Menuju konten utama
Kenangan Puasa

Puasa Bukan Halangan untuk Produktif

Menurut Arcandra puasa tidak boleh menjadi hambatan bekerja dan belajar.

Puasa Bukan Halangan untuk Produktif
Arcandra Tahar. ILUSTRASI/tirto.id/Quita

tirto.id - Suatu hari saat baru bekerja di sebuah perusahaan minyak di Houston, Texas, Amerika Serikat, Arcandra Tahar dipanggil atasannya. Sang bos penasaran dengan ritual puasa Ramadan yang sedang dilakukan Arcandra dan Muslim lainnya di dunia.

“Tuan Arcandra apa itu puasa?” tanya sang bos.

“Tidak boleh makan tuan,” kata Arcandra.

“Kalau minum saja boleh?” tanya si bos lagi.

“Minum juga tidak boleh.”

“Tapi kamu masih boleh merokok kan,” si bos makin penasaran

“Merokok juga tidak boleh.”

“Sengsara sekali ya orang Muslim itu,” ujar si bos penuh heran.

Pertanyaan bertubi itu tidak muncul tanpa sebab. Atasan Arcandra khawatir puasa akan menurunkan kualitas kinerjanya terhadap perusahaan. “Saya tidak yakin kamu bisa bekerja tanpa makan dan minum. Produktivitas kamu pasti terganggu,” kata Arcandra, yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri ESDM itu saat menirukan ucapan atasannya, kepada Tirto, Sabtu (3/6) pekan lalu.

Arcandra mengaku sempat ditawari pengecualian waktu kerja. Dia diperbolehkan bekerja dari pukul 08.00 malam sampai menjelang subuh. Tujuannya agar bisa makam minum saat bekerja. “Itu nasihat atasan waktu pertama kerja,” kenang Arcandra.

Tapi tawaran itu tidak sepenuhnya diambil Arcandra. Dia hendak membuktikan puasa bukan halangan bekerja sebagaimana dikhawatirkan atasannya. "Kita harus membuktikan, Insya Allah Ramadan bukan penghalang produktivitas seperti sebelum Ramadan," kata ahli kilang lepas pantai ini.

Pertanyaan tentang puasa bukan baru pertama diterima Arcandra. Saat menempuh studi di Texas A&M University Ocean Engineering, seorang profesornya pernah mengkhawatirkan kemampuannya mengikuti pelajaran dalam kondisi perut lapar dan haus. Sebab tanpa sarapan dan makan siang si profesor mengaku tidak bisa berpikir. “Bagaimana kamu mau belajar kalau perut kamu tidak terisi. Apa bisa kamu mengikuti kuliah saya,” kata sang profesor.

Lulusan Teknik Mesin Insitute Teknologi Bandung (ITB) ini hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 1996 saat menjadi mahasiwa di Texas A&M University Ocean Engineering. Di kampus yang sama ia meraih gelar master dan doktor. Selanjutnya sampai sekitar 20 tahun lamanya Arcandra bekerja dan menetap di Amerika Serikat.

Ia pernah menjadi Asisten Peneliti Offshore Technology Research Center (1997–2001), Technical Advisor Noble Denton (2000), Peneliti Technip Offshore (2001–2006), Hydronynamics Lead FloaTec LLC (2006–2007), Principal dan Presiden Asia Pasific AGR Deepwater Development System (2007–2009), Principal Horton Wison Deepwater (2009–2013), Presiden Petroneering (2013–2016), sampai akhirnya dilantik menjadi Menteri ESDM Indonesia (27 Juli 2016–15 Agustus 2016) dan kemudian dilantik menjadi Wakil Menteri ESDM pada 14 Oktober 2016 hingga sekarang.

Berpuasa di Amerika Serikat memang lebih menantang ketimbang di Tanah Air. Di sana Muslim bukanlah penduduk mayoritas. Orang-orang bisa makan minum kapan saja dan di mana saja. Selain itu waktu berpuasa juga lebih panjang. “Saat summer (musim panas) antara Juni sampai September, saat itu puasa panjang sekali. Di Texas mulai jam 05.00 kurang sampai sekitar jam 20.30, bahkan di New York dari jam 05.00 kurang sampai sekitar jam 09.00 atau 10.00 malam,” kata Arcandra.

Apabila Ramadan datang saat winter yakni antara November hingga Januari waktu berpuasa memang lebih singkat. Namun menurut Arcandra tantangannya juga tak kalah hebat karena cuaca dingin membuat tubuh lebih cepat merasa lapar. “Bayangkan perut kosong hari dingin,” ujar Arcandra.

Bagaimana Arcandra melalui beragam tantangan puasa di Negeri Paman Sam? “Pada akhirnya kalau menurut hemat saya puasa itu tergantung mindset kita. Kalau waktu berbuka jam 08.30 malam, itu yang harus kita tanamkan saat sahur. Jadi saat siang tidak kepikiran makan siang,” papar Arcandra.

Selama di Amerika Arcandra mengaku tidak menemui banyak kesulitan soal makanan. Sebab di sana juga banyak terdapat bahan-bahan makanan yang bisa dibuat untuk membuat masakan Indonesia. Di hari Sabtu, komunitas Muslim Indonesia biasa menggelar buka puasa bersama dan tarawih berjamaah. “Alhamdulillah kita punya banyak masjid di Houston, sehingga tidak kesulitan mencari masjid,” ujarnya.

Infografik Arcandra Tahar Kenangan Ramadan

Lahir di Padang Sumatera Barat, 10 Oktober 1970 Arcandra bersyukur lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga Muslim. Ia percaya menjadi seorang Muslim bukan perkara takdir semata. Butuh kesadaran dan kesungguhan untuk meningkatkannya menjadi Muslim yang baik. Sebab, katanya, ajaran agama menunjukkan ada saja anak maupun istri para nabi yang bersikap durhaka. “Kalau hanya mengandalkan keturunan tidak ada jaminan dalam sejarah Islam,” katanya.

Ketika masih belajar berpuasa, Arcandra kecil termasuk anak yang rewel soal makanan. Ia mengaku selalu ingin berbuka dengan segala jenis makanan. Mulai dari rendang, tunjang, gajebo, getuk,bubur kampiun, dll. Dia akan senang apabila ibunya membelikan aneka kue tradisional jajanan pasar untuk berbuka. Ambisinya untuk makan banyak hingga kekenyangan pernah membuatnya sampai sakit. “Kembung dan sakit perut,” ujarnya.

Beda lagi dengan saat remaja. Arcandra dan teman-temannya suka menghabiskan waktu dengan berolahraga. Biasanya mereka akan bermain volley, basket, atau sepak bola. Olahraga memang sudah menjadi kebiasaannya sejak SD, SMP, hingga SMA. “Saya ingat setelah mandi sore saya main bola. Terus mandi lagi. Itu kehidupan remaja pembentukan jati diri,” katanya.

“Tapi semakin dewasa semakin terasa alangkah indah dulu seandainya dahulu memperbanyak hafalan Alquran. Kesadaran itu muncul setelah kita lihat anak-anak kita bermain dengan tetangga,” tambah bapak dua orang anak ini.

Bagi Arcandra sekarang Ramadan sepatutnya membuat kehidupan berbangsa dan bernegara kita menjadi lebih baik. Sebab menurutnya ritus ibadah sepanjang Ramadan bukan cuma puasa. Di dalam juga dianjurkan untuk tarawih berjamaah, bertadarus Alquran, bersedekah, dan berzakat. Maknanya bukan cuma soal ibadah antara manusia dengan Tuhan tapi juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia.

“Jika dihayati secara mendalam ibadah yang dilakukan selama bulan suci Ramadan bukan hanya menyangkut hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya tapi juga menyangkut dirinya sebagai manusia,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait DUNIA RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Humaniora
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti