Keputusan Saudi Arabia untuk mematikan negosiasi yang dilakukan di Doha, Qatar, mengenai pembekuan tingkat produksi minyak secara terkoordinasi memastikan adanya pergeseran besar dalam kebijakan minyak negara itu.
Meningkatnya keraguan pasar terhadap kesepakatan produsen-produsen minyak utama di dunia untuk membatasi produksi mereka, yang dipicu oleh pernyataan Arab Saudi bahwa mereka akan menunggu reaksi Iran dalam pembatasan produksi, membuat harga minyak dunia kembali turun Selasa pagi, (5/2/2016).
Rusia memutuskan menarik pasukannya dari Suriah. Unjuk kekuatan dan promosi alat militer pun berakhir. Anggaran Rusia berada di bawah tekanan berat karena harga minyak yang rendah dan sanksi internasional. Semua unjuk dan promosi kekuatan militer itu sekarang dianggap menghabiskan terlalu banyak biaya. Di sisi lain, negara-negara Sunni di Timur Tengah yang dipimpin Arab Saudi tak suka dengan kemajuan Iran sebagai pemimpin negara-negara Syiah. Kelompok ISIS dan oposisi memiliki sumber daya yang tak terbatas.
Harga minyak dunia naik tajam pada Kamis, (10/3/2016), disebabkan penurunan drastis persediaan bensin Amerika Serikat (AS) mendorong prospek permintaan di pasar global yang dibanjiri oleh pasokan minyak mentah.
Para produsen minyak Rusia setuju untuk membekukan tingkat produksi mereka sesuai dengan usul yang disampaikan oleh Pemerintah Rusia dan Arab Saudi untuk mengendalikan harga minyak yang hampir menyentuh rekor terendahnya.
Harga minyak naik dua hari berturut-turut pada hari Jumat pagi, (26/2/2016),setelah Venezuela memberikan harapan akan adanya pembatasan produksi untuk mengatasi kelebihan pasokan minyak secara global.
Menteri Perminyakan dan Pertambangan Venezuela Eulogio del Pino meminta semua anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan sekutunya untuk bertemu pada pertengahan Maret dan membahas upaya-upaya untuk menstabilkan harga minyak dunia.
Zulkifli Hasan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, mendesak pemerintah untuk melakukan penghematan mengingat negara berpotensi kehilangan pemasukan hingga Rp 90 triliun karena turunnya harga minyak dunia.
Seiring dengan harga minyak dunia yang terus turun, negara-negara raksasa minyak akhirnya ikut membekukan produksi mereka untuk menstabilkan pasar yang semakin lesu, menyusul negara-negara kecil lainnya yang telah menerapkan langkah yang serupa.
Harga minyak mentah dunia menembus titik terendahnya dalam 13 tahun terakhir pada awal perdagangan Senin, 18 Januari 2016. Harga minyak yang tak kunjung bangkit dari level terendahnya membuat negara-negara eksportir minyak pusing tujuh keliling. Mereka yang mengandalkan pendapatannya dari berjualan minyak dipastikan harus melakukan serangkaian upaya agar roda perekonomiannya tetap berjalan.