tirto.id - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) berhasil menyita sebanyak enam ton narkotika jenis sabu selama tahun 2015. Jumlah tersebut hanya 20 persen dari total sabu yang beredar di masyarakat.
Hal tersebut ditegaskan Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso atau Buwas saat peringatan Hari Pendidikan Nasional di Tomohon, Senin (2/5/2016) malam. “Sebanyak enam ton itu kalau dikategorikan pemakai, berarti ada sekitar 30 juta orang yang berhasil diselamatkan,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Buwas, sitaan barang haram seberat enam ton itu hanya 20 persen dari total sabu yang beredar di masyarakat.
Mantan Kepala Bareskrim Mabes Polri ini mengatakan, bentuk penghancuran negara ini salah satunya dengan menghancurkan generasi muda.
“Saat ini narkotika menyasar generasi anak bangsa, generasi muda, generasi produktif, generasi pemimpin bangsa ke depan. Narkotika menyasar golongan anak-anak SMA dan kuliah di perguruan tinggi,” kata Buwas.
Menurut dia, narkotika telah menjadi masalah bangsa dan negara, dan apabila mau utuh melihat persoalan ini maka hal tersebut menjadi ancaman buat negara karena tidak ada satu wilayah di republik ini yang terbebas dari penyalahgunaan narkotika. Pasalnya, peredaran narkotika terjadi di seluruh wilayah, termasuk di Kota Tomohon dan Kota Manado.
Mengapa terjadi hal ini? Menurut jenderal bintang tiga ini, semua tidak memahami narkoba dan tidak peduli terhadap masalah ini. Bahkan, kata dia, Indonesia telah menjadi pangsa pasar narkotika terbesar di Asean.
Menurut dia, kenapa jaringan narkotika menyasar anak SMA dan mahasiswa karena mafia narkoba yang dikendalikan suatu negara menginginkan Indonesia hancur. Dan salah satunya adalah menyasar generasi anak bangsa yang produktif potensial yang bisa menjadi aset bangsa ke depan.
“Para mafia tidak berhenti sampai di situ, mereka berharap Indonesia tetap menjadi pangsa pasar terbesar di Asean. Sebagian keuntungan mereka dari hasil mengedarkan narkoba mereka biayai untuk regenerasi pangsa pasar,” ujarnya.
Tujuannya adalah menggantikan pengguna sekarang ini karena pengguna narkotika tidak akan pernah sembuh, terjadi kerusakan permanen saraf otak yang pengaruhi organ tubuh lain. “Kerusakan otak berarti akan memperpendek usia, sehingga perlu regenerasi pangsa pasar yang kemudian menyasar taman kanak-kanak dan sekolah dasar,” ujarnya. (ANT)
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz