tirto.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan kondisi geologi dan penyebab gempa bumi magnitudo (M) 7,5 di Maluku pada Selasa (10/1/2023) pukul 00:47 WIB.
Gempa bumi terjadi di Laut Banda pada koordinat 130,18 BT dan 7,25 LS berjarak sekitar 151,2 km barat laut dari Kota Saumlaki (ibu kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku) pada kedalaman 131 km.
Plt Kepala Badan Geologi, M Wafid menuturkan wilayah yang terdekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya.
Wilayah tersebut tersusun oleh morfologi dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan. Batuannya tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier berupa batuan metamorf, batuan berumur Tersier (batuan sedimen dan batugamping), endapan Kuarter berupa endapan pantai, dan sungai. Sebagian batuan berumur, Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.
"Endapan Kuarter, batuan berumur Pra Tersier, dan Tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," kata Wafid melalui keterangan tertulis, Selasa (10/1/2023).
Selain itu, pada morfologi perbukitan yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan rentan terjadi gerakan tanah yang dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas penunjaman di Laut Banda dengan mekanisme sesar naik," ujarnya
PVMBG melaporkan gempa bumi M.7.5 di Laut Banda, Maluku mengakibatkan Kantor Bupati, rumah penduduk di Kecamatan Wuarlabobar dan Saumlaki, Kepulauan Tanimbar mengalami kerusakan.
Guncangan gempa bumi dirasakan cukup kuat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Menurut data BMKG, guncangan gempa bumi di Saumlaki terasa pada skala intensitas V MMI (Modified Mercally Intensity).
Kemudian menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi hingga rendah.
Kejadian gempa bumi ini tidak menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut. Gempa tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.
Menurut data Badan Geologi, pantai di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya tergolong rawan tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 2 meter.
"Menurut catatan Badan Geologi kejadian tsunami pernah melanda wilayah di sekitar Laut Banda pada tahun 1629, 1852, 1938 dan 1975," ucap Wafid.
Atas kondisi tersebut, PVMBG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Masyarakat diminta jangan terpancing isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
PVMBG menyarankan bangunan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Dayadibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi dan harus dilengkapi dengan jalur serta tempat evakuasi.
Menurut PVMBG, Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya tergolong rawan bencana gempa bumi dan tsunami. PVMBG menyarankan pemerintah daerah setempat agar meningkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami melalui mitigasi struktural serta mitigasi non struktural.
"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan berupa retakan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," ujarnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan