Abu Hanifah bergumul dengan kemodernan dan keislaman sejak kanak-kanak. Indonesianis George Kahin menggolongkannya dalam kelompok sosialis-religius di Masyumi.
Kemunculan kelas menengah Muslim membuka peluang lahirnya langgam baru penerbitan buku Islam. Beranjak dari teks-teks kanonik kepada pemikiran kontemporer.