Menuju konten utama
Periksa Fakta

Periksa Fakta: Mengapa Ribuan Ikan Mati di Sungai Efrat

Pelekatan narasi atas matinya ikan-ikan di sungai Efrat, Irak dengan tanda-tanda kiamat adalah informasi keliru.

Periksa Fakta: Mengapa Ribuan Ikan Mati di Sungai Efrat
Header Periksa Fakta. tirto.id/Quita

tirto.id - Belakangan, foto beberapa laki-laki dalam perahu dengan latar ikan-ikan mati kembali ramai beredar di Facebook. Salah satu akun yang membagikan informasi itu adalah akun Psikologi Islam. Diunggah pada 14 Agustus 2019 pada pukul 09.00, informasi tersebut dibagikan oleh hampir 10 ribu akun.

Seorang warganet dengan akun Aidil Kartom kembali membagikan informasi ini pada grup SURAT (Suara Rakyat Turatea) pada 15 Agustus 2019 pukul 19.12 WIB. Hingga tulisan ini dimuat, unggahan di grup itu mendulang sebanyak 251 likes dan dibagikan oleh 23 akun lainnya.

Selain di aplikasi media sosial, foto yang sama pernah muncul menjadi ilustrasi sebuah artikel di situs web Islambuzzer.com pada 4 November 2018.

Fact Check Ribuan Ikan Mati di Tepi Sungai Eufrat

Beberapa laki-laki dalam perahu dengan latar ikan-ikan mati di tepi Sungai Eufrat. Screenshot/Facebook/Psikologi Islam

Klaim

Artikel itu mengarahkan pada satu narasi, yakni mengaitkan kematian ikan-ikan tersebut dengan keyakinan atas tanda-tanda hari kiamat.

Sementara itu, perihal sumber kejadian, pada paragraf 13 dan 14 dalam artikel Islambuzzer.com memberi informasi sebagai berikut: "dikutip dari liputan6.com para nelayan Irak di Selatan Baghdad mengaku kaget sehabis menciptakan ribuan ikan masnya yang diternak di pinggiran sungai Eufrat [Efrat] mati secara misterius. dampaknya bau tidak nikmat juga timbul di sekitaran sungai Eufrat."

Sayangnya, artikel tidak memberi keterangan tautan rujukan. Lantas, apa fakta sebenarnya dari foto ikan-ikan mati itu?

Fakta

Kami menelusuri foto lewat situs web Getty Images. Situs web itu merupakan agen penyedia foto yang berbasis di Seattle, Washington, Amerika Serikat. Ia biasa dijadikan tempat rujukan bahan foto dan video untuk berbagai publikasi media. Dari hasil penelusuran di situs web tersebut, kami mendapati bahwa foto tersebut diatributkan kepada: "HAIDAR HAMDANI/AFP/Getty Images."

Sementara, informasi dalam keterangan fotonya adalah: "Iraqi men sail past scores of dead fish, from nearby farms, floating on the Euphrates river near the town of Sadat al Hindiya, north of the central Iraqi city of Hilla, on November 2, 2018. - Iraqi fishermen, south of Baghdad were stunned and angry after finding thousands of dead carp mysteriously floating in their water farms or washed up on the Euphrates' river bed."

Artinya, ikan dalam gambar tersebut merupakan ikan karper atau ikan mas dan gambar itu diambil di sungai Efrat yang dekat dengan kota Sadat al Hindiya, sebelah utara dari kota Hilla di Irak. Tanggal pengambilan foto tercatat 2 November 2018.

Kejadian itu turut menjadi bahan berita. Pada 5 November 2018, misalnya, Reutersmenulis bahwa kematian ribuan ton ikan air tawar ini membuat petani Irak kehilangan pendapatan yang signifikan. Ikan mas merupakan hidangan nasional negara itu. Sementara itu, pemerintah menolak percaya bahwa ini merupakan kejadian yang disengaja, karena penyebabnya juga belum diketahui.

Pada Maret 2019, seperti diberitakanAlarabiya, PBB melansir kabar ihwal kematian mendadak ribuan ton ikan mas tersebut. Rumor yang berkembang beberapa bulan sebelumnya menyebut ikan-ikan tersebut diracun. Setelah sebulan melakukan penyelidikan, United Nations Environment Program (UNEP) menemukan fakta bahwa ikan-ikan tersebut terkena Koi Herpes Virus (KHV).

Penyakit KHV bisa menyebabkan tingkat kematian hampir 100 persen pada ikan mas. Hasil tes dari laboratorium juga mengonfirmasi bahwa kematian ikan di Irak pada akhir 2018 disebabkan oleh penyakit ikan, bukan polusi.

Artinya, sumber artikel Islambuzzer.com yang menyebut liputan6.com, seperti yang ditunjukan pada paragraf 13 dan 14 dalam artikelnya, adalah informasi awal. Seperti yang dapat dibaca langsung melalui tautan artikel dari liputan6.com, saat itu memang hasil laporan penyebab kematian ikan belum muncul.

Hasil laporan UNEP semestinya menutup berbagai rumor penyebab kematian ikan-ikan tersebut.

Laku karena Clickbait

Isu ini kemudian muncul di berbagai portal daring di Indonesia. Namun, portal yang mengabarkan bahwa kematian ribuan ikan ada hubungannya dengan narasi kiamat makin dekat dilakukan oleh Wajibbaca.com pada November 2018.

Situsweb Wajibbaca sendiri merupakan agregator berita yang memuat berbagai artikel “trending” dan “viral” yang mudah dicari khalayak. Isi situs web adalah berbagai artikel dengan variasi topik dan isu, dan cenderung ramah dengan SEO (search engine optimization). Mulai dari artikel "cara daftar BPJS Kesehatan," "resep kolak pisang," hingga "daftar pemain Timnas U-19." Dalam momentum tertentu, artikel-artikel seperti itu mudah menggaet pembaca, sekaligus berpotensi menjadi komoditas ekonomi.

Memang, sekalipun UNEP telah memberi konfirmasi mengenai kematian ribuan ikan di Irak, tipe berita pop sains dan konspirasi lumrah banyak dicari khalayak. Berita jenis ini gampang laku di pasaran karena punya tendensi untuk laku di momen-momen tertentu.

Kesimpulan

Pemeriksaan fakta ini mendapatkan hasil bahwa pelekatan narasi atas matinya ikan-ikan di sungai Efrat, Irak dengan tanda-tanda kiamat adalah informasi keliru.

Namun, foto beberapa laki-laki dalam perahu dengan latar ikan-ikan mati yang belakangan ramai beredar di media sosial tersebut terjadi memang terjadi di Irak, 2 November 2018, seperti arsip Getty Images.

Lebih lanjut, penyelidikan UNEP menyimpulkan ikan-ikan tersebut terkena Koi Herpes Virus (KHV).

Narasi kiamat yang dibangun pada artikel Islambuzzer.com dan Wajibbaca.com memang membuat membuat jenis artikel ini mudah mendapat perhatian khalayak. Namun, perlu dicatat bahwa pemeriksaan fakta ini tidak memverifikasi dan memfalsifikasi mengenai kematian ikan sebagai tanda kiamat dalam arti teologis.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara