Menuju konten utama

Pesantren Disebut Sarang Teroris, Din Syamsuddin Protes

Pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang menyinggung seolah-olah pondok pesantren adalah sarang teroris menjadi perhatian Din Syamsuddin. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia ini menyesalkan statement BNPT tersebut.

Pesantren Disebut Sarang Teroris, Din Syamsuddin Protes
Sejumlah santri mengikuti upacara di Pendopo Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Moch Asim

tirto.id - Pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menyinggung seolah-olah pondok pesantren adalah sarang teroris menjadi perhatian Din Syamsuddin. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menyesalkan statement BNPT tersebut.

Menurut Din Syamsuddin, seharusnya BNPT tidak memukul rata bahwa kebanyakan pondok pesantren di Indonesia adalah sarang teroris. Hal tersebut, lanjutnya, berpotensi membuat masyarakat bingung dan resah dengan keberadaan pondok pesantren yang sudah sejak lama menjadi lembaga pendidikan agama Islam di tanah air.

"Tidak boleh generalisasi seperti itu. BNPT mengeneralisasi itu seolah seluruh pesantren tempat mendidik kaum radikal itu tidak benar, bisa sesat menyesatkan," tukas Din Syamsuddin di Jakarta, Rabu (24/2/2016).

"Saya juga alumni pondok. Jangan digeneralisasi, jangan digebyah-uyah (disamaratakan)," tambahnya.

Meskipun begitu, Din Syamsuddin tidak memungkiri bahwa memang ada beberapa pondok pesantren yang menganut aliran Islam radikal. Namun, BNPT tentunya tidak boleh langsung memukul rata bahwa semua ponpes seperti itu. Pemerintah justru yang harus lebih berperan melakukan pembinaan.

"Boleh jadi satu dua demikian. Itu justru pemerintah harus melakukan perhatian termasuk pembinaan,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah ini.

“Tidak bisa main klaim labelisasi sampai pembubaran karena alasan terorisme yang kurang tepat," imbuhnya.

Di sisi lain, Din Syamsuddin juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar jangan mudah terpengaruh dengan ajakan ekstrim yang membawa-bawa ajaran agama.

"Kelompok invader dan agresor mengaitkan diri dengan agama, walaupun sesungguhnya mereka hanya membajak atau membegal agama yang membawa nilai-nilai kasih sayang dan perdamaian,” bebernya.

“Mereka hanya menjadikan agama sebagai alat pembenar terhadap kepentingan dan tujuan politik,” sebut Din Syamsuddin.

Baca juga artikel terkait BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME atau tulisan lainnya

Reporter: Iswara N Raditya