Menuju konten utama

Risiko di Balik Lezatnya Sepiring Ketupat Sayur

Di Indonesia, ketupat atau lontong sayur menjadi semacam menu wajib saat Lebaran. Sejumlah kalori dan lemak terkandung di dalam sepiring makanan tradisional ini. Bagaimana risikonya terhadap kesehatan?

Risiko di Balik Lezatnya Sepiring Ketupat Sayur
Ketupat Sayur. Foto/iStock

tirto.id - Lontong atau ketupat sayur sudah menjadi menu wajib bagi banyak keluarga di Indonesia saat Idul Fitri. Lebaran tak lengkap rasanya tanpa ketupat atau lontong sayur. Ketupat sayur tak hanya dimakan dengan kuah sayurnya saja, berbagai menu pendamping. Biasanya ketupat sayur ditambah dengan opor ayam, atau semur daging, atau ikan teri kacang, balado kentang ati ampela, rendang, tauco udang dan sebagainya. Biasanya beda wilayah, beda pula campuran makanan pelengkap ketupat sayur.

Di Sumatera, dari Aceh, Medan, hingga Pekanbaru, ketupat sayur tak begitu populer. Keluarga di tiga provinsi itu lebih mengenal lontong sayur. Makanan pendamping wajibnya adalah sambal teri kacang, tauco udang, telur balado, ayam goreng atau rendang. Di atasnya ditaburkan serundeng—kelapa yang disangrai dan kerupuk atau emping melinjo. Orang Sumatera Barat, mengonsumsi lontong sayur biasanya dicampur dengan gulai pakis, rendang, dan teri balado. Di Jakarta, sebutan ketupat sayur lebih popular. Menu ini biasanya disajikan bersama semur daging, telur, atau jengkol, dan kerupuk. Di Kalimantan Selatan, lontong banjar menjadi salah satu makanan khas lebaran. Kuah lontong banjar menggunakan sayuran jenis nangka muda.

Namun, kenikmatan dalam sepiring lontong sayur beserta lauk-pauknya mengandung kalori yang tinggi. Kandungan lemak jenuh dalam jumlah besar terdapat dalam hidangan ketupat atau lontong sayur. Kuah lontong sayur biasanya mengandung santan. Menurut fatsecret.com, dalam sepiring lontong sayur terdapat 357 kalori dengan 21 persen lemak, 66 persen kabohidrat, dan 12 persen protein. Sebesar 90 persen dari total lemaknya adalah lemak jenuh.

infografik gizi lontong sayur

Lemak jenuh merupakan kumpulan lemak yang telah terkontaminasi berbagai macam radikal bebas yang dapat menimbulkan penyakit dan mengancam kesehatan organ tubuh bagian dalam. Ia bisa menghambat penyerapan vitamin, merusak sel otak, menghambat sirkulasi darah ke otak, meningkatkan kadar kolesterol, memicu diabetes, mempercepat serangan stroke, memicu obesitas, menyebabkan kerusakan paru-paru dan liver, hingga mengganggu kinerja hormon.

Lemak jenuh tak melulu berbahaya, dalam kadar yang tepat, ia memiliki manfaat bagi tubuh. Salah satunya sebagai bantalan organ dan dapat membantu daya tahan tubuh. Tetapi dalam kadar yang berlebih, ia malah bisa menghambat kerja organ. Kebutuhan lemak tiap orang berbeda-beda, ia tergantung pada usia, berat dan tinggi badan, serta kegiatan fisik sehari-hari.

Kandungan 357 kalori dalam sepiring lontong sayur belum termasuk makanan pendampingnya. Terdapat 195 kalori dalam satu hidangan dalam sepiring rendang. Lebih dari setengahnya, yakni 51 persen adalah lemak. Selebihnya, ada 40 persen protein dan 9 persen karbohidrat dalam rendang. Rinciannya, lemak jenuh dalam rendang 6,5 gram, kolesterol 29 mg, protein 19,68 gram, dan karbohidrat 4,49 gram dengan serat hanya 1,7 gram.

Sementara itu, dalam seporsi opor ayam, terdapat 392 kalori. Sebanyak 47 persen dari total kalori itu adalah lemak, 13 persen karbohidrat, dan 40 persen protein. Artinya bila seseorang memakan lontong sayur bersama rendang dan opor secara bersamaan, maka ada asupan 943 kalori. Ini belum termasuk balado teri dan keripik emping. Dalam 100 gram emping melinjo saja, terkandung 350 kalori.

Jadi, ditambahkan emping, sepiring lontong sayur komplit maka mengandung 1.293 kalori. Nikmat memang, tetapi kebutuhan kalori orang dewasa rata-rata saja hanya 2.000 kalori per hari. Itu pun sudah termasuk makanan dari pagi hingga malam, bukan hanya sekali makan. Bayangkan kalau dalam sehari lebaran, Anda memakan dua atau tiga porsi lontong sayur dengan meminum tiga gelas sirup dan mengunyah sepuluh nastar, maka sudah terbayang porsi asupan gizi yang berlebih dalam tubuh. (Baca: Menakar Kandungan Gizi Kue Khas Lebaran)

Risiko kesehatan yang terdapat dalam sepiring ketupat sayur bukan berarti membuat Anda tak bisa menikmati makanan khas lebaran ini. Anda tetap bisa menikmatinya bersama keluarga dengan mengurangi porsi dan memilah lebih minim jenis makanan pendamping ketupat sayur. Satu hal lagi yang paling penting, jangan lupa berolahraga selama Lebaran dan sesudahnya, secara konsisten.

Baca juga artikel terkait IDUL FITRI atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Suhendra