Menuju konten utama

Sejarah Garuda Indonesia yang Disebut Bangkrut oleh Prabowo

Sejarah nama Garuda Indonesia dicetuskan oleh Presiden Sukarno dengan mengutip sajak gubahan pujangga lama.

Sejarah Garuda Indonesia yang Disebut Bangkrut oleh Prabowo
Garuda Indonesia. foto/shutterstock

tirto.id - Garuda Indonesia disebut bangkrut oleh calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, dalam Pidato Kebangsaan yang disampaikan di Jakarta, Senin (14/1/2019) lalu. Garuda Indonesia Airways adalah maskapai penerbangan nasional yang memiliki sejarah panjang. Cikal-bakalnya bahkan sudah ada sejak zaman penjajahan Hindia Belanda.

Nama Garuda Indonesia dicetuskan seiring disepakatinya hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berujung pengakuan kedaulatan oleh Kerajaan Belanda pada 28 Desember 1949. Cikal-bakal Garuda Indonesia bermula dari maskapai penerbangan pada masa kolonial.

Tanggal 24 Oktober 1928, Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) didirikan atas kerjasama pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) dengan maskapai penerbangan Amesterdam Nederlansch Indische Luchtvaart Maatshapij (NILM).

Arista Atmadjati dalam buku Garuda Indonesia: Dahulu dan Kini (2014) menuliskan, operasi penerbangan KNILM dilaksanakan di Bandara Tjililitan (kini Bandara Halim Perdana Kusuma) pada 1 November 1928.

Peresmian dipimpin langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, A.C.D. de Graeff. Setelah upacara peresmian, langsung dilakukan penerbangan komersial pertama KNILM dengan rute Batavia-Bandung dan Batavia-Surabaya pulang-pergi.

Pendudukan Jepang di Indonesia setelah Belanda menelan kekalahan dalam Perang Dunia Kedua pada 1942 berdampak fatal terhadap KNILM. Maskapai penerbangan Hindia Belanda ini dibubarkan.

Lahirnya Garuda Indonesia

Tak lama setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda datang lagi dengan membonceng pasukan Sekutu, dan ingin berkuasa lagi di Nusantara. KNILM yang sebelumnya telah mati pun dihidupkan kembali pada 1 Agustus 1947 dengan nama baru, KLM Interinsulair Bedrijf (KLM-IIB).

Sesuai namanya, KLM-IIB bernaung di bawah maskapai penerbangan Kerajaan Belanda yakni KLM atau Koninklijke Luchtvaart Maatschappij. KLM-IIB melayani penerbangan sipil ke beberapa wilayah Indonesia dan luar negeri seperti Singapura, Penang (Malaysia), dan Manila (Filipina).

Hubungan Indonesia dan Belanda pada periode itu sebenarnya sedang panas-panasnya. Belanda melancarkan agresi militer untuk menghadapi pejuang republik. Setelah dilakukan rentetan perundingan sampai KMB, maka disepakati bahwa Belanda akan mengakui kedaulatan Indonesia.

Tanggal 25 Desember 1949, atau tiga hari sebelum pengakuan kedaulatan, Dr. Konijnenburg selaku perwakilan KLM menemui Presiden Sukarno di Yogyakarta. Dikatakan, KLM-IIB akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia sesuai dengan hasil KMB.

Terungkap dari buku Execution Winners: Menyingkap Rahasia Sukses 12 Perusahaan (2013) karya JB Soesetiyo dan Suwardi Luis, Dr. Konijnenburg menanyakan, apa nama pesawat baru yang akan membawa Sukarno terbang dari Yogyakarta ke Jakarta untuk dilantik sebagai Presiden Indonesia?

Dengan mengutip sajak gubahan pujangga Raden Mas Noto Soeroto, Sukarno menjawab, “Akulah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu.”

Dr. Konijnenburg paham. Ia lalu menginstruksikan agar pesawat-pesawat KLM yang akan dihibahkan dicat ulang dengan tulisan Garuda Indonesia. Sejak itulah, RI memiliki maskapai penerbangan nasional bernama Garuda Indonesia Airways (GIA) yang terus eksis dari rezim ke rezim hingga kini.

Baca juga artikel terkait PIDATO PRABOWO atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Humaniora
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya