tirto.id - Prambanan Jazz 2016 memberikan keunikan tersendiri dalam penyajian konsepnya. Dengan menghadirkan pasar kangen, pengunjung bisa belanja makanan tradisional, bir Jawa, sampai belanja uang lama, seperti uang kertas Rp500 bergambar monyet, uang peninggalan jaman Belanda, peta, dan tiket konser Krakatau pertama kalinya.
Saat panggung sedang dibuka oleh MC, stan Mubeng Art ditilik pengunjung yang tertarik dengan keunikan barang koleksi stan. Beberapa pengunjung terlihat melihat-lihat uang kertas, uang koin, dan melihat majalah edisi tahun 1990-an.
Toni, pemilik Mubeng Art sudah tujuh tahun mengumpulkan uang kertas, uang koin, kertas iklan, radio jaman Belanda, dan ada pula piringan hitam.
Ia mengaku mengumpulkan koleksinya itu dari memulung dan dari orang-orang yang mengumpulkan barang-barang bekas, kemudian ia beli barang-barang yang menurut perhitungannya akan laku untuk dijual kembali. “Butuh makan,” katanya.
Toni memiliki katalog khusus untuk menjual koleksinya ini. “Ada orang-orang yang dengan minat khusus mau beli mahal,” katanya.
Uang kertas Rp500 dijual dengan harga Rp10.000, sedangkan uang lima sen ia jual Rp2.500. Ini adalah harga di pameran Prambanan Jazz, sementara harga menurut katalog aslinya bisa lebih dari harga pameran.
Katalog akan berperan penting ketika ia mengikut sertakan koleksinya ke bursa lelang. Di sana, ia bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak. “Frame iklan mesin ketik ini bisa jadi penghias dinding rumah atau cafe, makanya harganya juga mahal,” ungkapnya.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh