tirto.id - Pada 3 November 2017, orang-orang “fanboy” Apple di Australia berbondong-bondong mengantre membeli iPhone X di Apple Store. Tampilan baru, dengan tampak muka yang seolah hanya berisi layar tanpa cangkang tepi, membuat banyak orang kepincut meskipun varian itu dibanderol mulai dari $999.
Namun, tak demikian dengan Steve Wozniak, orang yang bersama Steve Jobs mendirikan Apple pada 1976. "Untuk beberapa alasan, iPhone X adalah satu-satunya seri iPhone yang tidak akan saya beli di hari pertama ketersediaan di pasaran," katanya.
Sikap “The Woz” mungkin jadi pertanda. iPhone X, berikut versi terbarunya yang dirilis pada 2018 iPhone XS dan iPhone XR, melempem di pasaran. Sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal, Apple mengalami “permintaan unit yang lebih sedikit dibandingkan perkiraan.”
Apple tak bisa memprediksi dengan pasti berapa jumlah iPhone X yang akan terjual selanjutnya. Akibatnya, Apple berkeputusan untuk memangkas produksi seri iPhone X untuk waktu-waktu ke depan. iPhone XR, varian iPhone X termurah, terkena nasib tersial. Pada akhir Oktober 2018, Apple memangkas sepertiga produksi unit dari 70 juta unit yang direncanakan diproduksi.
Tiga perusahaan rekanan Apple yang membuat iPhone X terkena imbas. Masih menurut laporan Wall Street Journal, Qorvo Inc, Lumentum Holding Inc, hingga Japan Display Inc, merasakan anjloknya keuntungan per kuartal atas tak lakunya iPhone. Padahal, ketiga perusahaan itu memperoleh sepertiga untung dari jasa mereka memproduksi sparepart untuk Apple.
Foxconn, perusahaan manufaktur terbesar bagi Apple, bahkan harus merelakan ribuan pekerjanya pulang lebih awal karena tak ada kerjaan berarti di pabrik.
“Berbisnis dengan Apple sangat berbahaya karena mereka sering tak menepati janji [sesuai pesanan unit],” kata salah seorang sumber dalam bagi Wall Street Journal.
Atas lesunya penjualan iPhone X, Apple dikabarkan pula bermasalah dengan salah satu pemasok komponen utamanya yakni Samsung SDI. Samsung SDI merupakan perusahaan pencipta panel OLED bagi iPhone X. Karena Apple tak bisa memastikan berapa jumlah unit yang akan diproduksi, mereka sukar memesan pada Samsung SDI. Samsung SDI mensyaratkan pembelian panel OLED dengan kuantitas tertentu.
Menurut data yang dipacak Statista, 2018 merupakan tahun yang kurang beruntung bagi Apple. Data fiskal mereka pada 2018 menunjukkan bahwa Apple kelimpungan menjual iPhone. Pada kuartal 1-2018, Apple menjual 77,3 juta unit iPhone. Lalu, penjualan melorot menjadi 52,2 juta unit di kuartal 2-2018. Tak berhenti di situ, di kuartal 3-2018, iPhone melorot lagi hingga 41,3 juta unit. Di kuartal 4-2018, penjualan iPhone sedikit naik menjadi 46,8 juta unit.
Salah satu alasan mengapa di kuartal terakhir 2018 penjualan iPhone sedikit naik terjadi lantaran diadakannya Single Day atau pesta belanja 11 November (11.11). Dilansir CNBC, Apple meraup penjualan sebesar 100 juta yuan atau $14,3 juta hanya dalam sehari.
Neil Shah, Direktur Riset pada Counterpoint Research, menyebut bahwa hasil ini merupakan “tanda positif bagi Apple karena biasanya Xiaomi atau Huawei yang jadi merek terunggul dalam Single Day.” Lebih lanjut, Shah mengatakan bahwa “sejak iPhone XS dan iPhone XR dihargai sangat mahal, konsumen menunggu pesta diskon untuk membeli produk itu.”
Meskipun kurang beruntung dari sisi penjualan, dalam laporan Wall Street Journal lain, perusahaan berlogo apel tergigit itu memperoleh pendapatan yang baik. Hasil fiskal terakhir tahun 2018, Apple memperoleh pendapatan sebesar $62,9 miliar dengan untung bersih senilai $14,1 miliar, atau meningkat sekitar 20 persen dibandingkan kuartal yang sama setahun sebelumnya.
Menurut laporan itu, salah satu kunci Apple tetap untung meski penjualan cenderung menurun ialah strategi mereka menaikkan harga iPhone.
Bekerja Berhari-hari Demi iPhone
Varian iPhone X mahal. Harganya lebih dari $999. Bagi kebanyakan orang, perlu menabung beberapa lama untuk memperolehnya. UBS, firma finansial global, melakukan riset berapa jumlah hari kerja yang diperlukan seorang profesional di berbagai dunia untuk membeli iPhone X. Cara yang dilakukan UBS cukup sederhana, harga iPhone X di suatu negara dibagi dengan rata-rata pendapatan harian profesional.
Hasilnya, profesional yang bekerja di kota Zurich, Swiss, hanya memerlukan pendapatan setara 4,7 hari kerja untuk memperoleh iPhone X. Profesional yang bekerja di New York, Amerika Serikat, memerlukan pendapatan 6,7 hari kerja untuk bisa membeli iPhone.
Sementara itu, profesional yang bekerja di Beijing, Cina, memerlukan pendapatan 39,3 hari kerja untuk dapat membawa pulang iPhone X. Yang paling miris ialah profesional yang bekerja di Kairo, Mesir. Bagi profesional di Kairo, mereka perlu menyimpan pendapatan 133,3 hari kerja guna dapat membeli iPhone X.
Lalu, bagaimana dengan profesional di Indonesia? Berdasarkan data yang diunggah Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pekerja profesional lulusan universitas yang bekerja hingga 44 jam kerja per pekan memperoleh pendapatan sebesar Rp5,2 juta. Dengan asumsi bahwa pekerja bekerja selama 22 hari tiap bulan, saban hari kerja para pekerja tersebut memperoleh pendapatan senilai Rp236 ribu.
Di Indonesia sendiri, iPhone X dengan kapasitas 256GB dijual seharga Rp17 juta. Maka, dengan pendapatan harian itu, pekerja di Indonesia perlu menyimpan pendapatannya selama 72 hari kerja atau lebih dari 3 bulan gaji untuk bisa membeli iPhone X. Tentu, dengan catatan penghasilan itu tak digunakan membayar berbagai keperluan. Tertarik?
Editor: Maulida Sri Handayani