Menuju konten utama

Piala Menpora dan Tantangan Main Bola di Bulan Puasa

Orang yang berpuasa kemudian berolahraga—kapan pun waktu olahraganya—berisiko mengalami dehidrasi.

Piala Menpora dan Tantangan Main Bola di Bulan Puasa
Ilustrasi bermain sepak bola. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Akibat pandemi Covid-19, sepakbola Indonesia mengalami puasa panjang lebih dari setahun. Meski begitu, masyarakat penggemar sepakbola bisa “buka puasa” sejenak dengan hadirnya kompetisi pra-musim bertajuk Piala Menpora. Digelar mulai 21 Maret hingga 25 April 2021, kompetisi tersebut sekaligus menjadi ajang uji coba pelaksanaan protokol pencegahan COVID-19 pada kompetisi sepakbola, khususnya menjelang penyelenggaraan Liga 1 2021.

Sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara--Filipina, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam--sudah lebih dulu menggelar kompetisi sepakbola. Sementara di Indonesia, kompetisi Liga 1 dijadwalkan berlangsung mulai 1 Juni 2021 hingga 11 Maret 2022.

Menariknya, sebagai “ajang buka puasa” bagi penggemar sepakbola dalam negeri, jadwal babak perempat final Piala Menpora--kemungkinan digelar pada 12 April 2021--bakal bertepatan dengan 1 Ramadan 1442 H, tanggal dimulainya ibadah puasa tahun ini.

Dalam kondisi demikian, Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang menjalankan kompetisi sepakbola di tengah bulan puasa. Setidaknya, Malaysia, Suriah, Mesir, dan Turki juga tetap menyelenggarakan liga profesional mereka selama Ramadan. Sedangkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memutuskan meliburkan liga mereka selama bulan suci.

Menggelar kompetisi sepakbola saat bulan puasa tentu memiliki tantangan berbeda dibandingkan bulan-bulan biasanya. Perbedaan yang paling kentara adalah waktu sepak mula (kick-off) atau saat dimulainya pertandingan. Pada situasi biasa (bahkan di tengah pandemi sekalipun), pertandingan sepakbola biasa dimainkan antara jam 2 siang hingga jam 8 malam. Namun pada saat puasa, negara-negara mayoritas muslim biasanya menggeser waktu pertandingan setelah jam berbuka.

Di Malaysia dan Mesir, misalnya, pertandingan dimulai pukul 8 malam waktu setempat. Sementara di Indonesia, peluit kick-off Piala Menpora mulanya dibunyikan pukul 15.15 WIB dan 18.18 WIB. Namun selama Ramadan, kick-off diundur menjadi pukul 20.30 WIB saja. Jadwal tersebut ditentukan dengan asumsi bahwa pemain, staf, dan penonton sudah lebih dulu melakukan buka puasa dan ibadah tarawih.

Pertanyaannya, apakah waktu tersebut ideal untuk menggelar pertandingan olahraga selama Ramadan? Menurut penelitian yang diterbitkan Journal of Fasting and Health (2014), sore hari (saat di mana masyarakat kita tengah ngabuburit) merupakan waktu yang umumnya dikategorikan “terbaik” untuk berolahraga. Alasannya, sisa energi dan cairan tubuh yang akan habis dapat langsung diisi kembali dengan makan dan minum saat berbuka.

Namun, bertanding secara kompetitif pada waktu ngabuburit bisa menjadi sesuatu yang menyulitkan bagi atlet. Ya, bisa jadi sisa energi dan cairan tubuh mereka tidak akan cukup buat menyelesaikan pertandingan selama (maksimal) 90 menit. Sebab itulah untuk olahraga kompetitif bertanding setelah berbuka puasa sangat dianjurkan secara sains.

Dengan melangsungkan pertandingan setelah buka puasa, atlet punya kesempatan untuk makan dan minum baik sebelum, selama, maupun sehabis pertandingan digelar. Khusus minum, di Piala Menpora 2021 kebutuhan pesepakbola akan cairan tubuh tetap bisa terpenuhi dengan adanya water break di setiap babak.

Memulai pertandingan setelah berbuka sebenarnya dapat dilakukan kapan saja, tapi disarankan paling cepat dilakukan 90 menit setelah pemain berbuka puasa. Sebab itulah pukul 20.30 (kira-kira 150 menit setelah azan magrib) tergolong sebagai waktu yang aman secara sains dan ideal bagi bisnis--masuk prime time pada siaran.

Nah, jika soal waktu sudah sesuai dengan rekomendasi para ahli, bagaimana dengan penyesuaian performa para atlet?

