tirto.id - Hakim federal telah memutuskan bahwa Qualcomm Inc. secara tidak sah memeras pesaingnya dan membebankan royalti berlebihan kepada produsen ponsel.
Keputusan tersebut dikeluarkan oleh Hakim Distrik AS Lucy Koh di San Jose, California, Selasa (21/5/2019), yang menyebabkan saham Qualcomm anjlok 12 persen menjadi 68,18 dolar, Rabu (22/5).
Melansir AP News, Kamis (23/5), keputusan itu telah membenarkan gugatan antimonopoli yang dinyatakan oleh Komisi Perdagangan Federal AS untuk perusahaan tersebut pada dua tahun lalu.
Hal ini dapat memberikan dampak yang berpotensi besar untuk Qualcomm, karena dianggap dapat membuat kerugian royalti atas kerja sama dengan para produsen ponsel.
Qualcomm mengatakan pada Rabu (22/5), pihaknya akan mengajukan banding dan menyarankan bahwa kasus ini masih membutuhkan beberapa tahun lagi untuk bisa diselesaikan.
“Kami sangat tidak setuju dengan kesimpulan hakim, penafsirannya tentang fakta-fakta dan penerapan hukumnya,” kata Penasihan Umum Qualcomm, Don Rosenberg dalam sebuah pernyataan.
Hasil keputusan ini tampaknya akan mengurangi biaya lisesnsi yang dibayarkan ke Qualcomm, tetapi belum jelas apakah perusahaan akan pertahankan royalti dan menurunkan harga. Royalti ini telah menjadi bagian dari harga smartphone yang saat ini sudah mencapai 1.000 dolar AS untuk model high-end.
Pada Selasa (21/5), Hakim Distrik Lucy Koh mengatakan bahwa Qualcomm Inc. harus melakukan negosiasi ulang terkait perjanjian lisensi dengan konsumennya.
Perusahaan harus melisensikan patennya kepada para pesaing dengan harga yang wajar dan tidak melakukan tindakan yang memonopoli dalam penjualan chip kepada produsen smartphone seperti Apple. Selain itu, Qualcomm juga harus menyerahkan laporan untuk FTC selama tujuh tahun.
Komunitas perdagangan Asosiasi Industri Komputer dan Komunikasi mengatakan keputusan tersebut merupakan kemenangan bagi teknologi nirkabel, karena itu berarti akan ada lebih banyak persaingan.
Qualcomm sendiri telah membenarkan adanya sistem “tanpa lisensi, tanpa chip” sebagai sistem pembayaran sebesar 40 miliar dolar AS yang telah dilakukannya selama beberapa dekade dalam teknologi nirkabel untuk smartphone.
Sebelumnya, Qualcomm dan Apple telah menyelesaikan perselisihan keuangan atas beberapa teknologi kerja sama mereka, yang juga mencakup perjanjian lisensi enam tahun, yang kemungkinan melibatkan pembayaran berulang kepada Qualcomm.