Menuju konten utama

Pengungsi Melalui Libya ke Eropa Terus Meningkat

Pengungsi Melalui Libya ke Eropa Terus Meningkat

tirto.id - Pejabat Italia mengatakan bahwa pembatasan jumlah pengungsi yang menempuh perjalanan dari Turki menuju Yunani telah mendorong para pengungsi beralih ke jalur Laut Mediterania dari Libya ke Italia. Hal ini mendorong peningkatan arus pengungsi yang masuk ke wilayah Italia.

Sebelumnya, pihak berwenang di Italia menyebutkan telah menyelamatkan sekitar 1.361 pengungsi dari kapal-kapal dan perahu karet yang ditumpangi para pendatang di perairan Laut Tengah (Mediterania) pada Rabu, (30/3/2016).

Pihak Libya sendiri melalui Juru Bicaranya Ayoub Qassem mengatakan, petugasnya mencegat sebuah kapal yang mengangkut 120 orang pengungsi di pantai dekat Sabratha dan juga menyelamatkan 32 orang dari sebuah kapal yang tenggelam. Belum diketahui dengan pasti jumlah orang yang hilang.

Seorang juru bicara Angkatan Laut Libya juga mengatakan bahwa puluhan pengungsi dari Afrika Utara menuju ke Italia dikhawatirkan hilang ketika perahu yang mereka tumpangi tenggelam di lepas pantai Libya.

Gelombang pengungsi dari Afrika Utara menuju Italia yang melintasi jalur berbahaya laut Mediterania telah menunjukkan peningkatan.

Lebih dari 16.000 orang menantang maut untuk menyeberang ke Italia pada triwulan pertama 2016, dan pada periode yang sama tahun 2015 sekitar 6.000 orang juga melakukan tindakan serupa.

Jumlah pengungsi diperkirakan akan terus bertambah pada bulan-bulan mendatang, ketika suhu udara semakin hangat dan perairan lebih semakin tenang sehingga orang akan lebih mudah melakukan perjalanan laut.

Ratusan ribu pengungsi telah mencapai Italia pada tahun-tahun terakhir ini, untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan menghindari perang yang berkecamuk di negara-negara asal mereka.

Banyak dari mereka diperkirakan sudah pindah ke belahan utara Eropa, memanfaatkan kawasan perjalanan bebas paspor di Uni Eropa, tetapi langkah penundaan pakta perbatasan telah menyulitkan mobilitas mereka di wilayah tersebut.

(ANT)

Baca juga artikel terkait AFRIKA UTARA atau tulisan lainnya

Reporter: Yantina Debora