Infografik Advertorial Buka Puasa di Piala Menpora

Infografik Advertorial Buka Puasa di Piala Menpora. tirto.id/Mojo

Minum Air Mineral yang Cukup

Sejumlah penelitian menyebutkan, faktor nutrisi memegang peranan paling penting saat berolahraga di bulan puasa. Bagaimanapun, asupan makanan dan minuman bahkan jam tidur seseorang jadi terbatas selama puasa. Hal-hal itu sangat berpengaruh terhadap asupan energi dan pemanfaatannya untuk performa.

Dalam situasi normal, para atlet muslim bisa mendapatkan asupan nutrisi tiga sampai empat—bahkan lima—kali sehari. Namun saat berpuasa, biasanya mereka hanya menerima asupan nutrisi dua kali, yakni saat sahur dan berbuka, atau tiga kali jika mereka mengonsumsi snack malam. Penting dicatat, sebanyak apa pun makan selama Ramadan, tubuh perlu adaptasi sebab jam makan berlangsung berdekatan.

Omong-omong soal nutrisi, para atlet dianjurkan mengonsumsi makanan yang kaya makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak). Namun begitu, satu nutrisi yang dianggap sangat penting selama puasa adalah air.

Orang yang berpuasa kemudian berolahraga—kapan pun waktu olahraganya—berisiko mengalami dehidrasi. Penelitian menunjukkan, penurunan 2 persen berat badan dalam bentuk cairan—setara dengan kehilangan beberapa liter keringat—mungkin terjadi selama pertandingan 90 menit dan dapat menyebabkan penurunan kinerja fisik hingga 20 persen. Sebab itu, minum air dalam porsi yang cukup dapat menjadi kunci bagi para atlet untuk mempertahankan performa mereka selama pertandingan.

Untuk kebutuhan hidrasi, Zafar Iqbal, dokter tim Crystal Palace, kesebelasan di Liga Inggris, menyarankan agar minum dalam porsi kecil namun berulang-ulang pada malam hari hingga sahur. Cara itu lebih baik ketimbang minum dalam porsi sangat banyak saat sahur dengan anggapan sebagai “bekal seharian berpuasa”. Mengonsumsi air dalam jumlah banyak sekali-gus hanya akan menyebabkan urine keluar dan jika dilakukan menjelang tidur bakal membuat tidurmu terganggu.

Selain itu, jenis air yang diminum juga sebaiknya tidak sembarangan, tetapi sebaiknya mengkonsumsi air yang mengandung mineral baik untuk tubuh . Dr. Ahmed Moharram, spesialis urologi Rumah Sakit Internasional Bareen di MBZ City, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, menambahkan: “Air mineral mengandung kalsium dan magnesium yang dapat memainkan peran penting dalam mengatur tekanan darah dan kadar glukosa, serta membantu pencernaan.”

Khusus dalam cuaca panas yang ekstrem, mengonsumsi air mineral saat berbuka juga akan sangat membantu menurunkan risiko dehidrasi hipotonik, yakni hilangnya natrium (Na) dalam tubuh lebih banyak ketimbang air.

Jika olahraga dilakukan saat tidak berpuasa (sejak jam berbuka hingga subuh tiba) mengonsumsi air mineral sangat dianjurkan. Keuntungan bagi para atlet, Piala Menpora membolehkan water break pada setiap babak, sehingga para pemain dapat minum air mineral di tengah pertandingan. Tentu bukan hanya para atlet yang tak boleh kekurangan cairan. Sebagai penonton, kita juga harus memenuhi kebutuhan cairan mineral tubuh, paling tidak selama menyaksikan pertandingan.

Pastikan air mineral yang masuk ke dalam tubuh adalah air mineral berkualitas, seperti Le Minerale produk dari PT. Tirta Fresindo Jaya. Le Minerale berasal dari sumber mata air pegunungan terpilih yang terfilter alami ke dalam tanah dan melewati lapisan bumi serta batuan yang kaya akan mineral. Sebab itulah Le Minerale mengandung kebaikan mineral alami yang dibutuhkan tubuh.

Le Minerale sangat menjaga kualitas produknya. Dengan teknologi mineral protection system--yang membuat botol nya keras sebelum dibuka--setiap anugerah mineral Le Minerale dapat terlindungi dengan optimal, bebas dari kontaminasi virus dan bakteri sehingga aman dikonsumsi. Selain itu, Le Minerale juga melindungi kemasannya dengan seal cap agar tidak mudah dipalsukan. []

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis