Menuju konten utama

PVMBG Antisipasi Peningkatan Aktivitas Gunung Agung

“Untuk mengantisipasi ini, kami terus melakukan pemantauan, karena aktivitas kegempaan Gunung Agung saat ini masih mencapai 500-700 kali per hari,” kata Suantika.

PVMBG Antisipasi Peningkatan Aktivitas Gunung Agung
Sejumlah warga melintas di jalan Desa Datah yang berjarak sekitar 10Km dari kawah Gunung Agung, Karangasem, Bali, Minggu (8/10). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana.

tirto.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengantisipasi peningkatan aktivitas magmatis Gunung Agung yang saat ini masuk fase kritis. Hal tersebut akibat aktivitas kegempaan yang terus mengalami tren peningkatan.

“Untuk mengantisipasi ini, kami terus melakukan pemantauan, karena aktivitas kegempaan Gunung Agung saat ini masih mencapai 500-700 kali per hari,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, Gede Suantika, di Pos Pantau Gunung Agung, Karangasem, Minggu (8/10/2017).

Dengan memantau terus peningkatan magmatis Gunung Agung saat ini, kata Suantika, pihaknya akan lebih awal menginformasikan radius kawasan rawan bencana (KRB) di dekat gunung tertinggi di Pulau Dewata ini sebelum terjadinya letusan.

Secara teknis, urutan waktu erupsi dapat terjadi apabila mengikuti fase freatik (letusan gas atau embusan asap dan material yang dipicu oleh tekanan gas yang berada di bawah permukaan).

Selanjutnya menuju fase freatomagmatik (proses bersentuhannya air dengan magma yang sedang naik ke permukaan sehingga menimbulkan Ledakan atau letusan yang kuat) dan menuju fase akhir magmatis (pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma).

“Secara umum hampir semua gunung berapi awalnya melalui fase ini,” kata Suantika.

Suantika menilai, apabila aktivitas Gunung Agung mengarah pada fase freatik, maka intensitas letusannya tidak sebesar seperti yang diestimasikan. "Namun, ini baru pendahuluan menuju magmatis," ujarnya.

Menurut Suantika, keluarnya uap air atau asap putih yang keluar dari kawah Gunung Agung saat ini merupakan pembuka terjadinya letusan.

"Jadi kami tegaskan keluarnya asap putih yang membumbung setinggi 1.500 meter ini belum masuk dalam letusan Gunung Agung. Ini baru aktivitas asap (solfatara) dan belum masuk fase freatik,” kata dia.

Pihaknya baru menyatakan erupsi pada gunung berapi apabila timbul material abu yang berhamburan ke udara. "Jadi timbulnya asap kemarin didominasi 90 uap air yang berbentuk asap putih," kata Suantika.

Untuk suhu di permukaan kawah Gunung Agung ini hingga timbul asap putih, menurut dia, berdasarkan standar suhu air menguap pada kisaran 100 derajat celcius.

“Mungkin di dasar kawah ini suhu air menguap di atas 200 hingga 300 derajat celcius,” kata dia.

Baca juga artikel terkait GUNUNG AGUNG BALI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz