tirto.id - Bayern Munchen akan menjamu Borussia Dortmund dalam laga pekan 28 Bundesliga di Allianz Arena, Munich, Sabtu (6/4/2019) malam waktu Indonesia. Pertandingan ini bakal punya porsi penting untuk menentukan siapa juara liga musim ini.
Terpelesetnya Bayern yang cuma bisa bermain 1-1 lawan Freiburg di pekan sebelumnya membuat klub berjuluk The Bavarians itu kini berada di urutan dua. Mengemas 61 poin, mereka tertinggal dua angka dari Dortmund. Jarak dua poin ini bakal raib, atau bahkan berbalik andai laga bertajuk Der Klassiker nanti bisa dimenangkan Manuel Neuer dan kawan-kawan.
Namun, meraih kemenangan bukan misi mudah bagi tuan rumah. Pertama, mereka dihadapkan pada kondisi fisik pemain yang tidak sebaik lawan. Bayern baru saja tampil di DFB Pokal tengah pekan ini, sementara Dortmund yang telah tersingkir dari turnamen lokal itu punya jeda persiapan lebih panjang.
Kedua, secara mental, saat ini kepercayaan diri Dortmund diyakini sedang tinggi-tingginya. Itu tidak lepas dari kemenangan 3-2 yang diraih Der Borussien atas Bayern pada putaran pertama, ditambah hasil positif 2-0 saat menghadapi Wolfsburg pekan lalu.
Minim Adaptasi
Laga nanti bakal jadi Der Klassiker dengan alur paling klasik sepanjang sejarah, khususnya dalam segi taktik. Stigma klasik yang akan mewarnai permainan kedua kesebelasan tidak lepas dari idealisme kedua pelatih.
Baik pelatih Bayern, Niko Kovac maupun nahkoda Dortmund, Lucien Favre sepanjang musim ini merupakan dua pelatih yang paling jarang mengganti taktiknya di seantero Jerman. Setidaknya, ini dibuktikan dengan riwayat penerapan formasi yang kerap dilakukan keduanya. Kovac dan Favre gemar dengan formasi yang sama: 4-2-3-1. Andai mentok pun, kedua pelatih sama-sama kompak memilih alternatif strategi yang tidak beda jauh: 4-3-3 atau 4-1-4-1.
Dari rekam jejak itu, hampir dipastikan pada pertandingan nanti kedua pelatih masih akan kukuh dengan formasi 4-2-3-1.
Niko Kovac sudah mengindikasikan itu dengan mengatakan bakal mengandalkan skuat relatif sama dengan pertandingan-pertandingan Bundesliga sebelumnya. Bahkan ketika sejumlah pemain seperti David Alaba kelelahan karena main di laga terakhir, Kovac seperti enggan mengganti taktiknya.
"Skuat masih sama, semua berlatih seperti biasa. [Alaba] terlihat bagus, saya mengasumsikan dia akan bermain pada pertandingan besok," ujar Kovac kepada laman resmi klub.
Setali tiga uang dengan Kovac, kubu Dortmund juga akan tetap konsisten dengan rencana mereka. Di luar cedera yang pasti memaksa bek kanan Achraf Hakimi dan Lukasz Piszczek absen, Lucien Favre bakal tetap mengandalkan 4-2-3-1. Posisi yang ditinggal Hakimi dan Piszczek akan diisi oleh Marius Wolf.
Fullback: Titik Krusial
4-2-3-1 memang formasi menjanjikan di era sepakbola modern karena memungkinkan seluruh area bisa terkover lebih luas. Namun formasi ini memakan tumbal berupa stamina, khususnya bagi fullback yang kerap dituntut mengawali serangan.
Dalam kasus Der Klassiker nanti, fullback kembali disinyalir jadi sektor yang paling menentukan hasil akhir. Apalagi, saat ini Dortmund maupun Bayern sama-sama timpang di posisi ini.
Bagi Dortmund, keberadaan Marinus Wolf yang tampil brilian dalam membangun serangan bisa merugikan karena Wolf adalah pemain yang di masa lalu berposisi asli sebagai winger. Ini membuat Wolf--bahkan hingga sekarang--kerap terlambat turun mengover sisi kanan pertahanan Dortmund.
