Menuju konten utama

Pengamat: Transformasi ke Layanan Digital Atau Kalah

Transformasi bisnis ke layanan berbasis digital saat ini merupakan hal yang krusial bagi para pelaku usaha di Tanah Air apabila mereka ingin memenangkan persaingan dalam merebut minat konsumen, sebuah lembaga konsultan marketing mengatakan.

Pengamat: Transformasi ke Layanan Digital Atau Kalah
Seorang supir taksi Blue Bird memenuhi panggilan pelanggan melalui aplikasi, di Jakarta. ANTARA FOTO/HO/Adrian

tirto.id - Transformasi bisnis ke layanan berbasis digital saat ini merupakan hal yang krusial bagi para pelaku usaha di Tanah Air apabila mereka ingin memenangkan persaingan dalam merebut minat konsumen, sebuah lembaga konsultan marketing mengatakan.

Deputy Chief Executive Officer Markplus.Inc Jacky Musry di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa, (5/4/2016), mengatakan bahwa saat ini perubahan perilaku konsumen telah terjadi seiring dengan kemudahan konektifitas jaringan internet sehingga para pelaku dunia usaha sudah seharusnya bisa beradaptasi dan mengubah sisi layanan mereka.

"Ini eranya konektivitas, artinya setiap orang demikian mudahnya orang terhubung. Jika suatu usaha masih bisa mempertahankan cara lama, tidak apa-apa. Tapi jika tidak bisa, maka tidak ada pilihan lagi selain bertransformasi," kata dia, sembari menambahkan bahwa layanan berbasis dalam jaringan atau daring (online) saat ini sangat digemari karena menawarkan kemudahan, praktis, dan pasti.

Perubahan perilaku konsumen ini, katanya, telah menggoyahkan sejumlah usaha. Kasus konflik antara layanan taxi berbasis online dengan perusahaan taxi yang menggunakan metode lama di Jakarta baru-baru ini, lanjut Jacky, merupakan contoh yang tepat untuk menggambarkan bagaimana drastisnya perubahan perilaku konsumen di Indonesia.

Ia juga menekankan bahwa peran pemerintah sangat krusial dalam melahirkan sebuah regulasi yang mampu mengembangkan layanan bisnis berbasi digital ini, tanpa mematikan dunia usaha tersebut. "Regulasinya seperti apa, tinggal tunggu saja, yang jelas mampu menjembataninya agar proses transformasi ini dapat berjalan dengan baik," kata dia.

Persoalan regulasi tersebut ia nilai sangat penting, mengingat Indonesia menjadi pasar terbesar di ASEAN dengan sebaran mencapai 2/3 dari total penduduk di belahan Asia Tenggara.

Jika Indonesia tidak mampu memanfaatkan peluang bisnis berbasis layanan digital ini, maka dikhawatirkan justru menjadi pasar bagi negara lain, katanya.

"Kata kuncinya satu yakni kompeten, mau usaha apapun jika tidak dapat berkompetisi saat ini maka akan tergerus karena dunia sudah melihat Indonesia sebagai pasar yang menggiurkan," kata dia seusai menjadi pembicara pada acara pemberian penghargaan Markplus. (ANT)

Baca juga artikel terkait ASEAN atau tulisan lainnya

Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara