Dalam kondisi yang demokratis, hitung cepat bisa bikin kisruh sekaligus mendamaikan suasana. Di Filipina, hasil hitung cepat pernah jadi pendorong gerakan menurunkan rezim.
Meski desahan Ferdinand Marcos dalam pelukan Dovie Beams terekam dan tersiar ke publik Filipina pada 1971, Marcos tetap berkuasa hingga 1986. Rekaman bersanggama bisa jadi alat untuk menjatuhkan seseorang dari kekuasaan.
Mantan Presiden Gambia Yahya Jammeh diduga membawa kabur uang dari kas negara senilai lebih dari 11 juta dolar AS. Aksi Jammeh ini ternyata juga banyak dilakukan oleh para pemimpin dunia, termasuk mantan presiden Indonesia, Soeharto.
Ferdinand Marcos dilengserkan karena menjalankan kekuasaan secara diktator dan penuh dengan korupsi. Tapi Presiden Duterte menghendaki makam Marcos dipindahkan ke taman makam pahlawan. Mirip dengan Soeharto di Indonesia.