Menuju konten utama

Rusia - Suriah Siapkan Pangkalan Udara Tanpa Batas Waktu

Rusia dan Suriah menyepakati penggunaan pangkalan udara tanpa batas waktu di Hmeimim untuk meningkatkan serangan kepada pemberontak.

Rusia - Suriah Siapkan Pangkalan Udara Tanpa Batas Waktu
Presiden Suriah Bashar al-Assad (C) bergabung tentara tentara Suriah untuk Iftar di peternakan desa Marj al-Sultan, Ghouta timur di Damaskus. [ANTARA FOTO/REUTERS/SANA]

tirto.id - Dukungan Rusia kepada rezim Bashar al-Assad makin menguat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyepakati izin penggunaan pangkalan udara Hmeimim tanpa batas waktu, menurut sumber dari Kremlin, Jumat, (14/10/2016).

Pangkalan udara Hmeimim selama ini menjadi salah satu titik vital bagi Angkatan Udara Rusia untuk menggempur para pemberontak di Suriah. Izin penggunaan pangkalan tanpa batas waktu mengindikasikan bahwa Rusia akan meningkatkan intensitas serangan udaranya di daerah-daerah yang masih dikuasai pemberontak.

Sementara itu, Negeri Beruang Merah ini juga diketahui telah memulai rencana pembangunan sebuah pangkalan laut permanen di kota pelabuhan Suriah, Tartus.

Pemerintah Rusia menyatakan, dana untuk menjalankan kesepakatan yang telah ditandatangani Putin itu akan diambil dari pundi pembelanjaan pertahanan seperti biasa, yang ada dalam anggaran federal setiap tahunnya.

Di sisi lain, jet-jet tempur Rusia dan Rusiah kembali membombardir sebuah rumah sakit di kota Aleppo pada Jumat, (14/10/2016). Aksi ini dilakukan seiring dengan sumpah Assad untuk “membersihkan” kota terbesar di timur Suriah itu dari para pemberontak.

Serangan yang menimpa rumah sakit M10 ini diserang menggunakan bom tipe “bunker buster” sehingga melukai dua dokter dan seorang apoteker. Sebelumnya, rumah sakit yang sama juga pernah diserang jet tempur dua minggu yang lalu.

Serangan-serangan kepada fasilitas medis, ironisnya, telah menjadi pola yang umum di daerah-daerah konflik. Imbauan dan kecaman dari komunitas internasional tidak pernah digubris oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Saat ini, hanya 35 dokter dan 11 ambulans yang tersisa untuk melayani 250.000 penduduk di Aleppo.

“Komunitas internasional sudah mati rasa melihat gambar-gambar anak-anak yang meregang nyawa yang diangkat dari reruntuhan bangunan yang hancur akibat bom,” kecam Carlos Fransisco, kepala misi Medecins Sans Frontieres (Dokter Tanpa Batas) di Suriah, kepada Guardian.

Francisco bahkan menyebut Aleppo sebagai sebuah “kotak kematian”.

Rumah sakit setempat mencatat 18 orang tewas dan 181 terluka, termasuk 30 wanita dan 37 anak-anak, pada Kamis lalu. Korban yang berjatuhan diperkirakan lebih banyak dari angka tersebut, mengingat banyak keluarga yang memilih untuk langsung menguburkan keluarganya tanpa melaporkan terlebih dahulu kepada pihak rumah sakit.

Baca juga artikel terkait SURIAH atau tulisan lainnya dari Putu Agung Nara Indra

tirto.id - Politik
Reporter: Putu Agung Nara Indra
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra