tirto.id - Para pelaku perbankan menilai isu rush money atau penarikan uang tunai secara massal bertepatan dengan demonstrasi 25 November mendatang tidak relevan dan tidak berdasar karena industri keuangan dan perbankan nasional saat ini dalam kondisi sehat.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menepis isu rush money tersebut. Menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada di atas 5 persen ketika negara lain di bawah angka itu. Sedangkan inflasi pada kisaran 3 persen. Sementara transaksi berjalan dan neraca pembayaran juga berjalan baik.
"Mohon jangan memberitakan yang membikin masyarakat menjadi tidak tenang. Kami ingin menyampaikan bahwa dengan otoritas yang lain, kita confirm (pastikan) kondisi stabilitas ekonomi Indonesia terjaga baik," pinta Agus seperti diwartakan Antara, Jumat (18/11/2016).
Sejalan dengan Agus, Menko Perekonomian Darmin Nasution menghimbau masyarakat tidak termakan isu karena kondisi tak ada alasan terjadinya rush. "Kalau ada yang hembuskan itu dalam situasi seperti ini, normal saja," katanya.
Saat ini pemerintah beserta otoritas lainnya, jelas Darmin, tengah menjaga ekonomi dari berbagai faktor dan meminta masyarakat menjaga situasi agar kondusif. Hal terpenting menurutnya adalah menjaga kestabilan ekonomi, bila seandainya ada goncangan sekalipun perekonomian nasional tetap kokoh.
"Kalau kita jaga baik, ekonomi kita bisa bertahan," ujar Darmin.
Sementara Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo berharap isu rush money pada 25 November 2016 tidak benar. Heru juga memastikan bahwa kondisi perbankan saat ini cukup baik. Ia mencontohkan BRI sendiri kondisi likuiditas atau dananya terjaga.
Haru bahak menyampaikan bila penarikan dana tunai secara masif itu terjadi, BRI telah memiliki kecukupan cadangan likuiditas sehingga dampak dari aksi itu tidak akan mengganggu BRI.
"Sebagai bank, kita sudah memiliki sistem, jika sewaktu-waktu ada penarikan dana tunai yang besar. Ada cadangan likuiditas baik di bank, uang tunai, maupun cadangan di Bank Indonesia," demikian Haru.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH