Pemerintah memiliki PR yang belum tuntas untuk dapat mengatasi tingginya kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan (backlog) perumahan di Indonesia.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menilai pemerintah terlihat tengah mencari pendapatan baru di tengah kondisi keuangan negara yang tengah tertekan saat pandemi COVID-19.
Dari 154 pengaduan yang diterima, porsi terbesar diduduki perumahan dengan jumlah 129 pengaduan, lalu diikuti oleh isu pinjaman online (P2P Lending) dengan jumlah 6 pengaduan.
Kementerian PUPR menargetkan bisa membangun 2.130 unit rumah khusus (rusus) yang diperuntukkan diantaranya bagi nelayan, masyarakat perbatasan, dan korban bencana pada 2019 dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp551 miliar.
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga menilai Indonesia sedang krisis rumah rakyat, karena ada angka kekurangan rumah hingga 2020 diprediksi mencapai 20 juta unit.
Menko Perekonomian akui selama ini pemerintah belum serius memikirkan perumahan untuk rakyat miskin di perkotaan, sehingga perencanaan di kota seperti didikte oleh pengembang.