Menuju konten utama

Ramai-ramai Melarang Valentine

Sejumlah daerah di Indonesia melarang perayaan Valentine. Perayaan ini dinilai tradisi barat dan cenderung mengarah maksiat.

Ramai-ramai Melarang Valentine
Siswa SMP Muhammadiyah 2 Surabaya memegang poster saat mengikuti aksi stop peringatan Hari Valentine di Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/2). Mereka mengajak masyakat untuk tidak merayakan Hari Valentine yang diperingati setiap 14 Februari tersebut karena dinilai bukan budaya Indonesia. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/kye/17

tirto.id - Senin malam sebelum Valentine dirayakan, camat-camat di Kota Makassar Sulawesi Selatan atas perintah Sidak para Wali Kota Moh Ramdhan Pomanto melakukan sidak ke minimarket-minimarket untuk melarang penjualan kondom. Mereka menilai kondom-kondom itu akan digunakan para remaja untuk merayakan Valentine.

"Targetnya semua minimarket, dan seluruh camat diperintahkan sama. Tim dari kelurahan akan saya turunkan malam ini melakukan pemeriksaan di sejumlah minimarket di Manggala, begitupun camat lainnya melaksanakan instruksi itu mengantisipasi perilaku menyimpang," beber Camat Manggala, Anshar di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin malam (13/2/2017).

Kata Anshar, larangan penjualan kondom itu untuk mencegah hal-hal negatif anak muda dengan dalih merayakan kasih sayang di malam perayaan Valentine.

"Kami tidak melarang tetapi perlu juga diminta izinnya apakah memang menjual barang seperti itu, sebab akan sangat mudah anak remaja kita membelinya secara bebas untuk digunakan melakukan seks bebas di luar nikah," tegasnya.

Tidak hanya di Kota Makkasar, secara serentak di daerah-daerah di Indonesia melakukan hal serupa. Kota Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya, Madiun, Sampit, Banjarbaru, Padang, dan Ambon melakukan pelarangan perayaan yang dianggap sebagai budaya Barat ini.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Sumatera Barat bahkan mewanti-wanti warga Padang untuk tak turut merayakan Valentine karena bisa menimbulkan kegaduhan moral.

Ketua MUI Kota Padang Duski Samad, Senin kemarin, menyampaikan ungkapan kasih sayang tidak keliru, namun melakukan zina dan dan maksiat dengan dalih Valentine tidak bisa dibenarkan.

"Hari valentine sering kali dimaknai tanpa batasan-batasan norma sehingga mengganggu ketertiban sosial dan budaya," ujarnya.

Duski menilai Valentine tak cocok dengan ada masyarakat Timur, dari sisi budaya dan agama. Budaya Barat itu harus diwaspadai.

Selain itu, tradisi berbagai cokelat, bunga atau hadiah lainnya tidak harus dirayakan dalam satu hari tertentu. "Intinya, jangan sampai hari itu dijadikan puncak hancurnya moral," pesannya.

Sebagian remaja Indonesia sendiri turut menolak perayaan Valentine. Antara, Senin kemarin, melaporkan puluhan remaja yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Sekolah di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menggelar demonstrasi damai menolak perayaan Valentine Day. Mereka menyebut Valentine membawa membawa pengaruh buruk terhadap generasi muda.

"Valentine itu budaya Barat dan identik dengan pergaulan bebas. Ini bisa merusak generasi muda kita. Seharusnya pemerintah membuat aturan untuk melarang budaya negatif dari Barat seperti ini," kata Tim Lembaga Dakwah Sekolah HTI DPD II Kotim Abdur Rasyid Sidik di Sampit, Senin.

Menurutnya, Valentine lebih banyak mudaratnya dan lebih mengarah pada maksiat. Hal ini tentu bertentangan dengan ajaran agama. “Pemerintah harus peduli terhadap masalah ini karena dampaknya terhadap generasi penerus," kata Rasyid.

Di Kota Surabaya pun sama. Puluhan siswa SMP Muhammadiyah 2 Genteng, Surabaya, melakukan aksi menolak perayaan hari Valentine bagi kalangan anak muda dengan turun ke jalan di depan Taman Apsari Surabaya. Dalam aksinya, mereka membagikan syal bertuliskan "stop valentine day because I love You everyday,".

"Di lingkungan sekolah kita tidak pernah ada perayaan-perayaan hari kasih sayang, bahkan cenderung lupa dan tidak familiar. Aksi ini tercetus saat ramai dibahas di televisi bahwa valentine day cenderung dengan free sex," kata Ketua aksi Pandu Satria seraya menambahkan Hari Valentine banyak menimbulkan hal yang negatif seperti menjurus ke seks bebas dan lainnya.

MENOLAK HARI VALENTINE

Siswa SMP Muhammadiyah 2 Surabaya memegang poster saat mengikuti aksi stop peringatan Hari Valentine di Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/2). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/kye/17

Larangan Valentine di Pakistan

Di hari Senin pula, Pengadilan Pakistan mengeluarkan larangan perayaan Valentine di ibukota Islamabad. Pakistan menilai Valentine sebagai yang vulgar dan Barat.

Dalam pernyataan resminya, sebagaimana dikutip Al Arabiya, Pengadilan tinggi Islamabad mengabulkan permohonan pemohon yang menyebut Valentine, sebagai dalih menyebarkan "amoralitas, ketelanjangan dan ketidaksenonohan ... yang bertentangan dengan nilai dan tradisi kita yang kaya."

Menurut laporan itu, larangan Valentine itu telah mendapatkan persetujuan dari partai-partai Islam. Mereka juga menyerukan kepada media elektronik dan cetak untuk berhenti mempromosikan Hari Valentine.

Namun beberapa restoran di Islamabad tetap nekat mengiklankan promosi Hari Valentine bahkan setelah larangan itu diumumkan.

Valentine semakin populer di kalangan anak muda Pakistan, banyak di antaranya merayakan kasih sayang dengan memberikan kartu, cokelat dan hadiah untuk kekasih mereka. Namun negara itu tetap sangat konservatif, dan banyak tidak menyetujui Valentine sebagai impor budaya Barat yang tidak senonoh.

Tahun lalu, Presiden Pakistan Mamnun Hussain telah mendesak rakyatnya untuk menahan diri merayakan Hari Valentine. Ia mengatakan Valentine tidak punya tempat di negara mayoritas Muslim.

Baca juga artikel terkait VALENTINE atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH