tirto.id - Hampir seluruh wilayah di Kota Tebing Tinggi termasuk daerah perkotaan di antaranya Jalan Suprapto, Thamrin, Pattimura, Sudirman, dan Bandar Sono, terendam banjir hingga pukul 09.30 WIB, Senin (16/12/2019).
Akibat banjir tersebut sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua tidak dapat melintasi beberapa kawasan sebab kedalaman air mencapai 30-50 sentimeter.
Melansir laman Antara, dari pantauan di lapangan, sejak pukul 7.30 WIB ketinggian air terus bertambah dan sejumlah sekolah terpaksa memulangkan siswa karena sekolah dilanda banjir.
Selain mengakibatkan sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua tidak dapat melintasi, banjir tersebut juga mengakibatkan ratusan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Warga juga berharap Pemerintah Kota Tebing Tinggi segera menurunkan bantuannya.
Hujan yang turun sejak Minggu (15/12/2019) malam juga mengakibatkan longsor di jalan lintas Tebing Tinggi-Pematang Siantar di daerah PTPN IV Pabatu, Kabupaten Serdang Bedagai.
Kapolres Tebing Tinggi AKBP Sunadi yang langsung turun ke lapangan bekerja sama dengan PTPN IV Pabatu langsung mengevakuasi pohon-pohon yang menutupi jalan lintas Tebing Tinggi - Pematangsiantar.
Akses jalan yang terputus akhirnya bisa dilalui kendaraan roda empat dengan sistem buka tutup, sementara kendaraan roda dua masih dilarang melintas karena air masih menggenangi jalan.
Selain banjir yang terjadi di Kota Tebing Tinggi, dalam sepekat terakhir banjir bandang juga terjadi di Dusun Pangana, Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (13/12/2019).
Akibat banjir bandang tersebut, hingga saat ini sebagian besar para korban banjir bandang di Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah masih tetap bertahan di lokasi penampungan pengungsi di wilayah tersebut.
Kepala Forum Pengurangan Resiko Bencana Kabupaten Sigi, Syaiful Taslim, Senin (16/12/2019), membenarkan masih banyak warga yang eksodus karena bencana alam tersebut.
"Masih banyak korban yang tetap berada di beberapa titik penampungan pengungsi di sekitar Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi," katanya, seperti diwartakan Antara.
Taslim mengatakan rata-rata korban yang masih tinggal di pengungsian, rumahnya sudah hancur rata dengan tanah, bahkan banyak rumah yang terkubur lumpur saat banjir bandang terjadi pada 12 Desember 2019 sekitar pukul 18.30 WTA itu.
Selain rumah warga yang rusak, juga jembatan dan jalan di wilayah tersebut mengalami kerusakan berat karena tertimbun lumpur dan batu-batuan.
Kini badan jalan yang tertimbun itu sudah bisa lagi dilewati kendaraan setelah diperbaiki oleh aparat gabungan TNI/Polri, Basarnas, tagana Dinas Sosial. tim TRC BPBD, para relawan kemanusiaan dan juga masyarakat setempat.
Taslim mengatakan untuk memulihkan kembali permukiman penduduk yang disapu banjir bandang masih butuh waktu cukup lama. Masalahnya material yang menutupi perkampung penduduk cukup banyak. Bukan hanya lumpur, tetapi juga batu-batuan besar dan kayu.
Menurut dia, khusus badan jalan sudah bisa dilewati. tetapi untuk membersihkan perkampungan masyarakat masih membutuhkan waktu yang cukup lama.
Hampir seluruh warga Desa Bolapapu menjadi korban bencana alam banjir bandang. Taslim mengimbau semua pihak yang peduli kemanusiaan untuk tetap menyalurkan bantuan guna memenuhi kebutuhan hidup para korban yang rata-rata kehilangan rumah dan isinya karena diterjang banjir.
"Mereka tetap masih butuh bantuan, terutama bahan makanan dan perabot rumah tangga," ujarnya.
Hingga kini, kata dia, bantuan dari berbagai pihak kepada korban banjir di Kulawi masih mengalir ke posko induk bencana alam di Desa Bolapapu. Bahan makanan masih cukup sampai beberapa hari ke depan.
Banjir bandang di Kulawi menelan korban jiwa dua orang. Kedua korban adalah ayah dan anak yang tewas tertimbun lumpur setelah terperangkap di dalam rumah saat bencana alam yang memilukan itu terjadi pada 12 Desember 2019.
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH