Menuju konten utama

PTBA Bangun Pabrik Gasifikasi Batu Bara, Target Beroperasi 2022

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal memulai pembangunan pabrik hilirisasi batubara yang ditargetkan beroperasi November 2022.

PTBA Bangun Pabrik Gasifikasi Batu Bara, Target Beroperasi 2022
Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno didampingi Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin melihat hasil konversi batubara berupa Dimethyl Ether (DME) sebagai subtitusi LPG di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone Tanjung Enim, Sumsel, Minggu (3/3/2019). ANTARA FOTO/Feny Selly.

tirto.id - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal memulai pembangunan industri hilirisasi batubara di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ), Tanjung Enim, tahun ini.

Pembangunan itu dicanangkan kemarin, Minggu (3/3/2019) oleh empat Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin serta Menteri BUMN Rini M Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

Arviyan Arifin mengatakan, pembangunan pabrik hilirisasi batubara itu merupakan kelanjutan dari Head of Agreement Hilirisasi Batubara yang telah ditandatangani oleh PTBA, Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemicals pada 8 Desember 2017 silam.

Pabrik tersebut nantinya akan mengonversi batu bara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether(DME) sebagai substitusi LPG, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.

"Kami ingin menciptakan nilai tambah, mentransformasi batubara menjadi ke arah hilir dengan teknologi gasifikasi, dengan menciptakan produk akhir yang memiliki kesempatan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sekadar produk batubara," ujar Arviyan Arifin, dikutip dari keterangan resminya Senin (4/3/2019).

Rencananya, akan ada 4 komplek pabrik di kawasan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ). Keempatnya dibangun untuk mendukung proyek hilirisasi meliputi komplek pabrik coal to syngas, komplek pabrik syngas to urea, komplek pabrik syngas to DME, dan komplek pabrik syngas to polypropylene.

Pabrik gasifikasi batubara ini direncanakan mulai beroperasi pada November 2022 dan diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun, dan 450 ribu ton polypropylene per tahun.

Dengan target kebutuhan tersebut, terang Arifin, alokasi batubara yang dibutuhkan mencapai 6,2 juta ton per tahun. 5,2 juta ton dari total kebutuhan akan digunakan untuk bahan baku pengolahan sementara 1 juta ton sisanya untuk bahan bakar listrik.

Menteri BUMN Rini Soemarno mengharapkan agar pabrik hilirisasi batubara tersebut segera berdiri. Menurutnya, industri hilirisasi batubara bukan hanya dalam rangka mengurangi impor melainkan juga mengembangkan ekspor.

"Hilirisasi juga penting dalam upaya mengurangi polusi dari batubara dengan memproduksi clean energy berupa Syngas yang akan jadi hulu dari berbagai produk seperti DME bahkan sampai solar dan avtur," tutur Rini.

Kerjasama Bukit Asam dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical juga merupakan implementasi dari PP no. 1 tahun 2017 tentang Hilirisasi Mineral dan Batubara, serta Kepmen ESDM no. 2183 K/30/MEM 2017 tentang Penetapan Kebutuhan dan Presentasi Minimal Penjualan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri.

Baca juga artikel terkait BISNIS BATU BARA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Bisnis
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri