Tanaman ganja punya dua sisi yang saling berlawanan, selain jadi barang terlarang, ganja juga diyakini menjadi alternatif obat berbagai macam penyakit. Hasrat untuk melegalkan ganja untuk kepentingan medis terus disuarakan.
Ia penyakit langka, yang jumlahnya tak lebih dari seratus peristiwa. Tapi sudah ada sejak lama, bahkan menginspirasi kisah cinta Si Cantik dan Buruk Rupa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memerlukan 10 juta dolar AS untuk membantu menyediakan layanan kesehatan penting untuk 1,5 juta orang Somalia yang saat ini terpengaruh kemarau parah dan krisis pangan.
Uji DNA sejak 2009 atas serpihan tulang yang diyakini Tan Malaka oleh ahli forensik dari RSCM belum menuai hasil positif. Menunggu teknologi DNA yang lebih maju di masa mendatang.
Tiap dokter umum harus punya kompetensi forensik klinik, dan diupayakan bisa memeriksa jenazah. Tetapi kalau sudah menyangkut autopsi, harus dikerjakan oleh dokter spesialis forensik, yang jumlahnya masih sangat minim di Indonesia.
Meski minim imbalannya, dengan keahlian yang luar biasa, mereka harus menyisir wilayah geografis yang sulit dijangkau, dari satu daerah ke daerah lain, berusaha memecahkan sejumlah kasus kejahatan yang jadi sorotan publik.
Potensi pasar untuk industri alat kesehatan Indonesia dinilai besar, namun membutuhkan dukungan pihak asing. Potensi ini nampak besar terutama dengan adanya program jaminan kesehatan nasional (JKN).
Ganja Kerap dianggap sebagai zat tanaman racun yang memabukan dan merusak syaraf-syaraf dalam tubuh. Tapi ganja juga dapat berguna untuk kepentingan medis. Beberapa negara bahkan sudah melegalkan ganja karena manfaatnya menyembuhkan berbagai penyakit.