Menuju konten utama

Rumitnya Penyelamatan 13 Orang yang Terjebak di Gua Thailand

Pada 2 Juli 2018, 13 orang dari tim sepakbola remaja lokal di Thailand ditemukan di dalam gua Tham Luang setelah 10 hari hilang.

Rumitnya Penyelamatan 13 Orang yang Terjebak di Gua Thailand
Foto yang dirilis oleh Tham Luang Rescue Operation Center menunjukkan tim sepakbola anak-anak dan pelatihnya ditemukan di bagian gua Tham Luang yang terputus aksesnya akibat banjir. AP/Tham Luang Rescue Operation Center

tirto.id - Sabtu (23/6) seharusnya menjadi sesi latihan biasa bagi rombongan Moo Pa, sebuah tim akademi sepak bola lokal remaja di Thailand. Didampingi seorang asisten pelatih berusia 25 tahun, tim rombongan Moo Pa diikuti 12 remaja yang berusia antara 11 sampai 16 tahun

Tapi sampai petang hingga malam hari, tim sepak bola remaja ini tidak kunjung kembali pulang ke rumah masing-masing. Keluarga mulai panik dan melaporkan kehilangan anggota keluarga kepada pihak berwajib.

Pejabat lokal menindaklanjuti laporan dan mulai mencari keberadaan mereka. Kecurigaan mengarah ke gua Tham Luang di Provinsi Chiang Rai, Thailand utara.

Para pihak pencari meyakini tim sepak bola remaja ini terperangkap di dalam gua Tham Luang dan hujan lebat mengguyur hingga memasuki gua. Benar saja, di dekat mulut utama gua ditemukan deretan sepeda dan sepatu bola milik anak-anak Moo Pa.

Sebelumnya diperkirakan tim sepak bola remaja bersepeda menuju gua tersebut bersama sang pelatih setelah sesi latihan. Dikutip dari Japan Times, Rombongan tim muda ini memang diketahui suka berpetualang. Mereka juga telah mengunjungi Tham Luang beberapa kali sebelumnya. Beberapa rekan dari tim yang sama bahkan telah mensurvei lokasi di kunjungan sebelumnya.

Tham Luang bukan gua biasa. Ia terkenal sulit dijelajahi terutama ketika musim hujan tiba dari sekitar Juli hingga November. Gua Tham Luang berada di struktur bawah pegunungan Doi Nang Non yang berbatasan dengan Myanmar.

Formasi lorongnya bercabang-cabang dan menyerupai sistem labirin dengan panjang jalur utama sekitar 10 kilometer. Lorong Tham Luang bisa berubah menjadi gorong-gorong air alami di musim hujan.

Temuan dari petugas taman dan kepolisian tentang keberadaan jejak tangan dan kaki di sekitar jalan masuk ke gua makin menguatkan dugaan bahwa para rombongan berada di dalamnya.

Regu penyelamat langsung dibentuk dan melibatkan bantuan personel lintas negara. Tiga penyelam Inggris dan personel militer Amerika Serikat (AS) dikerahkan. Pada regu lokal, terdapat ratusan penyelam dari Angkatan Laut (AL) Thailand, tentara, personel penjaga perbatasan, dan anggota kepolisian.

Sejumlah keluarga dan kerabat mulai berbondong-bondong mendirikan tenda di dekat mulut gua. Mereka menangis, memanjatkan doa, dan terus menanti kabar terbaru dari nasib anak-anak mereka.

Thinnakorn Boonpiem, ayah dari Mongkol Boonpiem, salah satu dari 13 anak yang hilang mengaku sangat khawatir. Sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, ia pertama kali tahu anaknya terjebak di dalam gua sekitar pukul sembilan malam Sabtu itu.

Selama proses pencarian, hujan lebat kerap mengguyur dan mempersulit misi penyelamatan.

Pada hari ketiga, regu penyelamat terus menyusuri gua dan menyelam. Mereka meyakini daerah tinggi di dalam gua yang dikenal sebagai Pantai Pattaya adalah tempat di mana para 13 orang ini bertahan dari gelombang air. Namun sesampainya di sana, para tim penyelamat menemukan daerah tersebut juga sudah terkena banjir.

Sampai hari keenam (28 Juni), para tim penyelamat masih terus mencari alternatif bukaan gua. Hujan lebat dan cuaca buruk akhirnya menghentikan aktivitas pencarian.

Area pangkalan tim penyelamat juga didirikan di dalam gua guna memangkas jarak para tim penyelamat untuk mengambil persediaan oksigen dan bekal lainnya. Pada Minggu (1/7), atau hari kesembilan, kondisi cuaca mulai bersahabat untuk melakukan operasi pencarian lanjutan.

Penantian panjang keluarga, publik dan perjuangan regu penyelamat terbayar di hari kesepuluh. Mereka mendapati kabar bahwa 12 anak laki-laki beserta seorang pelatih ditemukan berkerumun dan mengapung di daerah yang kering dengan genangan air. Posisi mereka dua kilometer dari mulut utama gua dan berada di kedalaman sekitar satu meter dari permukaan tanah.

Segera setelah temuan menggembirakan tersebut, para petugas medis dikerahkan dengan memberikan pertolongan pertama berupa makanan dan air minum.

Evakuasi yang Sulit

Adalah dua penyelam profesional asal Inggris Rick Stanton, 56, dan John Volanthen, 47, yang pertama kali menemukan 13 orang yang hilang. Sebelumnya, berbagai cara dramatis ditempuh oleh regu penyelamat. Mulai dari mendatangkan pompa untuk menguras air di dalam gua, mencari celah mulut gua alternatif, hingga melakukan pengeboran.

Kini para tim penyelamat dihadapkan pada tantangan berat selanjutnya; membawa 13 orang tersebut keluar dari gua dengan selamat.

Dilansir dari CNN, para tim harus berpacu dengan waktu. Pasalnya, hujan yang bakal turun bisa membuat permukaan air di dalam gua makin meninggi dan menjadi ancaman serius bagi 13 lelaki yang terjebak itu. Belum lagi kondisi lingkungan tempat mereka berpijak yang gelap gulita.

Jika mereka harus dievakuasi sesegera mungkin, tentu saja para anak-anak dan pelatih itu harus bisa berjuang menyelam melewati tiap genangan air dan medan yang kadang menyempit di sepanjang lorong gua tersebut.

Cara ini jelas berisiko. Anmar Mirza, anggota US National Cave Rescue Commission menjelaskan, para anak-anak tersebut tidak pandai menyelam.

"Menyelam di gua sangat berbahaya bagi orang-orang yang sangat berpengalaman sekalipun. Dan sekarang Anda mencari orang-orang yang tidak memiliki pengalaman atau sedikit pengalaman menyelam, dan di tempat dan situasi yang benar-benar gelap, di mana mereka harus bergantung pada regulator dan tangki oksigen untuk bernafas," tutur Mirza khawatir.

Menurut Mirza, opsi yang paling aman adalah memastikan agar 13 orang tersebut tinggal di tempat dan terus disuplai persediaan makanan sampai ketinggian air surut atau ketika jalur masuk ke gua yang baru bisa ditemukan. Pendapat Mirza senada dengan Peter Wolf, Direktur Cave Divers Association of Australia. Ia percaya bahwa pilihan terbaik adalah menunggu hingga lingkungan gua kondusif dan terus memberikan pasokan makanan.

Akanand Surawan, seorang komandan Angkatan Laut Thailand, bahkan mengumumkan akan memasok makanan yang cukup hingga empat bulan ke depan. Tentu ini bisa ditafsirkan sebagai tanda bahwa pihak berwenang memang sedang mempertimbangkan menunggu hingga musim hujan berakhir pada Oktober nanti.

Pendapat lain muncul dari Tim Taylor, seorang penjelajah laut kawakan dan ahli robotika bawah air. Ia menyebutkan bahwa bertahan sampai cuaca membaik mungkin bukan pilihan. Sebaliknya Taylor menyarankan agar 13 orang tersebut mulai diajak keluar dengan peralatan air yang ada. Tantangannya, para penyelamat harus meluangkan waktu melatih anak-anak tersebut.

Infografik terjebak di gua

Seperti diberitakan The Guardian, pihak berwenang Thailand tampaknya juga siap dengan opsi misi penyelamatan melalui penyelaman. Anak-anak dan pelatih bakal mendapat pelatihan mengenai cara bernapas melalui masker skuba dan mendapat pasokan oksigen dari tanki yang dibawa oleh para penyelam. Di sepanjang lorong juga akan disediakan terdapat tali pemandu yang bisa dipakai para rombongan untuk keluar.

Pada 2002 silam, Intu Incharoen dan empat temannya pernah bernasib yang kurang lebih sama. Kala itu Intu masih muda belia dan memasuki gua berbahaya.

Benar saja, Intu dkk tersesat di dalam gua. Ia mengatakan kepada Reuters bahwa bagian dari lantai gua itu berlubang dan ada banyak saluran rongga di sisi samping. "Anda bisa jatuh ke tanah berlubang. Ada banyak percabangan yang ternyata adalah labirin. Posisinya sangat dalam sehingga Anda tidak tahu di mana itu berakhir," kata Intu yang merupakan warga asli Chiang Rai itu.

Beruntung, waktu itu air tak sedang menggenangi gua. Beberapa jam setelah tersesat, Intu dan teman-temannya mendengar suara teriakan perempuan meminta bantuan di rongga sebelah. Mereka mengikuti sumber suara tersebut hingga akhirnya bertemu dan bisa keluar dari gua.

Misi penyelamatan 12 anggota tim sepak bola remaja dan pelatihnya ini masih terus berlangsung dan akan memakan waktu yang tidak singkat. Sejauh ini, lebih dari 1.000 orang telah terlibat dalam operasi penyelamatan, termasuk tim dari Cina, Myanmar, Laos dan Australia.

Semua berharap misi penyelamatan bisa sukses mengeluarkan 13 orang tersebut.

Baca juga artikel terkait THAILAND atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf