tirto.id - Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra, Ahmad Muzani membantah bahwa kehadiran Budiman Sudjatmiko ke kediaman Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta Selatan pada Selasa (18/7/2023) dalam rangka menghapus dosa Prabowo dalam peristiwa 1998. Menurutnya, peristiwa 1998 adalah masa lalu yang tidak perlu dibahas berulang-ulang sehingga bisa menatap masa depan dengan lebih baik.
“Itu kan masa lalu. Orang-orang itu sekarang sudah mulai menatap masa depan dengan lebih baik. Kita ini juga ada generasi yang lahir ada di atas tahun 2000-an dan 1990-an, sehingga kita harus menata masa depan Indonesia, negeri kita yang usianya sebentar lagi mencapai 100 tahun,” kata Muzani saat berkunjung ke Kantor DPP Partai Demokrat pada Kamis (20/7/2023).
Muzani juga membantah bila pertemuan dengan Budiman Sudjatmiko menghapus isu peristiwa 1998 yang selalu terulang setiap pemilu. Menurut dia, Budiman dan Prabowo saling bertukar pikiran mengenai berbagai isu.
"Itu murni bicara tentang perlunya Indonesia memiliki pemikiran-pemikiran dari seorang pemimpin yang memiliki cakrawala dan menembus masa depan yang baik," ujarnya.
Saat dikonfirmasi apakah ada ajakan dari Prabowo kepada Budimana agar masuk ke Gerindra, Muzani membantahnya. Muzani mengklaim bahwa Prabowo menghargai setiap pilihan politik setiap orang tanpa harus memaksakannya.
"Tidak dibicarakan, tidak dibahas, sama sekali tidak dibicarakan dan dibahas, akan tetapi kami menghargai pilihan politik Pak Budiman, beliau adalah seorang kader PDI Perjuangan," tegasnya.
Dirinya juga menghormati dengan kebijakan internal DPP PDIP yang akan memanggil Budiman dalam waktu dekat imbas pertemuannya dengan Prabowo. Menurutnya itu adalah kebijakan internal partai yang harus dihormati dan tidak boleh diintervensi.
"Kalau kemudian langkah politik itu terus diambil oleh DPP PDIP untuk mengundang Mas Budiman, tentu saja kami menghormati itu adalah ranah internal PDI Perjuangan," ungkapnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz