tirto.id - “One of the most one-sided game that i’ve ever seen!”
Martin Tyler, komentator legendaris video gim FIFA, terbiasa berkomentar seperti itu saat sebuah tim terlalu dominan di dalam pertandingan video gim FIFA. Bagi Amraan Gani dan Joseph Zarate, atlet e-Sports video gim FIFA andalan Tim Flash dari Singapura, komentar tersebut barangkali sudah terlalu sering mereka dengar. Prestasi mereka tak sembarangan: di sepanjang tahun 2018 kemarin, keduanya berhasil mengumpulkan hadiah sebesar 200 ribu dolar Amerika dari kejuaraan e-sports gim FIFA.
Namun bagi Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, dua pemain andalan timnas U-19, komentar Tyler tersebut barangkali tak pernah mereka gubris. Meski keduanya merupakan penggemar gim sepakbola keluaran EA Sports tersebut, mereka bukan atlet e-sports profesional. Mereka bermain gim hanya untuk mengisi waktu luang, bersenang-senang, dan membunuh rasa jenuh.
“Semua pemain bola tidak asing dengan permainan video gim FIFA. Fokus kami tak hanya bermain bola saja, ketika ada waktu free, kami memanfaatkan waktu dengan bermain video gim,” tutur Egy. “Kami tentu juga butuh refreshing untuk menyegarkan fisik dan otak.”
Egy dan Witan akan berduet di Tim Egy yang akan bertanding melawan Tim Flash yang diperkuat Amraan dan Joseph dalam sebuah pertandingan eksebisi yang digagas Reddents Sports, perusahaan video gim asal Singapura, pada Jumat (4/1) nanti. Mereka akan adu tangkas dalam mengolah bola di dunia virtual melalui gim FIFA 19.
Dalam pertandingan itu, besar kemungkinan duet Amraan dan Joseph akan membuat Tim Egy kewalahan. Namun bukan itu yang sebetulnya menjadi pokok persoalan, melainkan: apakah vidio gim sepakbola sebenarnya bisa dimanfaatkan para pelaku sepakbola di dalam permainan nyata?
Bukan Sekadar Gim
Seperti Egy dan Witan, sebagian besar pesepakbola profesional menggunakan video gim untuk membunuh waktu luang, tetapi ternyata tak sedikit yang kecanduan. Gianluigi Donnarumma, misalnya. Di luar sepakbola, kiper muda AC Milan itu hanya merindukan empat hal: “rumah, keluarga, pacar, PlayStation.”
Selain Donnarumma, Andrea Pirlo, mantan regista AC Milan, juga merupakan penggila PlayStation. Sewaktu bermain untuk AC Milan, pemain yang pernah mengakui bahwa PlayStation merupakan penemuan terbesar kedua di dunia setelah roda itu, tak pernah bosan bertanding gim sepakbola di dunia virtual melawan Alessandro Nesta.
“Pirlo vs Nesta merupakan duel klasik yang mengisi hari-hari kami di Milanello. Kami bangun pagi-pagi, menyantap sarapan pada pukul 9 pagi lantas mengurung diri di ruangan kami untuk bermain PlayStation hingga pukul 11. Setelah itu kami akan berlatih, lalu kembali bermain gim hingga pukul 4 sore. Sungguh, hidup benar-benar penuh pengorbanan,” tulis Pirlo dalam biografinya, I Think Therefore I Play.
Lalu, apakah Pirlo membawa kebiasaannya di dunia virtual itu ke dalam lapangan? Belum ada yang tahu. Menyoal permainan Pirlo, suatu kali Gerard Pique, bek tengah Barcelona, pernah memuji Pirlo setinggi langit, “Dia adalah pemain dari dunia lain.” Mungkin, dia berasal dari dunia PlayStation.
Jika pengaruh gim sepakbola dalam permainan Pirlo masih misterius, Krzysz Piatek, Marco Amelia, dan Alex Iwobi jelas-jelas terbantu dengan adanya gim sepakbola.
Piatek adalah salah satu buah bibir di Serie A musim ini. Penyerang Genoa asal Polandia tersebut berhasil mencetak 13 gol, satu biji di belakang Cristiano Ronaldo yang menjadi top skorer sementara. Dan tanpa gim FIFA, torehan golnya barangkali tak sebanyak itu. Pada awal musim, Piatek mengakui bahwa gim FIFA membantu dirinya untuk mengenal rekan-rekan barunya di Genoa.
