Menuju konten utama

Ramai-ramai Parpol Dukung Gibran Berujung Politik Balas Budi?

Dukungan sejumlah parpol bagi putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabimung Raka untuk masuk bursa Pilwakot Solo makin terbuka. Apa balas jasa Gibran bila menang nanti?

Ramai-ramai Parpol Dukung Gibran Berujung Politik Balas Budi?
Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka (tengah) berjalan menuju Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah untuk mengembalikan formulir pendaftaran pencalonan sebagai Wali Kota Surakarta di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2019). ANTARA FOTO/R. Rekotomo.

tirto.id - Dukungan bagi Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilukada Kota Solo 2020 terus mengalir. Saat ini, sudah ada 3 partai, yakni PKS, PPP, PKB di luar PDI Perjuangan yang secara terbuka tertarik untuk mengusung anak pertama Presiden Jokowi tersebut.

Selain itu, Gerindra dan Demokrat juga memberikan sinyal ketertarikan untuk menjadikan Gibran sebagai Calon Wali Kota Solo.

PKS membuka suara alasan mereka ingin mendukung Gibran. Ketua DPP PKS Abdul Kharis mengatakan, PKS mempertimbangkan untuk mendukung Gibran karena ingin pemimpin muda di Solo.

"Ini berkembang terus. Teman-teman Solo ingin calon wali kota yang muda karena yang ada sudah terlalu tua," kata Kharis saat dihubungi, Jumat (17/1/2020).

Kharis mengatakan, kandidat yang ada adalah Achmad Poernomo, Wakil Wali Kota Solo. Kader PKS yang mayoritas muda dan milenial enggan memilih Poernomo. Mereka ingin mencari tokoh muda untuk memimpin Solo. "Yang muda adanya Mas Gibran. Ya udah anak-anak PKS pilih Mas Gibran," kata Kharis.

Namun, Kharis menegaskan PKS belum menentukan sikap untuk mendukung Gibran. Ia beralasan, Gibran mendaftar ke PDIP, bukan PKS. Selain itu, situasi politik Solo masih cair. "Nah karena kami kebanyakan, PKS kebanyakan suara anak-anak muda ya mereka kemarin mengatakan jangan terlalu tua, kita cari yang muda, yang dinamis, tapi masih cair."

Kalkulasi Dukungan Parpol ke Gibran

Berbeda dengan PKS, PKB justru memastikan dukungan tetap diberikan kepada Gibran. Ketua DPP PKB Ahmad Iman Sukri mengatakan, PKB mendukung Gibran karena beragam faktor. Salah satu faktor utamanya adalah figur Gibran yang masih muda.

"Pertimbangannya banyak aspek ya, salah satunya representasi anak muda," kata Iman kepada reporter Tirto, Kamis.

Iman mengatakan, Gibran merupakan representasi anak muda di Solo. Gibran juga punya kemampuan karena mampu mengelola bisnis dengan baik.

Di sisi lain, PKB punya semangat untuk mendorong anak muda menjadi kepala daerah. "Kita punya anak-anak muda di bawah 40 yang punya kemampuan dan dapat dukungan tentu harus kita dorong untuk maju sebagai kepala daerah," kata Iman.

Iman mengaku, PKB akan mengerahkan kader mereka untuk memenangkan Gibran dalam Pilwalkot 2020. Ia tidak memungkiri dukungan tersebut juga sebagai langkah PKB untuk memperoleh posisi di Solo.

"Partai itu pertarungan di Pileg. Partai sukses atau enggak dapat kursi gak di situ. Ya pasti arahnya ke situ [demi dampak elektoral PKB]," kata Iman.

Sebagai informasi PDI Perjuangan memborong 30 dari 45 kursi DPRD Solo. Untuk maju, Gibran setidaknya membutuhkan perolehan paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPRD atau 25 persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilu anggota DPRD suatu daerah sesuai pasal 40 UU Nomor 10 tahun 2016 tentang Pemilukada atau 9 kursi.

Saat ini, sisa kursi dikuasai PKS, PAN, dan Partai Gerindra. PKS menguasai 6 kursi sementara Golkar, Gerindra dan PAN menguasai masing-masing 3 kursi. Satu kursi terakhir dikuasai Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Apa Balasan Gibran bagi Dukungan Banyak Parpol?

Dukungan besar tentu membawa konsekuensi besar bagi Gibran. Pengamat politik dari KedaiKopi, Kunto A Wibowo mengatakan, dukungan yang diperoleh dari partai-partai memberikan tekanan kepada Gibran. Ia beralasan, Gibran harus membuktikan diri untuk mampu memenangkan Pilkada 2020.

Di sisi lain, dukungan partai tentu akan diikuti dengan kesepakatan politik antara partai dengan Gibran. Meski tidak tahu potensi bentuk transaksi yang terjadi antara anak Jokowi itu dengan partai, ia memprediksi Gibran akan diminta untuk kampanye Pemilu 2024.

"Menurut saya ini akan sampai ke 2024 dan seterusnya karena Gibran adalah salah satu tokoh politik nasional maka diharapkan ini juga akan membawa efek, entah itu efek elektoral maupun efek politik yang menguntungkan bagi partai-partai itu di kancah nasional," kata Kunto.

Ia mengatakan, Gibran punya kriteria yang dibutuhkan partai. Ia beralasan, partai hanya ingin memenangkan pemilu demi membangun portofolio positif di daerah.

Kemudian, partai mencari kandidat yang punya modal sosial baik dari segi popularitas dan diskusi warga. Gibran mempunyai nilai tersebut, apalagi ayah dari Jan Esthes ini merupakan pengusaha dan anak presiden yang sudah memiliki modal sosial.

Bagi partai, asal elektabilitas popularitas dan isi tas masuk ya udah didukung. Apalagi?" ujar Kunto.

Politik Balas Budi

Senada, pengamat politik dari Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah juga melihat Gibran sebagai kandidat kuat memenangkan Pilkada Solo.

Ia beralasan, Gibran memiliki syarat-syarat untuk memenangkan pemilu. Hal tersebut belum termasuk dampak positif lain bila anak pertama Jokowi itu memenangkan pemilu bagi partai pendukungnya.

"Gibran punya potensi memenangi Pilkada, sebagai anak Presiden dan kecukupan logistik, sehingga Parpol melihat itu sebagai peluang. Sementara jika berhasil memenangi, setidaknya Gibran harus balas budi, sekurang-kurangnya bisa menjadi perisai bagi parpol jika kemudian hari berhadapan dengan tindakan rasuah, atau hal buruk lainnya," kata Dedi kepada reporter Tirto, Kamis.

Dedi mengatakan, posisi Gibran tidak bisa dilepaskan dari peran Jokowi selaku presiden. Partai politik mendukung Gibran yang merupakan anak presiden sementara Gibran tetap berstatus sebagai anak presiden dalam status politik. Dukungan parpol berpotensi mengikis peran Gibran.

Di sisi lain, partai pendukung Gibran dalam Pilwalkot bisa menggunakan posisi Gibran sebagai tameng politik. "Jika Parpol tersangkut persoalan rasuah, atau hal buruk lainnya. setidaknya pengaruh Presiden bisa saja ditafsirkan Parpol sebagai penolong, meskipun belum tentu semudah itu," kata Dedi.

Sementara itu, dosen Komunikasi Politik Universitas Jember M Iqbal memandang, Gibran tentu akan menerapkan "politik balas budi". Partai pendukung akan mendapatkan bayaran atas dukungannya kepada anak Jokowi itu.

"Parpol-parpol pendukung perlu dapat imbalan dan aneka konsesi baik materiil atau nonmateriil, tangible or intangible, terang benderang maupun "di bawah tangan"," kata Iqbal kepada reporter Tirto, Kamis.

Menurut Iqbal, dukungan ramai-ramai parpol menandakan sengkarut politik nasional dan daerah.

Saat ini, etika dan rasional politik dalam 5 tahun terakhir akan terulang dalam pemilu mendatang. Ia mengatakan, posisi Gibran akan menjadi simbol seberapa robohnya akal sehat atau Indonesia memiliki pemimpin berpotensi di masa depan.

"Jika sepak terjang Gibran [dan lainnya dalam koridor politik dinasti)]sedari awal dihambat, disumbat narasi sumbang, maka kita [bangsa ini] niscaya tak punya referensi nyata sebagai komparasi literasi politik di kemudian hari," kata Iqbal.

Baca juga artikel terkait PILWAKOT SOLO atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri