tirto.id - Kepolisian Republik Indonesia menilai isu Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) masih akan digunakan untuk mendulang suara di Pilkada serentak 2018. Hal itu disampaikan oleh Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jumat (15/12/2017).
Setyo menandaskan bahwa isu SARA masih dapat digunakan untuk mempengaruhi besarnya suara para calon. "Kemungkinan menurut perhitungan kita sih, masih akan digunakan. Karena ya itu tadi masyarakat kita ini sekarang tipe demokrasinya kan one man one vote," katanya.
Polri sendiri tidak memiliki cara khusus untuk menangani isu SARA yang merebak dengan cepat. Namun, Setyo menegaskan bahwa Polri akan lebih mengamankan Pilkada dan proses rekonsiliasi setelahnya. Hal ini ditujukan agar isu SARA yang digunakan pada saat Pilkada tidak berlangsung lama sampai Pilpres 2019.
"Kalau selesai ya udah, mari kita rekonsiliasi, mari kita membangun negeri. Kalau semuanya tetap hanya ingin berkuasa, tapi hanya berkuasa tok, tapi tidak memikirkan pasca Pilkada, ya repot. Artinya kita menang, tetapi bukan untuk mengalahkan semuanya," katanya lagi.
Setyo sendiri berharap pesta Pilkada kali ini bisa berlangsung dengan damai dan dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Ia juga berharap isu SARA tidak terus terulang setiap tahunnya. "Membangun negeri tidak bisa sendirian," tegasnya.
Di seluruh daerah, Setyo menekankan hanya ada 3 Polda yang tidak melakukan pemilihan kepala daerah pada Pilkada serentak 2018 mendatang, yakni Jakarta, Papua Barat, dan Yogyakarta.
Jumlah personil polisi di tiap daerah sendiri diusahakan cukup untuk mengawal proses Pilkada masing-masing daerah karena sangat sulit untuk menambah personil dari daerah yang lain. Setyo menandaskan bahwa dalam pengamanan nanti akan ada bantuan dari pihak Pemerintah Daerah setempat dan pasukan TNI.
"Kita yakin bahwa kita kerjasama dengan TNI, dengan Pemda kita bisa atasi," katanya lagi.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto