam menciptakan kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Hal inilah yang mendasari relevansi misi UN-Habitat.

Melalui situs resmi PBB, disebutkan bahwa ketimpangan di kota-kota telah ada sejak 1980. Hal ini dilihat dari kota-kota besar dunia yang sering menjadi kota yang paling timpang. Oleh karena itu, tema tahun ini diusung sebagai bagian dari implementasi New Urban Agenda yang menempatkan topik kota-kota inklusif sebagai salah satu pilar utama untuk urbanisasi kota.

Pada Oktober 2016, Konferensi HABITAT III diadakan di Quito. Melalui konferensi ini didapatkan hasil terkait adopsi kerangka kerja baru yaitu mengarahkan dunia ke arah pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan kembali perencanaan kota, pengelolaan, dan perencanaan kota untuk nantinya layak huni.

Agenda Baru Perkotaan ini direncanakan untuk menentukan langkah menghadapi tantangan urbanisasi dalam dua dekade mendatang. Pada masa ini tantangan urbanisasi dipandang sebagai perpanjangan dari Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, yang disepakati oleh 193 Negara Anggota PBB pada September 2015 .

Kota-kota harus didorong untuk berinovasi dan bereksperimen, dan juga belajar dari satu sama lain untuk mempercepat transisi ini, misalnya melalui inisiatif “kota kembar” atau jaringan kota. Selain itu, laporan tersebut menyebutkan kedepannya akan diperlukan pengganti pendekatan tata kelola "kota kompetitif" untuk ekonomi perkotaan dengan pendekatan "kota yang beralasan" yang melayani kepentingan semua warga negara.

Baca juga artikel terkait HARI PENTING atau tulisan lainnya dari Anisa Wakidah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anisa Wakidah
Penulis: Anisa Wakidah
Editor: Yulaika Ramadhani