Sialnya, di laga nanti Wolf bakal beradu kemampuan secara langsung dengan seorang pemain yang terkenal punya kecepatan mumpuni: Kingsley Coman. Seolah tidak cukup di situ, di belakang Coman, Bayern juga punya sosok David Alaba, bek sayap yang punya kedisiplinan jauh melebihi Wolf. Aspek ini dipastikan jadi cobaan berat bagi tim tamu, khususnya di sektor kanan pertahanan mereka.
Namun beruntung, bukan hanya Dortmund yang akan mengalami kesulitan itu. Di kubu Bayern, tak dapat dipungkiri bahwa Josua Kimmich punya kemampuan mumpuni sebagai bek kanan dalam beberapa musim terakhir.
Masalah kemudian hadir saat melihat permainan Kimmich khusus pada musim ini. Walau kemampuan olah bolanya menanjak drastis, Kimmich mengalami penurunan dalam kontribusinya terhadap pertahanan. Di beberapa laga terakhir, dia kerap telat turun ke lini belakang usai membantu serangan. Dampak atas ketidak disiplinan ini belum terasa betul karena Bayern punya sosok Niklas Sule yang bisa menutup celah di sektor kanan pertahanan dengan baik.
Namun, menghadapi Dortmund adalah perkara lain. Mengandalkan Sule semata jelas tidak cukup karena kubu tim tamu punya sosok Jadon Sancho yang kemungkinan besar tampil sebagai winger kiri.
Sancho memang berposisi asli sebagai penyerang kanan. Tapi performa impresif yang dia tampilkan saat dipindah ke sisi kiri di dua laga terakhir Dortmund membuka peluang besar baginya untuk tampil di kiri lagi dan berhadapan langsung dengan Kimmich pada sisi kanan pertahanan Bayern.
Lewandowski atau Reus?
Di luar konteks strategi, perhatian pada Der Klassiker kali ini juga akan tertuju pada bintang kedua kesebelasan: Robert Lewandowski dan Marco Reus. Apalagi, kedua pemain veteran itu kini sama-sama berada di bursa persaingan calon top skor Bundesliga.
Lewandowski telah mengemas 19 gol dan berada di urutan teratas, unggul atas Luka Jovic dan Paco Alcacer. Sementara Reus mengemas 15 gol alias empat lebih sedikit dari Lewandowski.
Jurnalis DW, Matt Pearson memprediksi bersinar atau tidaknya Reus di laga nanti bakal ditentukan dari bagaimana dia berhadapan dengan gelandang jangkar Bayern, Javi Martinez. Soalnya, Reus merupakan pemain yang kerap memberi keunggulan bagi timnya lewat kemampuan memaksimalkan celah, sementara di sisi lain Javi Martinez punya kelebihan dalam menutup lubang-lubang di lini tengah Bayern.
"Reus sejauh ini berkembang dalam kemampuan memanfaatkan ruang, namun Martinez memiliki kemampuan membaca gerakan lawan dengan jitu, komitmennya untuk mau mengotori diri juga patut diapresiasi, sehingga duel keduanya bakal sengit," tulis Pearson.
Di sisi lain, Lewandowski yang hampir pasti diandalkan sebagai ujung tombak tunggal bakal berduel dengan Manuel Akanji atau Dan-Axel Zagadou. Dua bek tengah ini memang belum punya rekam jejak mumpuni, namun Lewandowski jelas tak bisa meremehkan mereka.
Sejauh ini, cara Lewandowski fokus adalah dengan berupaya meringankan beban di pundaknya. Cara serupa telah dia tunjukkan dengan menyatakan kalau duel kontra Dortmund kali ini bukan yang terpenting.
"Saya tidak yakin pemenangnya akan jadi juara. Pemenangnya jelas akan satu langkah lebih dekat dengan gelar, tapi satu langkah saja saya rasa tidak akan cukup. Masih banyak laga tersisa musim ini dan saya rasa yang terpenting adalah lebih stabil untuk memenangkan semuanya," tandas Lewandowski.
Editor: Gilang Ramadhan