“Aku tidak tahu siapa rekan-rekanku sewaktu pertama kali datang. Maka, aku menyalakan PlayStation dan melihat nama-nama mereka di gim FIFA,” tukas Piatek.
Bagaimana dengan Amelia? Pada 2008 lalu, saat masih bermain untuk Palermo, Amelia pernah menggagalkan tendangan penalti yang dilakukan oleh Ronaldinho. Karena PlayStation, Ia hafal betul bagaimana cara Ronaldinho melakukan ancang-ancang dan mengarahkan tendangan.
Dari Melatih Anak-anak hingga Berlatih Menjadi Manajer
Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh gim sepakbola ternyata ditarik lebih jauh lagi. Ia bukan lagi menyoal spontanitas, melainkan tentang tetek bengek yang tak kalah rumit dari penjelasan taktik pelatih-pelatih modern. Dan bagi anak-anak, video gim bisa mempermudah mereka untuk mengenal sepakbola.
Menurut Craig Shields, dalam Play On: How Video Game are Changing the Way We Coach Youth Football, anak-anak generasi sekarang berbeda dengan generasi terdahulu. Sementara anak-anak generasi lawas akan mengenal sepakbola di halaman rumah, lahan kosong, atau di jalanan; anak-anak zaman sekarang biasanya akan mengenal sepakbola melalui gim konsol. Dari sana, Amy Price, pelatih perempuan asal Inggris pemegang lisensi UEFA A, memiliki ide cemerlang: menggunakan video gim untuk melatih sepakbola.
“Saat seseorang memainkan video gim, mereka tidak merasa sedang belajar, melainkan bermain. Padahal pada dasarnya mereka sedang belajar,” tutur Amy dilansir dari The Guardian.
Dengan bermain gim sepakbola seperti FIFA dan PES, anak-anak akan mulai menyadari pentingnya sebuah formasi dalam permainan sepakbola, dari 4-4-2, 3-5-2, hingga 4-4-3. Selain itu, mereka juga akan mulai mengenal posisi para pemain dan seperti apa peran mereka di dalam permainan. Perkembangan teknologi, yang membuat gim sepakbola menyerupai permainan nyata, jelas mempermudah itu.
Dalam video gim sepakbola masa lampau, Winning Eleven 4, misalnya, kita barangkali bisa mendapatkan keuntungan signifikan saat memainkan Roberto Carlos, bek kiri Brasil, di lini depan karena kecepatan dan tendangan gledek yang dimilikinya. Namun dalam gim PES 2019, meski David Luiz jago dalam duel udara, kita belum tentu mendapatkan dampak yang cukup siginifikan ketika memainkannya di lini depan. Alasannya: AI [kecerdasan buatan] PES 2019 tentu jauh lebih baik dari Winning Eleven 4, dan atribut yang dimiliki para pemain juga lebih berpengaruh.
Belum lagi, video gim juga dapat digunakan untuk melatih decision making. “Di dalam video gim, anda selalu berpikir beberapa langkah ke depan. Dengan cara yang sama, pesepakbola terbaik selalu berada beberapa langkah ke depan di dalam permainan,” tutur Amy kepada BBC.
Selain digunakan untuk melatih anak-anak, video gim juga bisa digunakan untuk berlatih menjadi manajer sepakbola. Perkara ini, gim Football Manager jelas akan menjadi yang terdepan.
Dalam Football Manager, kita akan berperan sebagai seorang manajer sebuah tim. Kita akan mengatur menu latihan (baik sesi latihan tim maupun sesi individual), memilih staf, mengatur transfer pemain, hingga meracik taktik. Hebatnya, dengan data pemain yang luas dan akurat, kita juga bisa menyebar pemandu bakat untuk mencari pemain-pemain terbaik, pemain muda potensial, hingga pemain murah yang masih berguna berguna tim.
Menyoal pencarian bakat, pada tahun 2015 lalu, ProZone, perusahaan analisis sepakbola, bahkan pernah menggabungkan data yang mereka miliki dengan data yang dimiliki Football Manager untuk melakukan analisis terhadap pemain-pemain sepakbola.
Untuk itu semua, gim Football Manager tak pernah kurang apresiasi dari para pelaku sepakbola. Ole Gunnar Solskjaer, pelatih Manchester United, adalah salah satunya. Ia pernah mengakui bahwa masa persiapannya untuk menjadi pelatih sepakbola banyak dibantu oleh gim yang dikembangkan oleh Sports Interactive tersebut.
Editor: Nuran Wibisono