Menuju konten utama

SBY Tuding Manuver Antasari Agar Agus-Sylvi Kalah

SBY menuding Antasari Azhar merencanakan langkahnya jauh-jauh hari agar Agus Harimurti dan Sylviana Murni kalah dalam Pilkada DKI Jakarta.

SBY Tuding Manuver Antasari Agar Agus-Sylvi Kalah
Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 RI dan Ketua Umum Partai Demokrat. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Presiden Keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan jawaban dan klarifikasi atas tudingan Antasari Azhar. SBY menilai tudingan Antasari sebagai serangan dan fitnah agar anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono kalah pemilu.

Kesimpulan tersebut disampaikan SBY karena pernyataan Antasari disampaikan sehari sebelum pencoblosan Pilkada, 15 Februari 2017.

“Sulit untuk tidak mengatakan bahwa serangan, fitnah, dan pembunuhan ini terkait langsung dengan Pilkada Jakarta,” kata SBY, dalam konferensi pers di Mega Kuningan Timur VII, No. 26, Jakarta, Selasa (14/2/2017).

SBY menduga pernyataan Antasari sudah direncanakan jauh-jauh hari, dengan bantuan sejumlah aktor politik. “Sasarannya jelas, siapapun tahu agar nama SBY dan nama Agus Harimurti Yudhoyono rusak, tercoreng, akhirnya yang diharapkan dalam Pilkada Jakarta yang pemungutan suaranya esok hari 15 Februari, Agus-Sylvi kalah,” paparnya.

“Saya dari hati saya paling dalam harus mengatakan: luar biasa politik, luar biasa negara kita,” lanjutnya.

SBY menambahkan, nama baik dirinya dan keluarga terus diserang terutama setelah AHY maju sebagai cagub DKI Jakarta pada November 2016. “Tujuannya jelas, agar elektabilitas AHY drop, dan menurun, dan kalah dalam pilkada,” katanya.

“Tapi tampaknya masih belum puas karena harus menghancurkan nama SBY dan AHY di jam-jam terakhir sebelum pemungutan,” kata SBY.

“I had to say, politik ini kasar, kurang beradab, nauzubillah,” tambahnya lagi.

Di akhir pemaparannya, SBY mempertanyakan tekanan, fitnah dan pembunuhan karakter terhadap dirinya dan keluarga. “Apakah memang tidak boleh AHY menggunakan hak konstitusional dalam hak pilkada Jakarta? Apakah memang seseorang harus dimenangkan dengan segala cara, mutlak dan harga mati sehingga saingan kuatnya harus dihancurkan dengan cara tidak ksatria dan demokratis,” tanya SBY.

Sebelumnya, Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar menyeret nama SBY dan CEO MNC Group Hary Tanoe terkait kasusnya.

Di hadapan awak media, Antasari membeberkan bahwa ia pernah didatangi oleh CEO MNC Group Hary Tanoe di rumahnya pada suatu malam di bulan Maret 2009.

Kedatangan Hary, menurut dia, diperintahkan seseorang di Cikeas, yang tak lain dan tak bukan adalah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu Hary meminta Antasari untuk tidak menahan besan SBY, Aulia Pohan yang ketika itu terseret kasus korupsi.

"Hary diutus oleh Cikeas, beliau minta agar saya tidak menahan Aulia Pohan," ucap Antasari, di Kantor Bareskrim, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Selasa (14/2/2017).

Saat itu, Antasari dengan tegas menolak untuk membebaskan mertua calon Gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono itu, dengan alasan hal itu melanggar standar prosedur operasi KPK.

Pernyataan Antasari itu langsung diklarifikasi oleh SBY via Twitter. Namun, SBY kemudian menambahkan lagi penjelasannya melalui konferensi pers pada pukul 21.00 WIB.

Baca juga artikel terkait AGUS-SYLVIANA atau tulisan lainnya dari Rheza Alfian

tirto.id - Politik
Reporter: Rheza Alfian
Penulis: Rheza Alfian
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti