tirto.id - Drama Korea (drakor) terbaru, Memorials episode 5 tayang di KBS2 pada Kamis (9/7/2020), pukul 21.30 KST, atau 19.30 WIB. Drakor Memorials juga bisa ditonton di platform streaming VIU.
Episode sebelumnya menceritakan, Koo Se Ra yang menang di pemilihan akhirnya secara resmi menjadi anggota majelis daerah atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD) baru.
Ia juga mulai berangkat ke kantor memulai pekerjaannya sebagai anggota majelis. Se Ra yang bertemu dengan para anggota lain pun berusaha memperkenalkan diri dan menyapa mereka.
Akan tetapi, Se Ra diperlakukan layaknya orang asing dan dikucilkan. Tentu saja hal itu karena Se Ra adalah anggota independen dan tidak memiliki latar belakang politik.
Sementara itu, Seo Gong Myung ternyata dipindahkan untuk bertugas ke bagian kesekretariatan dewan di distrik Mawon-gu. Yang artinya, Gong Myung akan bekerja di divisi yang melayani para anggota majelis. Dengan kata lain, Gong Myung akan sering bertemu dengan Se Ra.
Suatu hari, salah stau anggota DPD Jo Maeng Duk, membuat sebuah rencana yang harus diputuskan bersama. Rencana itu adalah mengeluarkan obligasi daerah untuk membayar pengembangan kota baru dan upah tenaga kerja.
Jumlah obligasi itu adalah 30 juta dolar Amerika. Rencana keputusan itu tentu saja mendapatkan reaksi pro dan kontra dari para anggota majelis yang lain.
Anggota yang berasal dari partai yang sama dengan Maeng Duk, yakni Partai Konservatif Aeguk tentu akan menyetujui rencana tersebut. Namun, anggota dari Partai Progresif Bersama memutuskan untuk tidak menyetujui rencana tersebut.
Jo Maeng Duk sendiri adalah mantan kepala DPD yang kini sudah 3 kali menjabat di kursi DPD sebagai anggotanya. Meski sudah tak menjabat sebagai kepala, Maeng Duk masih memiliki pengaruh yang kuat di sana.
Bahkan, perdebatan antara Maeng Duk dan perwakilan Partai Progresif, Bong Choo San pun terjadi. Suara pun terbagi menjadi dua bagian, dan sayangnya, suara kedua belah pihak itu imbang.
Sehingga, mereka pun berusaha mendekati Se Ra. Ternyata, mereka membutuhkan suara Se Ra yang notabenenya adalah anggota independen untuk memihak mereka dalam pemungutan suara yang akan datang.
Se Ra yang tidak mau dimanfaatkan pun akhirnya mulai melakukan negosiasi dengan kedua belah pihak yang menginginkan suaranya tersebut. Perwakilan dari masing-masing partai pun mulai mencoba memberikan beragam penawaran terhadap Se Ra.
Sebenarnya, Se Ra melakukan hal itu karena ia ingin balas dendam, sebab selama ini ia sudah diabaikan oleh rekan-rekannya itu.
Akan tetapi, saat ini, Se Ra malah semakin bingung ketika keputusan yang harus ia tentukan itu nantinya akan sangat memberikan pengaruh yang besar di Mawon-gu.
Sebenarnya, Mawo-gu dinyatakan mengalami kebangkrutan, sehingga rapat DPD ini dianggap sangat penting.
Di satu sisi, penerbitan obligasi dianggap perlu untuk menopang Anggaran daerah. Akan tetapi, di sisi yang lain, obligasi adalah utang yang nantinya juga dibebankan kepada pajak warga daerah Mawon-gu. Hal itulah yang membuat Se Ra bingung.
Pemungutan suara pun diselenggarakan, tetapi anehnya, pemilih yang berjumlah 13 orang masing-masing imbang dengan 6 suara, dan satu suara hangus karena tidak memilih. Hasilnya, penerbitan obligasi pun akhirnya ditolak.
Preview Memorials Episode 5
Dalam preview untuk episode selanjutnya menceritakan, masih belum ada yang tahu, siapa orang yang memutuskan untuk tidak memilih kedua opsi tersebut. Akan tetapi, tentu saja anggota majelis lain mencurigai bahwa orang itu adalah Koo Se Ra.
Suatu hari, Se Ra diminta oleh salah satu anggota majelis dari Partai Progresif Bersama, Yoon Hee Soo untuk membantunya merancang Undang-Undang (RUU) Obligasi Daerah. Se Ra pun menyetujuinya dan ia mau bergabung dalam kerja sama tersebut.
Akan tetapi, Se Ra dikhianati ketika namanya tidak dicantumkan dalam rancangan UU tersebut. Bahkan, namanya diganti oleh wakil pimpinan DPD, Go Dong Chan.
Se Ra pun protes kepada Hee Soo, dan Hee Soo hanya menanggapinya bahwa hal itu sudah biasa di ranah mereka. Akan tetapi, Se Ra tidak terima, bahkan ia protes langsung kepada Go Dong Chan.
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Nur Hidayah Perwitasari