tirto.id - Para produsen minyak Rusia setuju untuk membekukan tingkat produksi mereka sesuai dengan usul yang disampaikan oleh Pemerintah Rusia dan Arab Saudi untuk mengendalikan harga minyak yang hampir menyentuh rekor terendahnya, kata Presiden Rusia Vladimir Putin, Selasa, (2/3/2016).
Ketika membuka rapat dengan para pemimpin grup produsen minyak tersebut, Putin mengatakan bahwa Menteri Energi Rusia Alexander Novak telah memimpin sejumlah diskusi untuk membentuk kesepakatan dengan negara-negara produsen minyak lainnya untuk mempertahankan produksi mereka.
“Seperti yang telah dilaporkan oleh Menteri Energi, anda semua setuju dengan usulan ini,” Putin mengatakan kepada mereka dalam komentarnya yang dirilis oleh Pemerintah Rusia, seperti dikutip dari kantor berita Antara, sambil menambahkan: “Terdapat beberapa usulan yang lebih radikal, namun tidak semua dari anda setuju dengan usul-usul tersebut.”
Arab Saudi dan Rusia – dua dari antara produsen-produsen minyak terbesar di dunia – setelah pertemuan 16 Februari dengan Qatar dan Venezuela, mengusulkan agar semua negara produsen membekukan produksi mereka pada tingkat Januari untuk menjaga kestabilan harga, asalkan produsen besar lainnya mengikuti.
Berita itu memicu harapan bahwa pasar akan stabil setelah tenggelam hampir ke posisi terendahnya dalam 13 tahun pada pekan lalu karena kelebihan pasokan terus berlanjut, namun juga sekaligus mengecewakan mereka yang berharap akan adanya penurunan produksi.
Meskipun kemudian Iran menolak untuk berkomitmen, harga minyak telah secara pulih secara signifikan sejak saat itu, didukung oleh pengumuman akan diselenggarakannya sebuah pertemuan pada pertengahan Maret antara Rusia dengan Qatar, Venezuela dan Arab Saudi, yang merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC).
Setelah pertemuan pada hari Selasa tersebut, yang dipimpin oleh Putin, Novak menegaskan bahwa kelompok produsen minyak Rusia telah sepakat untuk “mendukung” pembekuan yang “akan mengurangi gejolak” di pasar.
Namun demikian, “perusahaan-perusahaan kami tidak mengusulkan penurunan produksi, apalagi karena kondisi geopolitik saat ini tidak memungkinkan,” katanya, seperti dikutip kantor berita Interfax.
Kejatuhan harga minyak telah membuat Rusia, yang sudah dikenai sanksi Barat yang akibat konflik Ukraina, semakin terpuruk ke dalam resesi yang berlanjut hingga memasuki tahun kedua.
Sementara itu, Iran, yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar kedua di dunia, telah meningkatkan produksi mereka sejak adanya kesepakatan dengan kekuatan Barat untuk mengakhiri sanksi atas program nuklir Iran yang kontroversial.
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan bahwa kesepakatan pembekuan produksi tersebut sebagai sebuah “lelucon”, sambil menambahkan bahwa “ada ruang untuk diskusi” tetapi Iran “tidak akan melepaskan” pangsa pasarnya.