tirto.id - Edukasi penerapan 3M kepada masyarakat dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 tetap penting ketika pemerintah melakukan upaya 3T (Testing, Tracing, dan Treatment). Dari perspektif agama, menurut Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr. PH, mencegah penularan virus Corona sama derajatnya dengan ibadah.
“Menjaga diri dan orang lain di sekitar kita agar tidak tertular COVID-19 adalah ibadah. Saking besarnya ibadah itu sampai naik haji dan salat jumat berjamaah boleh ditinggalkan untuk menghindari penularan lewat kerumunan," ungkap Prof. Hasbullah dalam dialog "Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi” dikutip laman Covid19.go.id.
Ditambahkan, mencegah penularan COVID-19 sangat besar manfaatnya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Memang manfaat ini seakan tidak tampak selama seseorang tidak terpapar virus Corona. Namun, ketika seseorang atau keluarga dekat terinfeksi, kerugian yang didapatkan bukan hanya rugi kesehatan fisik dan mental, tetapi juga finansial.
"Manfaatnya memang tidak kelihatan saat kita belum mengalaminya, sama seperti perumpamaan, kita baru menyadari mahalnya mata kita saat kita sudah tidak bisa melihat lagi. Jadi jangan kita tunggu sampai kita kehilangan penglihatan. Mencegah jauh lebih baik dan itulah amal ibadah kita”, papar Prof. Hasbullah.
Dalam masa pandemi yang belum diketahui kapan berakhir, tindakan pencegahan jadi kunci untuk membatasi penularan COVID-19. Alasannya, penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 atau virus corona ini demikian mudah tersebar dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain melalui perantaraan cipratan liur (droplet) ketika batuk, bersin, bahkan berbicara.
Pentingnya Kampanye 3M
Gerakan 3M meliputi memakai masker, menjaga jarak menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun.
Mengapa seseorang harus memakai masker dalam pandemi COVID-19? Masker terbukti mampu menekan tingkat risiko penularan virus dari 100 persen hingga 1,5 persen. Memakai masker adalah upaya pencegahan dua sisi, agar menahan droplet yang keluar saat kita berbicara atau bersin sekaligus mencegah masuknya droplet dari orang lain.
Menjaga jarak menghindari kerumunan adalah kunci penting lain. Hingga 15 November 2020, di Indonesia terdapat 28 kabupaten/kota zona merah (risiko penularan tinggi) atau 5,45 persen dari total kabupaten/kota tanah air. Sementara itu, terdapat 345 kabupaten/kota zona oranye (risiko sedang), dan 121 kabupaten/kota zona kuning (23,54 persen). Jarak ideal untuk pencegahan penularan COVID-19 adalah 2 meter.
Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir selama 20 detik juga tidak kalah esensial. Virus COVID-19 merupakan material kecil yang dibungkus oleh protein dan lemak. Sabun dapat melarutkannya sehingga virus hancur dan mati. Jika tidak ada air dan sabun, gunakan hand sanitizer dengan alkohol setidaknya 60 persen.
Pentingnya 3T
Tidak hanya 3M yang digalakan, tetapi juga penerapan 3T oleh pemerintah daerah. 3T ini meliputi testing atau pemeriksaan dini, tracing atau pelacakan kontak, dan treatment atau perawatan.
Terkait testing, saat ini hingga pekan III November 2020 terdapat sekitar 239 ribu orang yang dipeeriksaatau 88,6 persen dari standar WHO. Standar tersebut adalah testing 1/1.000 dari jumlah penduduk tiap minggu. Jika jumlah total penduduk Indonesia lebih dari 267 juta jiwa, testing minimal yang dibutuhkan sebanyak 267.000 orang per minggu.
Soal tracing, tindakan ini dilakukan terhadap kontak-kontak terdekat pasien positif COVID-19. Dari langkah ini akan muncul informasi terkait orang yang mungkin terpapar COVID-19. Sementara itu, treatment atau perawatan dibedakan untuk pasien terkonfirmasi COVID-19 apakahtidak ada gejala (asimtomatis) atau ada gejala.
Dalam situasi pemerintah berjuang menghadapi pandemi COVID-19 dengan 3T, masyarakat tetap perlu mematuhi protokol kesehatan. Jangan lupa selalu #ingatpesanibu dan menerapkan 3M: memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 30 detik, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
-----------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Editor: Agung DH