Menuju konten utama

Samsung yang Tak Jatuh oleh Skandal

Skandal tak henti-hentinya menerpa Samsung. Dari pendirinya, Lee Byung-chul, dilanjutkan generasi kedua, hingga kini generasi ketiga, semuanya terlibat skandal dengan pemerintah.

Samsung yang Tak Jatuh oleh Skandal
Lee Jae-yong, tengah, wakil ketua Samsung Electronics, menundukkan kepala saat ia tiba untuk ditanyai sebagai seorang tersangka dalam kasus suap skandal menjual pengaruh yang mengarah kepada pemakzulan presiden di kantor penasihat independen di Seoul, Korea Selatan, Kamis (12/1). ANTARA FOTO/REUTERS/Ahn Young-joon/Pool/cfo/17

tirto.id - Samsung kembali dilanda krisis. Pimpinan Samsung Grup, Lee Jae-yong dituduh melakukan penyuapan, penggelapan, sumpah palsu. Kasus itu terkait skandal yang menyeret impeachment terhadap Presiden Korsel, Park Geung-hye. Kejaksaan kini sedang menyiapkan proses penangkapan Jae-yong. Jika jadi ditangkap, Jae-yong akan menjadi eksekutif pertama yang ditangkap terkait skandal tersebut.

CNBC menuliskan, jaksa menyelidiki apakah Samsung memberikan 30 miliar won atau setara 25,46 juta dolar AS kepada bisnis dan yayasan yang dikendalikan oleh sahabat Presiden Park Geun-hye, Choi Soon-sil. Pemberian itu merupakan “imbalan” atas dukungan lembaga dana pensiun nasional untuk merger dua afiliasi Samsung.

Lee Jae-yong diperiksa selama lebih dari 20 jam di kantor kejaksaan Seoul pada pekan lalu. Jae-yong membantah tudingan suap saat dengar pendapat dengan parlemen pada Desember lalu.

Jae-yong saat ini menjabat sebagai vice-chairman dari Samsung Electronics. Namun, semenjak ayahnya, Lee Kun-hee mengalami serangan jantung pada 2014, Lee secara de facto merupakan pimpinan dari kerajaan bisnis Samsung Group.

Ini bukan skandal pertama yang menimpa pemilik Samsung dan pewarisnya. Pendiri Samsung, Lee Byung-chul juga pernah terlibat dengan aparat kepolisian di awal-awal pendirian perusahaan.

Dalam buku Why Samsung (2013) diceritakan bahwa pada 16 Mei 1965, Byung-chul atau biasa dipanggil Hoam dicari polisi karena dinilai terlibat dalam kepemilikan kekayaan secara ilegal. Saat dicari polisi, Hoam sedang berada di Tokyo sehingga batal ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Hoam baru berhadapan dengan hukum sekembalinya dari Tokyo. Ia harus menulis memo yang menyatakan akan mendonasikan seluruh kekayaannya kepada pemerintah militer. Samsung juga akan berpartisipasi pada reformasi pengembangan ekonomi negara dan terus menjalankan perusahaan demi membayar denda kepada negara. Hoam juga harus menyerahkan seluruh kepemilikan sahamnya di bank kepada negara.

Skandal lanjutan terjadi pada 1966. Business Insider menuliskan, pada tahun itu, anak kedua Lee Byung-chul, Lee Chang-hee ditangkap karena menyelundupkan 50 ton sakarin ke Korea Selatan. Skandal itu memaksa Lee Byung-chul untuk mengundurkan diri, dan digantikan anak tertuanya, Lee-Maeng-hee. Sayangnya gaya kepemimpinan Lee Maeng-hee terlalu agresif dan tidak disenangi oleh rekan-rekan terdekat Hoam. Ia menyebabkan kerusuhan dalam Samsung selama 6 bulan memimpin.

Infografik Recall Samsung

Pada 1971, Hoam yang dalam kondisi sakit keras, akhirnya memilih anak ketiganya, Lee Kun-hee sebagai putra mahkotanya.

“Maeng-hee tidak memiliki minat pada manajemen dan Chang-Hee tidak menyukai urusan perusahaan. Hal itu tidak bisa diabaikan. Kun-hee pun sebenarnya memiliki spesifikasi dan akhirnya harus aku akui ‘kemampuannya akan menentukan’. Dengan demikian, Kun-hee menjadi penerus Grup Samsung dan memimpin Samsung dengan harapan mendukung dan meneruskan kerja sama dengan presiden direktur harian Jung Ang, Hoang jin-ki.” Demikian pesan Hoam dalam surat warisannya.

Hoam tutup usia pada 1987. Ketika itu, Samsung sudah mulai tumbuh menjadi perusahaan Korea yang patut diperhitungkan. Perusahaan yang dirintis Hoam dengan modal 25 dolar, telah menjelma menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan.

Namun, besarnya Samsung bukannya tanpa halangan. Skandal kembali menerpa Samsung. Business Insider menuliskan, pada 1996, Lee Kun-hee didakwa menyuap mantan presiden Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo. Menurut The Verge, ia diampuni oleh Presiden Kim Young-sam pada 1997.

Tiga puluh tahun kemudian, generasi ketiga Samsung, kembali diterpa skandal suap. Kali ini melibatkan Lee Jae-yong. Skandal ini muncul setelah sebelumnya Samsung digempur kasus akibat meledaknya Samsung Galaxy Note 7 yang sempat membuat harga saham perusahaan tergerus.

Tentang kasus meledaknya Samsung Galaxy Note 7 dan dampaknya pada Samsung, bisa dibaca dalam laporan khusus Tirto mengenai Samsung Note 7: Meledak, Ditarik, Merugi.

Generasi ketiga penerus Samsung sedang terbelit hukum. Namun, jaksa kini sedang memperhitungkan dengan cermat dampak ekonomi guncangnya Samsung. Ini penting mengingat Samsung merupakan salah satu konglomerasi penopang perekonomian Korea Selatan. Menurut Bloomberg, dinasti Samsung memiliki kekayaan setara dengan 17 persen PDB Korsel.

Samsung juga masuk di peringkat kedua dalam daftar perusahaan teknologi terbesar dunia pada 2016. Menurut Forbes, Samsung tercatat memiliki pendapatan hingga 177 miliar dolar AS, laba 16,5 miliar dolar AS. Jumlah aset Samsung mencapai 206,5 miliar dolar AS, dan nilai kapitalisasi pasar hingga 216 miliar dolar AS.

Juru bicara untuk kantor kejaksaan khusus, Lee Kyu-chul mengakui bahwa penangkapan Jae-yong akan mengganggu perusahaan. Namun, ia menegaskan bahwa meski kondisi perekonomian negara penting, tetapi penegakan hukum harus diutamakan.

Lantas, bagaimana nasib Samsung selanjutnya?

Baca juga artikel terkait SAMSUNG atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Suhendra